Siapa Steve Witkoff, Utusan Trump yang Usul Relokasi Warga Gaza ke Indonesia?

3 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Steve Witkoff, utusan Timur Tengah Presiden AS Donald Trump yang memediasi gencatan senjata Gaza, sempat mencetuskan akan merelokasi warga Gaza ke Indonesia. Menurut sumber NBC yang merupakan pejabat transisi, Steve Witkoff mengatakan membawa nama Indonesia untuk merelokasi warga Gaza sebanyak 2 juta orang. Mereka akan dipindahkan sementara selama pembangunan kembali wilayah Gaza.

Pernyataan ini langsung mendapatkan tanggapan dari berbagai pihak. Juru Bicara Kemlu RI Rolliansyah Soemirat, Senin, 20 Januari 2025, mengatakan bahwa Indonesia tidak pernah menerima usulan dari pihak manapun, termasuk dari Amerika Serikat, soal wacana relokasi besar-besaran pengungsi Palestina dari Jalur Gaza ke Indonesia. “Pemerintah RI tidak pernah mendapatkan informasi apa pun mengenai hal ini,” kata Rolliansyah dilansir dari Antara.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Siapa sebenarnya Steve Witkoff? Mengapa ia memiliki kuasa begitu besar hingga bisa menekan Netanyahu untuk menandatangani kesepakatan gencatan senjata Gaza?

Pengembang dan investor real estat

Dilansir Al Jazeera, Steve Witkoff adalah seorang pengembang dan investor real estat di New York. Ia diutus Trump untuk menyegel kesepakatan gencatan senjata Gaza yang telah tertunda selama berbulan-bulan.

Witkoff telah menjadi teman Trump selama empat dekade. Kedua pria ini bermain golf bersama dan Witkoff berada bersama sang presiden saat terjadi percobaan pembunuhan di lapangan golfnya di Florida pada September lalu. Dia menjadi utusan yang dipercaya Trump untuk Timur Tengah.

Selain gaya bisnis dan kepentingan pribadinya di Timur Tengah, Witkoff dilaporkan memiliki kepribadian yang sama dengan Trump.

"Sejarah dan lamanya hubungan tersebut mengindikasikan kepercayaan dan kesetiaan yang mendalam yang akan memberikan Witcoff kesempatan yang lebih panjang untuk bermanuver dalam berkas perdamaian Timur Tengah," ujar Zaha Hassan, seorang analis politik dan peneliti di Carnegie Endowment for International Peace, kepada Al Jazeera.

Hassan mencatat bahwa sementara orang lain yang dinominasikan Trump untuk peran-peran penting dalam pemerintahannya cenderung memiliki pandangan pro-Israel yang kuat, "Kecenderungan Witcoff belum jelas," katanya. "Apa yang kita ketahui sekarang adalah bahwa dia berhasil membantu menegosiasikan gencatan senjata, sesuatu yang tidak dapat dilakukan oleh pemerintahan Joe Biden selama 15 bulan."

Hassan juga menunjuk pada hubungan bisnis Witcoff dengan negara-negara Teluk sebagai latar belakang yang berpotensi membuatnya menjadi "perantara yang baik untuk perdamaian regional".

"Mengingat keinginan Trump untuk mewujudkan kesepakatan normalisasi Saudi-Israel dan persyaratan Saudi bahwa kesepakatan semacam itu harus menyertakan negara Palestina atau jalan yang tidak dapat diubah menuju negara Palestina, ada harapan bahwa Trump, tidak seperti Biden, akan menggunakan pengaruh kantor kepresidenan untuk mewujudkan 'kesepakatan abad ini' yang sesungguhnya," katanya.

Tekanan Witkoff terhadap Netanyahu

Netanyahu yang terkenal keras kepala dibuat tak berkutik oleh Witkoff. Ketika para negosiator semakin mendekati kesepakatan, Witkoff menghubungi kantor Netanyahu untuk menyelesaikannya, namun diberitahu oleh para ajudan bahwa pemimpin Israel tersebut tidak dapat diganggu selama hari Sabat, hari peristirahatan bagi orang Yahudi, demikian dilaporkan surat kabar Israel Haaretz.

Witkoff, yang merupakan seorang Yahudi, menjawab "dalam bahasa Inggris yang sinis", dengan mengatakan bahwa dia tidak peduli hari apa itu. Netanyahu pun menurutinya.

"Saya pikir mereka mendengarnya dengan keras dan jelas: lebih baik diselesaikan sebelum pelantikan," kata Witkoff kemudian kepada wartawan tentang kesepakatan itu, memuji Trump karena telah mendelegasikan "lebih baik" daripada siapa pun.

