TEMPO.CO, Jakarta - Kim Yong-hyun, mantan menteri pertahanan dan orang kepercayaan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol, menjadi pejabat pertama yang ditangkap pada Selasa malam terkait deklarasi darurat militer yang dikeluarkan oleh Yoon, Reuters melaporkan.
Kim mencoba bunuh diri saat berada dalam tahanan, kata para pejabat pada Rabu, 11 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut ini adalah apa yang kita ketahui tentang Kim dan perannya dalam upaya darurat militer di Korea Selatan.
Siapakah Kim Yong-hyun?
Kim lahir pada 1959 di kota pesisir tenggara Masan. Dia bergabung dengan Akademi Militer Korea, yang mendidik dan melatih taruna militer pada 1978. Ia memegang berbagai peran penting termasuk komandan pertahanan ibu kota dan kepala operasi di Kepala Staf Gabungan sebelum pensiun pada 2017 sebagai jenderal bintang tiga.
Di bawah Yoon, ia menjabat sebagai menteri perdana dinas keamanan kepresidenan sampai ia ditunjuk sebagai menteri pertahanan pada September lalu.
Kim telah menunjukkan pandangan garis keras tentang Korea Utara dan masalah keamanan secara umum. Dalam pidato pertamanya sebagai menteri pertahanan, ia memperingatkan bahwa rezim pemimpin Korea Utara Kim Jong Un akan membayar "harga yang sangat mahal" dan pada akhirnya akan menemui ajalnya jika melakukan provokasi.
Apa hubungan dia dengan Yoon?
Ketika Yoon mencalonkan Kim menjadi menteri pertahanan Agustus lalu, kepala stafnya menggambarkan Kim sebagai orang yang “memahami niat-niat panglima tertinggi lebih baik dari siapa pun”.
Kim belajar di Sekolah Menengah Chungam di Seoul, yang juga dihadiri Yoon. Sebagai alumni dari sekolah yang sama, mereka membangun hubungan baik dan akhirnya meletakkan dasar bagi apa yang disebut oleh anggota parlemen oposisi sebagai faksi Chungam - lingkaran kepercayaan terdekat Yoon. Di antara mereka, ada menteri dalam negeri Lee Sang-min yang kini mengundurkan diri dan komandan kontra-intelijen Yeo In-hyeong.
Kim, bersama dengan Lee, merupakan pejabat yang paling lama menjabat sejak Yoon mulai menjabat pada Mei 2022.
Peran apa yang dia mainkan dalam upaya darurat militer?
Dalam rapat kabinet yang tidak direncanakan yang diadakan Yoon beberapa menit sebelum deklarasi tengah malam pada 3 Desember, Kim merekomendasikan pemberlakuan darurat militer, kata Lee dan pejabat lainnya kepada parlemen.
Komandan Perang Khusus Angkatan Darat, Kwak Jong-geun, juga bersaksi pada hari Selasa bahwa Kim pada tanggal 1 Desember memerintahkan pengerahan pasukan untuk "menguasai" enam lokasi. Lokasi-lokasi yang dipilih adalah parlemen, markas besar oposisi utama Partai Demokrat, tiga kantor Komisi Pemilihan Umum Nasional, dan sebuah firma jajak pendapat yang dikelola oleh seorang YouTuber sayap kiri.
Apa yang terjadi sejak itu dan apa selanjutnya?
Kim telah mengundurkan diri dan menghadapi investigasi kriminal. Dia dilarang meninggalkan negara itu dan telah ditahan sejak Minggu atas tuduhan, di antaranya, pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan.
Tepat sebelum pengadilan menyetujui surat perintah penangkapan pada hari Selasa, Kim mencoba bunuh diri dengan menggunakan kemeja dan pakaian dalam di sebuah pusat penahanan di Seoul, Kementerian Kehakiman mengatakan pada Rabu, dan menambahkan bahwa nyawanya saat ini tidak dalam bahaya.
Kim tidak menghadiri sidang pengadilan untuk mendapatkan surat perintah tersebut, namun mengeluarkan pernyataan melalui pengacaranya. Ia meminta maaf karena telah menyebabkan kecemasan dan ketidaknyamanan bagi masyarakat dan mengatakan bahwa semua tanggung jawab atas krisis ini "sepenuhnya berada di tangan saya."