JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setelah geger teror kepala babi pada 20 Maret lalu, Tempo kembali diguncang. Bukan kiriman benda fisik, kali ini yang datang adalah banjir serangan digital. Jika teror kepala babi ditujukan untuk mengguncang secara simbolik, maka teror digital ini menyasar langsung ke jantung kerja jurnalistik: akses publik terhadap informasi.
Sejak Minggu (6/4/2025) pukul 13.00, empat jam setelah liputan mendalam tentang judi online diterbitkan, situs web Tempo.co menjadi sasaran serangan distributed denial-of-service (DDoS) secara masif. Dalam dua jam pertama, tercatat 479 juta permintaan akses menghantam server Tempo. Hingga hari ini, Rabu (10/4/2025) pukul 16.00, akumulasi serangan sudah menembus angka 3 miliar permintaan akses.
Efeknya langsung terasa. Halaman-halaman Tempo, terutama artikel premium yang berisi liputan judi online, tak bisa diakses. Bahkan, sejumlah artikel berita lain ikut terdampak. Gangguan juga terjadi di halaman pelanggan, menghambat akses pembaca yang ingin membaca konten secara legal.
Pemimpin Redaksi Tempo, Setri Yasra, menyebut serangan ini seperti kemacetan ekstrem di jalur mudik Lebaran. “Jalan yang biasanya lengang tiba-tiba disesaki kendaraan tak dikenal. Akibatnya, pembaca tak bisa masuk, ada yang tertahan di gerbang, ada yang tersesat di halaman error,” katanya.
Meski belum bisa memastikan motif serangan, Setri menyebut momen serangan berdekatan dengan terbitnya liputan soal judi online. “Bisa saja kebetulan. Tapi faktanya, saat server lumpuh, berita yang tidak bisa diakses ya berita soal judi online,” ujarnya.
Dalam pemantauan tim teknologi Tempo, pusat serangan awalnya tersebar di berbagai negara. Namun dalam dua hari terakhir, serangan terkonsentrasi dari beberapa titik, terutama dari Kamboja. Permintaan akses dari negara itu naik lebih dari 200 persen. Serangan juga mulai muncul dari dalam negeri, yang menurut Setri lebih menyulitkan karena tidak bisa langsung diblokir. “Tapi kami sudah bisa mengendalikannya,” katanya.
Setri berharap serangan ini segera berakhir. Menurutnya, informasi adalah hak konstitusional masyarakat. “Jika serangan ini untuk membungkam, maka publik yang paling dirugikan,” ujarnya.
Ironisnya, serangan digital ini turut merembet ke media lain. Sejumlah situs pemberitaan yang mengulas serangan DDoS ke Tempo ikut tumbang karena mengalami banjir traffic mencurigakan. Ini memperlihatkan bahwa serangan tidak lagi menyasar satu media, melainkan menjelma sebagai teror terhadap ekosistem jurnalisme secara keseluruhan.
Setri mengungkapkan, sejak insiden kepala babi bulan lalu, serangan DDoS terhadap Tempo terjadi nyaris setiap dua hari sekali. Tapi belum pernah semasif seperti kali ini. “Judi online rupanya menyentuh urat nadi tertentu,” katanya.