TEMPO.CO, Depok - Ahli keamanan siber Pratama Persadha menilai kesalahan Google mengkonversi nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dengan kurs Rp 8.170.76 pada Sabtu, 1 Februari 2025 menimbulkan kegaduhan. Lambannya penanganan dapat menurunkan tingkat kepercayaan publik kepada perusahaan raksasa teknologi tersebut.
Menurut Pratama, salah satu kemungkinan penyebabnya adalah adanya kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar. Seperti halnya sistem teknologi lainnya, Google mengandalkan algoritma yang menarik data dari berbagai sumber.“Jika terjadi bug atau gangguan teknis dalam proses ini, data yang disajikan bisa menjadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan,” kata Pratama, Sabtu. 1 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain itu, kata Pratama, Google mengambil data nilai tukar dari berbagai sumber eksternal, termasuk lembaga keuangan, penyedia data ekonomi, dan pasar valuta asing. “Perbedaan sumber ini bisa menyebabkan variasi dalam nilai tukar yang ditampilkan. Beberapa platform mungkin memperbarui data lebih cepat daripada yang lain, sehingga ada kemungkinan Google menampilkan kurs yang sudah usang atau belum terverifikasi dengan informasi terbaru dari bank sentral atau institusi keuangan utama,” tutur Pratama.
Kepala Lembaga Riset Keamanan Siber dan dan Komunikasi Communication and Information System Security Research Center (CISSRec) ini menambahkan, kesalahan input juga dapat menjadi kemungkinan penyebab lain dari ketidakakuratan kurs yang ditampilkan.
“Dalam sistem berbasis data, manusia tetap memiliki peran dalam memasukkan dan memperbarui informasi. Typo atau kesalahan manusiawi dalam menginput angka dapat menyebabkan kurs yang ditampilkan jauh dari nilai sebenarnya, terutama jika data tersebut tidak melewati proses verifikasi otomatis yang ketat,” kata Pratama.
Pratama juga menambahkan, kemungkinan yang lebih serius namun jarang terjadi adalah manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan. Meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan tidak mungkin ada upaya peretasan atau penyusupan oleh aktor jahat yang berusaha mengacaukan informasi finansial. “Dalam skenario ekstrem, manipulasi data kurs ini bisa digunakan sebagai bagian dari strategi spekulasi atau disinformasi untuk mengacaukan pasar,” ujarnya.
Untuk memastikan informasi nilai tukar yang benar, Pratama menyarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi, tetapi dapat mencari sumber resmi seperti Bank Indonesia, lembaga keuangan besar, atau layanan keuangan terpercaya lainnya. “Di tengah ketidakpastian digital, kehati-hatian dalam memverifikasi informasi adalah langkah penting dalam pengambilan keputusan finansial yang lebih baik,” katanya.
Pratama menilai kesalahan dalam menampilkan kurs nilai tukar rupiah yang terjadi di Google berdampak luas, terutama karena lambannya perbaikan terhadap informasi yang salah tersebut. Sebab, dalam ekosistem digital global, Google telah menjadi acuan utama bagi banyak orang dalam mencari informasi finansial, termasuk kurs mata uang. “Ketika data yang ditampilkan tidak akurat dan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa koreksi, hal ini dapat menimbulkan kebingungan, keresahan, bahkan kegaduhan di tengah masyarakat,” ujarnya.
Pratama meminta Google lebih bertanggung jawab dan memastikan akurasi informasi yang disebarkannya, terutama terkait data ekonomi yang sensitif. Kendati bukan penyedia data finansial primer dan hanya menarik informasi dari berbagai sumber, Google tetap memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa informasi yang ditampilkan akurat dan segera diperbaiki jika terjadi kesalahan.
Sebelumnya diberitakan bahwa tampilan situs Google pada Sabtu sore dilaporkan bermasalah karena menunjukkan nilai tukar dari rupiah ke dolar Amerika Serikat (AS) yang berada di level 8.170,65.Tidak hanya itu, mata uang lain seperti Euro juga error karena nilai tukarnya berada pada level 8.348,50 alih-alih Rp 16.889.
Padahal sehari sebelumnya, pada Jumat, 31 Januari 2025, kurs rupiah pada penutupan perdagangan hari itu melemah 49 poin atau 0,3 persen menjadi Rp 16.305 per dolar AS dari sebelumnya Rp 16.257 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat turut melemah ke level Rp 16.312 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp 16.259 per dolar AS.
Google segera memberi klarifikasi atas kesalahan informasi kurs tersebut. "Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga," kata perwakilan Google dalam keterangan, Sabtu, 1 Februari 2024, seperti dikutip Antara.
Usai menerima laporan ketidakakuratan tersebut, Google mengaku langsung meminta penyedia data untuk segera memperbaiki kesalahan informasi tersebut. "Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin," ujar perwakilan Google.
Pilihan Editor: 6 Fakta DeepSeek, Teknologi Kecerdasan Buatan Asal Cina