CANTIKA.COM, Jakarta - Setelah job hopping atau "memeluk pekerjaan" kini muncul job hugging, fenomena ketika para pekerja, terutama dari generasi muda, memilih untuk bertahan dengan pekerjaannya. Hal ini dilakukan bukan karena mereka merasa berkembang tapi karena mereka justru takut tidak memiliki masa depan jika pindah pekerjaan.
Adapun job hopping, yang sempat populer pada tahun 2021 dan 2022, adalah fenomena di kalangan anak muda yang memilih berpindah-pindah kerja untuk mendapatkan kenaikan gaji yang signifikan.
Tren Memeluk Pekerjaan
Tren memeluk pekerjaan muncul saat pasar tenaga kerja memburuk dan bonus kenaikan gaji yang besar dari berpindah kerja tidak lagi mudah didapatkan. Dengan maraknya PHK massal, kenaikan harga, dan kondisi ekonomi yang tidak menentu, rasa cemas di tempat kerja meningkat drastis. Akibatnya, banyak pekerja merasa bahwa bertahan di posisi mereka saat ini lebih aman dan stabil daripada mengambil risiko untuk mencari peluang baru yang belum pasti.
Menurut CEO Summit Group Solutions Jennifer Schielke, job hugging menciptakan ilusi kesetiaan, padahal sebenarnya merupakan bentuk stagnasi. Jika para pemimpin menganggap rendahnya tingkat pergantian karyawan sebagai kesuksesan, mereka bisa kehilangan bakat-bakat terbaik pada saat pasar kerja kembali membaik.
"Laporan pekerjaan, keterbatasan anggaran, dan rasa takut yang terus menerus merasuki ruang kerja kita, berpegang teguh pada apa yang kita miliki tampaknya merupakan langkah logis untuk mencapai stabilitas dan keamanan," katanya seperti dilansir Forbes.
Laporan Glassdoor Worklife Trends 2025 menunjukkan bahwa para pekerja semakin merasa terjebak dalam karier mereka karena pasar kerja yang lesu dengan perekrutan yang lambat sehingga semakin banyak yang terpaksa menunggu, alih-alih pindah ke pekerjaan baru yang menawarkan peluang pertumbuhan dan gaji yang lebih baik. Menurut Glassdoor, hampir 2 dari 3 (65 persen) responden melaporkan merasa "terjebak" dalam peran mereka saat ini. Bahkan, di bidang teknologi angkanya mencapai 73 persen.
Sebelum mencari solusi, penting untuk mengenali gejala-gejala job hugging. Dilansir dari Forbes, ahli karier Jennifer Schielke CEO Summit Group Solutions mengungkapkan beberapa tanda job hugging. Di antaranya peningkatan stres karena perubahan perilaku atau suasana hati yang mempengaruhi kerja tim.
Perubahan performa, yang di dalamya karyawan hanya berfokus pada tugas yang mereka kuasai untuk menunjukkan kemampuan, bukan pada inisiatif yang lebih penting bagi kerja tim. Selain itu, pekerja merasa sudah tidak lagi cocok dengan peran mereka, tapi tetap bertahan karena takut dengan kondisi pasar.
Ilustrasi perempuan stress/kelelahan dalam bekerja. Shutterstock
Solusi untuk para Pekerja
Daripada diam dan terjebak dalam rasa tidak aman, ada beberapa cara yang bisa dilakukan pekerja untuk tetap berkembang:
1. Merencanakan langkah karier selanjutnya
Menurut Tara Ceranic Salinas, seorang profesor etika bisnis yang dikutip dari Forbes, saat-saat ini adalah waktu yang tepat untuk mulai merencanakan langkah karier berikutnya. Karyawan bisa mengidentifikasi bagian mana dari pekerjaan mereka yang terasa tidak memuaskan. Setelah itu, Salinas menyarankan untuk melihat pekerjaan rekan kerja lain yang menarik minat dan memetakan keterampilan yang dibutuhkan untuk beralih ke peran tersebut.
2. Asah keterampilan dan cari peluang internal
Daripada berdiam diri, manfaatkan waktu ini untuk mengasah keterampilan baru. Dilansir dari Stylist, Peter Duris, CEO Kickresume, menyarankan karyawan untuk mencari peluang internal, seperti mendaftar untuk peran yang terbuka di dalam perusahaan atau meminta manajer terlibat dalam proyek-proyek baru. Hal ini dapat membantu menghidupkan kembali motivasi dan memberikan tantangan baru tanpa harus keluar dari perusahaan.
3. Mencari mentor dan membangun peta karier
Schielke merekomendasikan untuk memiliki "papan suara" (sounding board) atau penasihat yang bisa dipercaya dari berbagai bidang bisnis. Mendapatkan mentor bisa memberikan sudut pandang yang tidak bias untuk mengevaluasi kinerja dan potensi diri. Ia juga menyarankan karyawan membuat peta karier untuk memahami posisi saat ini dan bagaimana mereka dapat berkontribusi dalam jangka panjang, atau kapan saat yang tepat untuk melepaskan dan memulai jalur baru.
4. Berkomunikasi dengan atasan
Menurut Schielke, karyawan harus proaktif berbicara dengan atasan atau manajer mereka. Komunikasi ini penting untuk memposisikan diri dengan baik dan berhasil dalam peran yang dijalani. Meminta masukan dan mendiskusikan rencana pengembangan diri dapat menunjukkan inisiatif dan membuat atasan lebih peduli terhadap pertumbuhan karier kita.
Pilihan Editor: 12 Kebiasaan Kerja yang Terasa Menyenangkan, Bikin Cepat Naik Jabatan
YUNIA PRATIWI
Halo Sahabat Cantika, Yuk Update Informasi Terkini Gaya Hidup Cewek Y dan Z di Instagram dan TikTok Cantika.