TEMPO.CO, Jakarta - Bambu dikenal sebagai tanaman serbaguna. Kini, perkiraan total luas tumbuhan ini mencapai 30 juta hektar di seluruh daerah tropis Afrika, Asia, dan Amerika.
Dikutip dari laman IFAD, ternyata bambu memiliki potensi dalam menghadapi perubahan iklim. Organisasi Bambu dan Rotan Internasional atau INBAR memaparkan bagaimana bambu mampu menjadi solusi mitigasi perubahan iklim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Mampu Menyerap Karbon
Bambu dikenal sebagai tanaman dengan pertumbuhan cepat. Hal ini membuatnya unggul dalam menyerap karbon dioksida dibandingkan banyak spesies pohon. Bahkan, penelitian menunjukkan bahwa bambu dapat menyerap hingga 12 ton karbon dioksida per hektar dalam jangka waktu setahun. Bambu dapat menghasilkan 35 persen lebih banyak oksigen dibandingkan pohon biasa.
Tumbuhan yang masuk dalam kategori rumput ini mampu menyimpan karbon dalam jangka panjang. Laporan tahun 2015 oleh TU Delft, INBAR, dan Moso BV International menyatakan bahwa bambu memiliki jejak karbon lebih rendah dibandingkan kayu keras. Di Tiongkok, hutan bambu besar diperkirakan menyimpan 727 juta ton karbon pada 2010 dan jumlah ini dapat meningkat menjadi lebih dari 1 miliar ton pada 2050 berkat program reboisasi.
2. Pengganti Bahan Bakar Fosil
Bambu memberikan solusi bioenergi yang berkelanjutan. Mulai dari arang hingga briket yang bisa digunakan sebagai sumber energi alternatif. Di Uni Eropa, bambu bahkan sudah digunakan untuk membuat pelet sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Dengan sifatnya yang tumbuh cepat dan dapat dipanen dalam waktu singkat, bambu dapat mencegah penggundulan dan menyediakan sumber energi yang ramah lingkungan.
Sebagai contoh, hanya 180 kilogram bambu kering cukup untuk menghasilkan listrik selama enam jam bagi masyarakat dengan 250 rumah tangga. Selain itu, karena bambu bisa ditanam di lahan marginal, ia tidak perlu bersaing dengan lahan pertanian produktif.
3. Perubahan Iklim
Bambu membantu para petani dalam menghadapi perubahan iklim. Tanaman ini tumbuh dengan cepat dan dapat dipanen secara berkala. Sehingga petani memiliki peluang untuk menyesuaikan praktik pengelolaan mereka dengan kondisi iklim yang berubah. Selain itu, bambu dapat diolah menjadi berbagai produk yang bernilai jual dan memberikan sumber pendapatan sepanjang tahun.
4. Pemulihan Lahan
Bambu menjadi tanaman unggulan untuk memulihkan lahan terdegradasi. Tanaman ini tumbuh subur di tanah yang tidak cocok untuk tanaman lain, seperti tanah berbatu atau lereng curam. Sistem akar bambu yang kokoh membantu mengatur aliran air dan mencegah erosi tanah.
Kasus di Allahabad, India menunjukkan bagaimana bambu digunakan untuk memulihkan 80.000 hektar lahan terdegradasi yang pada akhirnya mendukung mata pencaharian masyarakat pedesaan. Di berbagai negara, termasuk Tiongkok, Kolombia, dan Ghan, bambu telah terbukti sebagai spesies pionir untuk rehabilitasi lahan yang rusak.
5. Sumber Mata Pencaharian
Bambu adalah sumber daya multifungsi dengan lebih dari 10.000 kegunaan. Mulai dari furnitur, kertas, kain, hingga perumahan ramah lingkungan. Dengan meningkatnya tekanan terhadap sumber daya hutan dan kebutuhan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, peran ekonomi bambu terus berkembang, baik secara lokal maupun global.
Sebagai bahan yang mudah diperbarui, bambu menawarkan solusi praktis untuk memitigasi perubahan iklim, sekaligus menjadi alat untuk memerangi kemiskinan pedesaan dan mendukung pembangunan berkelanjutan.