TEMPO.CO, Jakarta - Menopause adalah masa di mana siklus menstruasi berhenti secara permanen. Setiap perempuan akan mengalami hal ini. Sebelum menopause terjadi, ada berbagai gejala yang muncul hal ini dikenal dengan istilah Perimenopause.
Perimenopause, yaitu masa transisi menuju menopause, dapat memunculkan gejala-gejala yang terkadang membingungkan atau tidak terduga. Banyak orang sudah familiar dengan hot flashes dan perubahan suasana hati sebagai tanda perimenopause. Termasuk perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron. Perubahan hormon ini dapat memengaruhi ritme tubuh, salah satunya kualitas tidur.
Detak jantung yang tidak teratur dan penurunan libido juga merupakan gejala yang dapat terjadi selama perimenopause. Ssetiap wanita bisa aja mengalami gejala yang berbeda saat terjadi masa Perimenopause.
Banyak gejala perimenopause selain hot flashes. Estrogen memiliki reseptor di seluruh tubuh, dan karena itu, saat kadar estrogen naik selama perimenopause, wanita bisa mengalami berbagai gejala, mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki.
“Beberapa gejalanya meliputi nyeri sendi, insomnia, penurunan libido, keringat malam, kabut otak, dan perubahan suasana hati," jelas Somi Javaid, seorang ginekolog, dalam wawancara dengan Hello!
Dilansir dari laman Psychology Today, menopause dapat memunculkan berbagai gejala, baik secara fisik maupun psikologis. Penting bagi para Wanita untuk mempersiapka diri menghadapi masa ini. Jika perlu lakukan konsultasi dengan dokter.
Berikut beberapa gejala yang pertanda Anda memasuki usia menopause
Cemas dan Suasana Hati Mudah Berubah
Estrogen memiliki peran penting dalam mengatur hormon dan neurotransmiter, seperti serotonin, dopamin, dan norepinefrin, yang berfungsi menjaga dan menstabilkan suasana hati. Selama masa menopause, fluktuasi kadar estrogen dapat menyebabkan ketidakseimbangan pada neurotransmiter ini, sehingga wanita lebih rentan mengalami perubahan suasana hati yang drastis dan perasaan cemas. Kondisi ini dapat terjadi sepanjang hari, menambah tantangan emosional yang sering dialami selama masa transisi hormonal ini.
Kurang Konsentrasi dan Gampang Lupa
Estrogen berperan penting dalam daya ingat dan fungsi otak. Ketika produksi hormon ini menurun selama menopause, banyak wanita mengalami kesulitan untuk fokus dan mudah lupa. Perubahan ini dapat mengganggu kemampuan untuk berkonsentrasi, dan jika masalah ini berlarut-larut, bisa menyebabkan frustrasi dan kecemasan terkait dengan penurunan kognitif tersebut.
Berkeringat di Malam Hari
Berkeringat di malam hari adalah salah satu gejala umum menopause, yang terjadi akibat respons tubuh terhadap penurunan kadar estrogen. Gejala ini sering dimulai pada masa perimenopause dan biasanya meningkat intensitasnya hingga beberapa bulan setelah menopause.
Bagi banyak wanita, kondisi ini dapat mengganggu kenyamanan tidur karena terbangun dengan tubuh basah oleh keringat. Selain harus mengganti pakaian, gejala ini juga dapat memengaruhi hubungan dengan pasangan, karena tidur dalam kondisi berkeringat tentu tidak nyaman bagi kedua belah pihak.
Sering Buang Air Kecil
Sering buang air kecil adalah gejala yang umum muncul menjelang menopause. Penurunan elastisitas dan penipisan dinding vagina dapat memengaruhi kontrol kandung kemih, ditambah lagi dengan melemahnya otot panggul. Hal ini dapat menyebabkan masalah dalam menahan buang air kecil. Selain itu, wanita yang mendekati atau baru memasuki masa menopause juga lebih rentan mengalami infeksi saluran kemih.
Perubahan pada Dorongan Seksual
Perubahan dorongan seksual adalah salah satu gejala menopause yang umum dialami. Penurunan kadar estrogen dapat memengaruhi kesehatan vagina, karena hormon ini berperan penting dalam menjaga elastisitas dan pelumasan jaringan vagina. Dengan berkurangnya estrogen, dinding vagina bisa menjadi lebih tipis dan kering, yang dapat menyebabkan rasa sakit saat berhubungan seksual. Hal ini membuat aktivitas intim menjadi tidak nyaman atau bahkan menyakitkan bagi sebagian wanita.
Somi Javaid menyarankan untuk mencari informasi yang terpercaya guna membantu mengelola gejala perimenopause. Ia merekomendasikan berbagai sumber yang dapat diandalkan, seperti buku, media sosial, aplikasi, dan penyedia layanan kesehatan. "Saya menyarankan buku-buku yang bagus seperti You Are Not Broken karya Kelly Casperson, Estrogen Matters oleh Avrum Bluming, dan The Menopause Brain karya Lisa Mosconi," ujarnya.
Yatti Febri Ningsih berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Negara dengan Rata-rata Usia Menopause Termuda dan Tertua