TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah kecurangan dilakukan sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Yogyakarta dengan menggunakan alat elektronik khusus agar BBM yang dialirkan keluar lebih sedikit dari angka yang terlihat di layar indikator.
“Modusnya antara lain ada soket di dekat tempat listrik, begitu juga ada semacam charger yang terhubung,” kata Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Simon Aloysius Mantiri, di Jakarta, Senin, 9 Desember 2024.
Pertamina membongkar modus praktik curang yang dilakukan sejumlah SPBU di Yogyakarta dengan menemukan alat seperti charger yang tertancap di soket listrik dan terhubung dengan alat yang bisa memperlambat putaran pengisian. Imbasnya, meskipun indikator digital terus menunjukkan penambahan, namun BBM yang mengalir ke tangki kendaraan tidak sesuai takaran.
Simon mengatakan, setelah diukur, alat tersebut terbukti bisa mengurangi 300 mililiter setiap pengisian 20 liter. Artinya terjadi pembeli dirugikan 1,5 persen setiap mengisi BBM.
Ia berjanji Pertamina lewat Pertamina Patra Niaga, akan terus memastikan kalibrasi alat ukur yang sesuai standar operasional yang berlaku di perusahaannya.
“Sekecil apa pun itu, itu adalah hak rakyat yang dikurangi. Jangan sampai ada hak rakyat yang dikurangi,” kata dia.
Selain inspeksi mendadak, Pertamina akan terus melakukan pengawasan intensif. Selain itu, Simon mengatakan pengawasan dilakukan bersama Pertamina Digital Hub yang bisa mengawasi seluruh SPBU dengan menggunakan CCTV.
Ia mencontohkan empat SPBU milik swasta di Yogyakarta yang terbukti curang telah disegel dan diambil alih oleh Pertamina. “Operasional diambil alih oleh Pertamina agar kita kembalikan prosedurnya sesuai standar operasional yang berlaku,” ujarnya.
Sebelumnya, Area Manager Communication, Relations & CSR Pertamina Regional Jawa Bagian Tengah Brasto Galih Nugroho menuturkan telah melakukan pembinaan terhadap empat SPBU yang melakukan kecurangan itu. "Empat SPBU yang ditutup di Yogyakarta memiliki kode 44, yang artinya kepemilikannya oleh pihak swasta atau dikelola perorangan, bukan retail Pertamina yang kodenya 41," kata dia.
Brasto menjelaskan terungkapnya empat SPBU yang melakukan kecurangan merupakan hasil inspeksi mendadak (sidak) menjelang persiapan pelayanan oleh Satuan Tugas Natal dan Tahun Baru. "Dengan tidak beroperasinya empat SPBU itu konsumen dapat membeli di SPBU terdekat lainnya," kata dia.
Modus Tuyul di SPBU
Kecurangan dengan modus menggunakan switch pernah terungkap menjelang Lebaran 2024 ketika tim Kementerian Perdagangan melakukan sidak di SPB Rest Area KM 42 Jalan Tol Jakarta-Cikampek. Mereka menemukan switch di tiga dari delapan dispenser di pompa bensin tersebut.
Alat tersebut untuk mengatur agar dispenser mengucurkan BBM kurang dari takaran seharusnya, sehingga merugikan konsumen.
Menurut seorang mantan pengelola SPBU, modus memasang alat untuk mengurangi volume BBM yang keluar dari dispenser sudah biasa dilakukan. Ribut, 30 tahun, yang pernah mengelola SPBU di Kabupaten Semarang mengatakan, istilah "tuyul" diberikan ke pom bensin yang curang dalam beroperasi.
"Sebetulnya itu alat tambahan. Kalau dulu pada nyebutnya tuyul, karena kan mengurangi BBM," kata Ribut dihubungi Tempo pada Senin malam, 26 Maret 2024.
Alat itu dipasang di dispenser, bisa atas permintaan bos atau juga oleh prgawai SPBU sendiri. Karena kemajuan teknologi, switch ini bisa dikendalikan dengan remote dari jarak jauh.
Biasanya, kata Ribut, alat ini dioperasikan saat ramai pembeli. Mencurinya pun tidak berani dalam jumlah banyak.
"Biasanya ketahuan karena ada pembelian misal truk kontainer beli penuh ada selisih liternya yang cukup signifikan," tuturnya. "Jadi mainnya itu tipis. Enggak berani misal beli 1 liter dapatnya setengah liter gitu."
Rupanya penggerebekan yang heboh pada Maret lalu, tidak membuat pelaku kecurangan takut. Buktinya, Pertamina masih menemukan praktik tersebut saat ini. Pilihan Editor Prabowo Putuskan PPN 12 Persen Selektif, Pajak Kita Tertinggi di ASEAN
ADI WARSONO | DESTY LUTHFIANI | PRIBADI WICAKSONO | HAMMAM IZZUDIN berkontribusi dalam penulisan artikel ini