TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Swedia pada Kamis seperti dilansir Al Arabiya memenjarakan tiga pria karena menanam bahan peledak di luar sebuah perusahaan teknologi militer Israel di Gothenburg pada Juni.
Dua botol terisolasi yang berisi bahan peledak plastik ditemukan di luar kantor Elbit Systems, yang terkenal dengan sistem udara tak berawaknya, di kota terbesar kedua di Swedia pada 4 Juni.
Pasukan penjinak bom nasional memindahkan benda-benda tersebut, dan tidak ada kerusakan atau korban luka yang dilaporkan.
Dua pria berusia 24 dan 17 tahun dihukum karena memasang bom di luar gedung. Terdakwa pertama dijatuhi hukuman tujuh tahun penjara, sedangkan terdakwa kedua, yang saat itu berusia 16 tahun, diperintahkan untuk menghabiskan satu tahun dua bulan di panti asuhan.
Pasangan tersebut “bersama-sama dan dengan sengaja memegang dua alat peledak yang berisi 3,3 kilogram bahan peledak, tanpa izin. Itu terjadi di tempat dan waktu yang dituntut jaksa,” tulis pengadilan distrik Gothenburg dalam putusannya.
Tersangka ketiga, berusia 29 tahun, dinyatakan bersalah karena menyimpan dan menangani bahan peledak di rumahnya, namun tidak mengirimkannya ke dua kaki tangannya seperti yang diklaim jaksa.
Dia divonis empat tahun tujuh bulan penjara.
Ketiga terdakwa, yang menerima perintah dari orang tak dikenal untuk melakukan penyerangan, membantah tuduhan tersebut.
Badan intelijen Swedia Sapo pada akhir Mei menuduh Iran merekrut anggota geng kriminal Swedia untuk melakukan “tindakan kekerasan” terhadap Israel dan kepentingan lainnya di Swedia, sebuah klaim yang dibantah oleh Iran.
Elbit Systems juga menjadi sasaran dalam insiden penembakan yang dilakukan oleh seorang anak berusia 15 tahun pada 10 Oktober, yang tidak mengakibatkan cedera dan remaja tersebut ditangkap, menurut media Swedia.
Sejak genosida Israel di Gaza pada Oktober 2023, telah terjadi beberapa insiden yang menyasar kepentingan Israel di Swedia.
Kedutaan Besar Israel di Stockholm menjadi sasaran penembakan pada 1 Oktober.
Pada Februari, polisi menemukan sebuah granat di halaman kompleks kedutaan, yang oleh duta besar disebut sebagai percobaan penyerangan.
Dan pada Mei, tembakan terjadi di luar kedutaan, mendorong negara tersebut untuk meningkatkan langkah-langkah keamanan di sekitar kepentingan Israel dan institusi komunitas Yahudi.
Jaksa Rasmus Oman mengatakan kepada lembaga penyiaran publik SR pada Kamis bahwa beberapa penyelidikan yang melibatkan penembakan di dekat kedutaan Israel telah ditutup karena kurangnya bukti.
Dia mengatakan jaksa memiliki bukti yang memberatkan dua anak berusia 14 tahun, namun mereka tidak dapat dituntut karena mereka berusia di bawah 15 tahun.
Israel melancarkan perang genosida di Jalur Gaza menyusul serangan Hamas pada Oktober 2023, menewaskan hampir 44.600 orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan melukai lebih dari 105.700 orang.
Tahun kedua genosida di Gaza telah menuai kecaman internasional, dimana para pejabat dan lembaga mengecam serangan tersebut dan memblokir pengiriman bantuan sebagai upaya yang disengaja untuk menghancurkan populasi.
Bulan lalu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.
Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas perang mematikannya di Gaza.