Seri Perang Dagang: Memahami Arti Perang Dagang dalam Pertikaian Keras Cina dan AS

9 hours ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Cina tantang Amerika Serikat (AS) dengan menyatakan kesiapan menghadapi pertikaian ekonomi jika Washington terus menekan Beijing. Ketegangan hubungan Cina-AS meningkat di periode kedua kepemimpinan Donald Trump, termasuk perang dagang.

Trump telah mengeluarkan berbagai kebijakan yang semakin memperburuk hubungan dagang kedua negara. Hal ini diungkapkan Kedutaan Besar China di AS seperti dilansir dari TASS.

"Jika AS benar-benar ingin menyelesaikan masalah fentanil, maka hal yang benar untuk dilakukan adalah berkonsultasi dengan Cina dengan memperlakukan satu sama lain secara setara. Jika perang adalah apa yang diinginkan AS, baik itu perang tarif, perang dagang atau jenis perang lainnya, kami siap untuk berjuang sampai akhir," tulis layanan pers kedutaan di platform X.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perdagangan bebas sering dianggap sebagai prinsip utama dalam ekonomi global. Namun upaya hambatan seperti tarif, subsidi, kuota impor, dan kebijakan pertahanan tetap diterapkan, bahkan seperti Amerika sekaligus yang terbuka terhadap pasar bebas. Ketika kebijakan pertahanan itu memicu aksi balasan dari negara lain, timbul pertikaian dan dapat berkembang jadi perang dagang.

Dikutip dari Corporate Finance Institute (CFI), perang dagang adalah konflik ekonomi antara dua negara atau lebih yang saling mengambil kebijakan proteksionis dalam bentuk hambatan perdagangan. Hambatan tersebut dapat berupa pemberlakuan tarif, pembatasan kuota impor, hingga embargo—larangan atau pembatasan perdagangan yang diberlakukan oleh suatu negara terhadap negara lain.

Tindakan pembatasan perdagangan yang diberlakukan AS dibalas oleh Cina dengan kebijakan perdagangan. Fenomena ini menciptakan siklus pembalasan menyerupai konsep "berperang" segi ekonomi.

Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dan Cina. Youtube.com

Sebelumnya, juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina Lin Jian menyatakan bahwa Cina siap tantang AS dalam perang dagang yang akan datang. Ia menyarankan Washington untuk memilih dialog, karena Cina bertekad membela kepentingannya hingga akhir.

Aksi saling balas kebijakan antara dua negara ini memicu perang dagang, di mana masing-masing pihak menerapkan berbagai pembatasan perdagangan. Dikutip dari Britannica Money, terdapat beberapa alat yang sering digunakan dalam perang dagang, diantaranya:

Tarif

Negara memberlakukan tarif, berupa pajak atas barang impor untuk memberikan tekanan terhadap mitra dagang. Tekanan ini mendorong suatu bisnis untuk mendapatkan barang dari negara lain. Seperti perang dagang yang memanas antara AS dan Cina, dimana AS meberlakukan tarif pada elektronik Cina dan Cina membalas dengan memungut pajak pada produk pertanian AS, misalnya kedelai.

Devaluasi Mata Uang

Tindakan devaluasi mata uang—upaya pemerintah untuk melemahkan nilai mata uang negara—membuat ekspor lebih murah dan impor lebih mahal. Strategi ini salah satu alat yang sering digunakan pada perang dagang. Pada 2019 lalu, Cina dituduh mendevaluasi yuan agar mengimbangi tarif yang diberlakukan AS. Namun, strategi ini berisiko memicu inflasi dan menganggu stabilitas pasar global.

Kebijakan

Tidak hanya tarif, negara juga menjalankan strategi kebijakan dalam negeri untuk melindungi kepentingan ekonomi. Kebijakan membatasi kuota impor, pemberlakuan subsidi untuk mendukung industri dalam negeri, dan regulasi untuk membatasi persaingan asing.

Embargo dan Pembatasan Ekspor

Embargo adalah alat untuk menghentikan perdagangan dengan negara tertentu guna mencapai tujuan politik, contohnya embargo minyak Arab 1973 terhadap AS. Dilain sisi, pembatasan ekspor untuk membatasi penjualan barang penting, seperti teknologi atau bahan baku. Langkah ini dapat mengganggu rantai pasokan, melemahkan ekonomi, dan meningkatkan konflik seperti Cina tantang AS dalam perang dagang.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |