TEMPO.CO, Jakarta - Semenanjung Korea kembali memanas usai Korea Utara (Korut) meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di sisi perbatasan Korea Selatan (Korsel). Pada Selasa, 15 Oktober 2024, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di utara yang terhubung ke Korea Selatan diledakkan pada tengah hari.
Korea Utara dan Korea Selatan secara teknis masih berperang setelah meletup perang Korea pada 1950-1953 berakhir dengan gencatan senjata, bukan perjanjian damai. Lantas, apa saja penyebab Korut dan Korsel kembali memanas?
Seperti diketahui, Korut meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di sisi perbatasan Korsel. Ledakan itu terjadi setelah Pyongyang berjanji pada pekan lalu akan memutus sepenuhnya jalan dan jalur kereta api antar-Korea, dan lebih jauh membentengi daerah-daerah di sisi perbatasannya.
Sebelumnya, pada 9 Oktober 2024 Korut mengatakan akan secara permanen menutup dan memblokir perbatasan selatan dengan Korsel. Korut menyatakan tindakan tersebut akan memisahkan sepenuhnya wilayah Korut dari wilayah Korsel.
Menanggapi hal itu, pada Senin 14 Oktober 2024, Seoul telah mempersiapkan langkah Korut yang ingin meledakkan kawasan perbatasan. Militer Korsel juga melepaskan tembakan peringatan di selatan garis demarkasi militer yang memisahkan kedua negara tetangga.
Tak hanya itu, Korsel menuding Korut memasang ranjau darat dan penghalang di sepanjang perbatasan. Mereka juga mengaku telah melihat Korea Utara melakukan pekerjaan tambahan dengan peralatan berat pada Senin, 14 Oktober 2024. Sementara itu, Kementerian Unifikasi Korea Selatan mengecam keras tindakan militer Korea Utara sebagai tindakan anti-unifikasi.
“Kami mengecam keras tindakan Korea Utara sebagai tindakan anti-unifikasi dan anti-nasional yang menolak aspirasi rakyat dan penduduk kami di Korea Utara untuk melakukan unifikasi," kata Kementerian Unifikasi pada Kamis, 10 Oktober 2024.
Perang secara lisan keduanya juga meningkat setelah Korut menuduh saingannya mengirim pesawat tanpa awak ke Pyongyang. Korut pada Jumat, 11 Oktober 2024 mengatakan pesawat tanpa awak tersebut telah menyebarkan sejumlah besar selebaran anti-Korea. Mereka menyebut langkah itu sebagai provokasi politik dan militer yang dapat menyebabkan konflik bersenjata.
Tak berhenti disitu, pertikaian kedua negara sudah dimulai sejak awal 2024. Korea Utara sejauh ini telah memasang ranjau darat dan mencabut lampu jalan di sepanjang sisi jalur darat Gyeongui dan Donghae. Korut juga mencabut bantalan rel kereta api di sisi utara dua jalur kereta api tersebut sebagai upaya untuk menghapus warisan kerja sama dan pertukaran antar Korea.
Selanjutnya, Korut mengirim balon sampah dan menyebabkan kebakaran di Seoul. Pyongyang meluncurkan sekitar 120 balon berisi sampah ke arah perbatasan pada Minggu, 15 September 2024. Sekitar 40 balon telah mendarat di Korea Selatan, terutama di Provinsi Gyeonggi utara dan ibu kota Seoul.
Sebagai tanggapan, Seoul telah menangguhkan perjanjian militer yang mengurangi ketegangan dengan Pyongyang. Kemudian memulai kembali beberapa siaran propaganda dari pengeras suara di sepanjang perbatasan.
Korea Utara diklaim menembakkan rudal balistik dari wilayah perairan timur pada Kamis, 12 September 2024. Peluncuran rudal balistik ini terjadi hanya beberapa hari setelah Kim Jong Un menyatakan tekadnya untuk meningkatkan kapasitas senjata nuklir Korea Utara secara signifikan dan mempersiapkan pasukan untuk berperang.
Peluncuran rudal ini juga bertepatan dengan pembicaraan keamanan global yang melibatkan pejabat pertahanan dari berbagai negara, termasuk Amerika Serikat dan Jepang, pada Rabu, 11 September 2024. Adapun militer Korea Selatan melaporkan bahwa salah satu rudal tersebut mengalami masalah dan hilang dari radar setelah menempuh jarak sekitar 120 kilometer.
Menilik lebih jauh, Korea Utara telah menembakkan sekitar 80 peluru artileri ke zona perbatasan maritim pada November 2024. Rudal Korut itu ditembakkan saat Menteri Pertahanan dari Seoul dan Washington berjanji untuk meningkatkan kerja sama dalam menghadapi rudal Korea Utara. Insiden peluncuran rudal ini merupakan yang pertama dalam dua bulan terakhir, setelah Korea Utara menembakkan dua rudal balistik pada 1 Juli 2024.
KHUMAR MAHENDRA | SAVERO ARISTIA WIENANTO | SITA PLANASARI | DANIEL AHMAD | EIBEN HEIZAR
Pilihan Editor: Korea Utara Ubah Undang-undang, Resmi Sebut Korea Selatan Musuh