Palestine 36' Raih Penghargaan Utama di Festival Film Internasional Tokyo

2 hours ago 8

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Film Palestine 36 karya sutradara Annemarie Jacir meraih penghargaan tertinggi Tokyo Grand Prix pada Festival Film Internasional Tokyo (TIFF) ke-38. Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Gubernur Tokyo Yuriko Koike dalam upacara penutupan di Toho Cinemas Hibiya, Tokyo.

Aktor Wardi Eilabouni hadir untuk menerima penghargaan atas nama Jacir. "Merupakan kehormatan besar bisa berada di Tokyo malam ini dan menerima penghargaan penting ini. Pengakuan ini sangat berarti bagi kami," ujar Eilabouni di panggung penerimaan, seperti dilansir dari Japan Times, Jumat (7/11/2025).

Dalam pesan video, Jacir menyampaikan terima kasih kepada dewan juri. la mengatakan bahwa penghargaan ini benar-benar suatu kehormatan besar baginya dan seluruh kru.

Film Palestine 36 adalah sebuah drama sejarah yang berlatar belakang tahun 1936 di Palestina di bawah kekuasaan Inggris. Film ini mengisahkan pemberontakan rakyat Palestina terhadap pemukim Yahudi dan kekuasaan kolonial Inggris. Film ini juga menjadi wakil resmi Palestina untuk kategori Best International Feature Film di ajang Academy Awards (Oscar) 2026.

Gubernur Koike memuji para pembuat film tersebut dan menyoroti pentingnya peran sinema dalam situasi dunia saat ini. "Ketika dunia menghadapi perpecahan, ketegangan geopolitik, dan bencana alam, sinema memainkan peran penting. Film menembus batas bahasa dan budaya, menjadi kekuatan yang menghubungkan manusia satu sama lain," kata dia.

Selain penghargaan utama, Special Jury Prize diberikan kepada dokumenter "We Are the Fruits of the Forest" karya Rithy Panh, yang mengisahkan perjuangan masyarakat adat Bunong di Kamboja menghadapi perubahan iklim dan ekspansi perusahaan besar. Penghargaan sutradara terbaik diraih oleh Zhang Lu untuk film Mothertongue serta duo sutradara Alessio Rigo de Righi dan Matteo Zoppis untuk Heads or Tails?. Wang Chuanjun meraih aktor terbaik untuk Mothertongue, adapun Momoko Fukuchi dan Naomi Kawase berbagi penghargaan aktris terbaik untuk Echoes of Motherhood.

Di kategori Asian Future, penghargaan Best Film diraih oleh Halo karya Roh Young-wan, sedangkan film Blonde karya Yuichiro Sakashita memenangkan Audience Award. Film Floating karya Lee Ji-yun memperoleh penghargaan tertinggi di Asian Students' Film Conference.

Salah satu film yang paling banyak menarik perhatian publik dalam festival kali ini adalah film klasik Mishima: A Life in Four Chapters (1985) karya Paul Schrader, yang baru pertama kali tayang di Jepang setelah hampir empat dekade dilarang beredar. Tiket penayangan film ini terjual habis dalam waktu kurang dari 15 menit, hingga panitia menambah dua sesi pemutaran tambahan pada akhir pekan.

Festival tahun ini ditutup dengan pemutaran perdana film Hamnet karya Chloe Zhao, adaptasi dari novel terkenal Maggie O'Farrell. Film tersebut menampilkan kisah duka keluarga William Shakespeare atas kematian putranya, yang diyakini menjadi inspirasi bagi karya legendaris Hamlet. Zhao juga menerima Kurosawa Akira Award, penghargaan bergengsi yang diberikan kepada sineas yang berperan dalam membentuk masa depan perfilman dunia.

Festival Film Internasional Tokyo ke-38 digelar selama 10 hari, menampilkan 184 film dari berbagai negara dan dihadiri 69.162 penonton. Bintang internasional seperti Juliette Binoche dan Fan Bingbing turt hadir dalam acara pemutaran dan diskusi. Dalam pidato penutupnya, Ketua Festival Hiroyasu Ando menegaskan kembali semangat persatuan melalui film. "Ketika dunia dilanda perpecahan dan konflik, festival film internasional tetap mampu melintasi batas, mempertemukan kita dalam dialog, dan memperdalam pemahaman antarbudaya," kata dia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |