TEMPO.CO, Jakarta - Surat kabar Israel, Haaretz, pada hari Minggu menerbitkan editorial yang menuduh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan militer Israel melakukan operasi pembersihan etnis di Gaza utara. Artikel tersebut mengutip koresponden militer surat kabar itu, setelah melakukan tur ke wilayah tersebut bersama pasukan Israel minggu lalu. Nara sumber Haaretz menyimpulkan bahwa wilayah tersebut tampak seperti telah dilanda bencana alam.
Dilansir dari Middle East Eye, Senin, 11 November 2024, editorial tersebut menekankan bahwa kehancuran itu merupakan tindakan manusia yang direncanakan sebelumnya.
Seorang perwira senior, yang diidentifikasi oleh Guardian sebagai Brigadir Jenderal Itzik Cohen, komandan Divisi ke-162, mengatakan kepada wartawan bahwa tugasnya adalah menciptakan ruang yang bersih. "Kami memindahkan penduduk untuk melindunginya, guna menciptakan kebebasan bertindak bagi pasukan kami,” ujarnya.
Ketika ditanya apakah militer sedang melaksanakan 'Rencana Jenderal' yang mencakup pembersihan etnis di wilayah tersebut dan membunuh warga Palestina yang tersisa, perwira itu menyangkal. Dia bersikeras bahwa tentara bertindak atas instruksi Komando Selatan (militer Israel) dan kepala stafnya.
Ia menambahkan bahwa divisinya telah mengarahkan bantuan kemanusiaan dari zona pembersihan di Gaza utara ke selatan.
Pasukan Israel telah melarang masuknya makanan, air dan obat-obatan ke Gaza utara sejak melancarkan serangan besar baru di wilayah tersebut, termasuk di Jabalia, Beit Lahia dan Beit Hanoun, pada awal Oktober.
Komite Peninjauan Kelaparan (FRC) yang independen memperingatkan pada hari Sabtu bahwa ada kemungkinan besar kelaparan akan segera terjadi di beberapa wilayah di Gaza utara.
Kepala UNRWA Philippe Lazzarini menuduh Israel menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk melawan penduduk Gaza. Ia menegaskan bahwa bencana kelaparan yang mengancam adalah buatan manusia.
Haaretz menyalahkan Netanyahu sepenuhnya. "Penting untuk menyebut sesuatu dengan namanya," tulis Haaretz. Media itu menyoroti bahwa pengusiran paksa penduduk Gaza utara dilakukan di bawah arahan komandannya yang tunduk pada arahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan menteri pertahanannya. “Daripada berbicara tentang 'Rencana Jenderal', kita seharusnya berbicara tentang Perintah Netanyahu,” tulis editorial tersebut.
Israel terus menyerang Gaza. Pada Minggu, 10 November 2024, setidaknya 40 warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Gaza pada Minggu. Korban tewas termasuk puluhan orang yang berada di sebuah bangunan tempat tinggal di kota utara Jabalia yang terkena serangan, kata pejabat kesehatan Palestina dan kelompok hak asasi manusia.
Pusat Hak Asasi Manusia Palestina (PCHR) di Gaza mengatakan sedikitnya 24 orang tewas ketika serangan Israel menghancurkan gedung tiga lantai di Jabalia saat fajar. Tiga puluh orang lainnya dari rumah-rumah di dekatnya terluka, kata PCHR dalam sebuah pernyataan.
Rekaman yang beredar di media sosial, yang tidak dapat segera diverifikasi oleh Reuters, menunjukkan sekitar selusin mayat terbungkus selimut dan tergeletak di tanah di luar rumah sakit dekat Jabalia. Media lokal mengatakan bahwa itu adalah mayat orang-orang yang tewas dalam serangan terhadap bangunan tempat tinggal, yang menampung sedikitnya 30 orang, menurut warga.
Militer Israel mengklaim mereka menyerang markas teroris di Jabalia. "Para teroris ini merupakan ancaman bagi pasukan IDF (Pasukan Pertahanan Israel) yang beroperasi di wilayah tersebut. Rinciannya sedang ditinjau," kata militer Israel.