"Dia memberi kami banyak otoritas," tambah Witkoff.

Trump mengumumkan Witkoff sebagai utusan Timur Tengah yang baru tak lama setelah memenangi pemilihan presiden pada November, dan meskipun pemerintahannya belum mengambil alih hingga Senin, 20 Januari 2025, Witkoff dengan cepat terlibat dan melakukan perjalanan ke Doha untuk berpartisipasi dalam negosiasi gencatan senjata yang telah berlangsung selama berbulan-bulan.

Meskipun ia tidak memiliki pengalaman atau pelatihan kebijakan luar negeri, penunjukannya sejalan dengan preferensi Trump untuk memilih orang-orang yang tidak konvensional dengan sedikit keahlian. "Kami memiliki orang-orang yang tahu segalanya tentang Timur Tengah, tetapi mereka tidak dapat berbicara dengan baik... dia adalah seorang negosiator yang hebat," kata presiden terpilih tentang temannya.

Setelah kesepakatan itu diumumkan, Trump mengatakan bahwa Witkoff akan terus "bekerja sama dengan Israel dan sekutu-sekutu kami untuk memastikan Gaza TIDAK PERNAH lagi menjadi tempat berlindung yang aman bagi para teroris".

Witkoff menghadiri pidato Netanyahu pada 2024 di Kongres AS, dan memuji pidato Perdana Menteri Israel di hadapan para anggota parlemen AS sebagai pidato yang "kuat". "Sungguh luar biasa berada di ruangan itu," katanya. Ketika Biden menghentikan sementara bantuan militer ke Israel tahun lalu, Witkoff memanfaatkan jeda tersebut untuk menggalang dana bagi kampanye Trump.

Pemilihan Waktu Politik

Selama hari-hari terakhir negosiasi, Witkoff bekerja sama dengan tim Biden, termasuk koordinator Timur Tengah Gedung Putih pada saat itu, Brett McGurk. Berbicara kepada para wartawan, juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada saat itu, Matthew Miller, mengatakan bahwa tim Trump "benar-benar kritis dalam menyelesaikan kesepakatan ini".

Pemerintahan Biden telah mencoba menggambarkan negosiasi sebagai upaya bipartisan. "Selama beberapa hari terakhir, kami telah berbicara sebagai satu tim," kata presiden sambil mengangguk kepada Witkoff. Namun, tim Trump menolak dengan mengatakan bahwa pemerintahan tidak dapat menyelesaikan kesepakatan sampai Witkoff turun tangan.

Seorang pejabat menggambarkan kerja sama McGurk dan Witkoff sebagai "kemitraan yang bermanfaat", di mana keduanya berkoordinasi secara erat ketika mereka menekan kedua belah pihak untuk mencapai kesepakatan.

Pada titik kritis pembicaraan kesepakatan, misalnya, Witkoff meninggalkan perundingan di Doha menuju Israel untuk bertemu Netanyahu, sementara McGurk tetap berada di Doha dan terus bekerja dengan para perunding Qatar, yang menjadi juru runding utama Hamas.

Meski tim Trump berusaha menggambarkan keterlibatan mereka, melalui Witkoff, sebagai sesuatu yang penting, beberapa analis memperingatkan agar tidak percaya dengan narasi tersebut.

"Saya sebenarnya cukup skeptis dengan gagasan bahwa Trump memberikan tekanan khusus pada Netanyahu, meskipun saya pikir itu adalah narasi yang ingin dipercaya oleh beberapa orang dan mungkin Trump ingin agar orang-orang percaya," kata Yousef Munayyer, seorang analis politik dan rekan senior di Arab Center Washington DC, kepada Al Jazeera.

"Saya pikir kenyataannya adalah bahwa ini adalah kesepakatan yang semua orang tahu harus terjadi dan satu-satunya hal yang benar-benar dapat dikendalikan oleh Israel adalah waktu kapan kesepakatan ini dapat terjadi dan mereka bermanuver sedemikian rupa di sekitar jadwal politik Amerika untuk memberikan kemenangan politik bagi Trump - pertama dalam pemilihan, dengan menjaga agar perang tetap berlangsung, dan kemudian pada hari pelantikannya."

Apa yang masih harus dilihat, tambah Munayyer, adalah apa yang telah dijanjikan oleh pemerintahan Trump kepada Israel sebagai imbalannya.

"Pertanyaan yang masih tersisa adalah imbalan seperti apa yang akan diberikan Trump kepada Israel, dan Netanyahu pada khususnya, ketika mereka menebusnya."

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |