Trump Pilih Arab Saudi sebagai Kunjungan Luar Negeri Pertama, Tapi Ini Syaratnya

2 hours ago 5

TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin, 20 Januari 2025, bahwa ia kemungkinan akan mengunjungi Arab Saudi lagi sebagai kunjungan pertamanya ke luar negeri, tetapi hanya jika harganya pas, Middle East Eye melaporkan.

Ketika Trump menandatangani lebih dari seratus perintah eksekutif pada hari pertamanya di Gedung Putih, ia ditanya tentang perjalanannya ke Arab Saudi pada 2017, yang bertentangan dengan tradisi Amerika.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Trump mengatakan kepada seorang reporter di Ruang Oval bahwa ia pergi ke kerajaan itu karena pemerintah Saudi setuju untuk membeli ratusan miliar dolar barang-barang Amerika.

"Saya melakukannya dengan Arab Saudi terakhir kali karena mereka setuju untuk membeli produk kami senilai 450 miliar dolar. Saya katakan saya akan melakukannya, tetapi Anda harus membeli produk Amerika, dan mereka setuju untuk melakukannya," dan menambahkan bahwa ia "akan pergi ke sana" lagi jika kerajaan itu setuju untuk membeli lebih banyak.

"Saya tidak tahu. Jika Arab Saudi ingin membeli 450 atau 500 lagi, kami akan menaikkannya untuk semua inflasi. Saya pikir saya mungkin akan pergi ke sana."

Perjalanan 2017 tersebut menghasilkan foto terkenal Trump bersama Presiden Mesir Abdel-Fattah el-Sissi dan Raja Arab Saudi Salman bin Abdul-Aziz Al Saud, menyentuh bola dunia yang menyala.

Tidak jelas apakah Trump serius dalam pernyataannya. Namun, komentar tersebut menyoroti bagaimana Trump mendekati kebijakan dengan memprioritaskan perdagangan Amerika dan ekonomi AS di atas semua isu lainnya.

Hubungan AS-Saudi memburuk di bawah pemerintahan Presiden Joe Biden sebelumnya karena kritik Biden terhadap pembunuhan kolumnis Saudi Jamal Khashoggi.

Meskipun ada upaya dari pemerintahan Biden untuk memperbaiki hubungan mereka di paruh kedua masa jabatannya, hubungan tersebut tampaknya tidak pernah sepenuhnya hangat.

Di bawah pemerintahan Trump, Arab Saudi dan AS memiliki hubungan yang lebih bersahabat, dan menantu Trump yang juga mantan penasihat seniornya, Jared Kushner, memiliki hubungan pertemanan pribadi dengan putra mahkota Saudi, Mohammed bin Salman.

Persahabatan itu mulai berperan pada saat pembunuhan Khashoggi, yang dilakukan oleh agen-agen Saudi. Karena Khashoggi adalah seorang warga negara AS, pembunuhannya menyebabkan gelombang kejut di Washington, dengan seruan agar Trump mengutuk pembunuhannya.

Pemerintahan Trump sebelumnya tidak pernah mengubah hubungannya dengan Riyadh meskipun ada kemarahan atas pembunuhan Khashoggi, dan juga memblokir langkah kongres bipartisan yang bertujuan untuk mengakhiri dukungan AS untuk perang yang dipimpin Saudi di Yaman.

Sebelum memasuki masa jabatannya kali ini, Trump Organization juga menandatangani kesepakatan merek untuk proyek real estat menara mewah di Arab Saudi, sebuah tanda lain dari hubungan yang semakin erat antara Trump Organization dan Dar Al Arkan, perusahaan induk Dar Global, yang merupakan pengembang real estat yang mengerjakan proyek menara tersebut.

Setelah Trump kalah dalam pemilihan presiden 2020, ia juga terlihat beberapa kali bersama Yasir al-Rumayyan, kepala dana kekayaan negara Arab Saudi, yang saat ini juga mengetuai promosi LIV Golf yang baru.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |