TEMPO.CO, Jakarta - Setiap jenis teh khas menawarkan rasa dan kandungan manfaat yang berbeda. Teh merupakan minuman berkafein yang didapat dari proses pengolahan daun, pucuk daun, atau tangkai daun kering tanaman Camellia sinensis yang diseduh menggunakan air panas.
Jenis Teh
1. Teh hijau
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Artful Tea, teh hijau umumnya diproduksi di Cina dan Jepang. Cara pengolahan Teh hijau Jepang dikukus segera setelah dipanen untuk menghentikan oksidasi. Teh hijau Jepang terkadang juga didiamkan selama beberapa pekan sebelum dipanen yang meningkatkan kadar klorofil, kafein, dan l-theanine .
Teh hijau Cina dipanaskan dalam wajan setelah panen untuk menghentikan proses oksidasi. Teh ini cenderung lembut daripada teh hijau Jepang dan menghasilkan warna keemasan dengan rasa yang ringan.
Teh hijau merupakan sumber antioksidan epigallocatechin-3-gallate (EGCG). Satu cangkir ukuran biasa teh hijau yang diseduh mengandung 200 miligram hingga 300 miligram EGCG.
2. Teh Hitam
Daun teh dipanen kemudian dilayukan, dihancurkan sedikit. Daun teh dioksidasi sepenuhnya yang mengubahnya menjadi warna gelap hitam kecokelatan dengan rasa yang cenderung lebih kuat daripada jenis teh lainnya.
Teh hitam umumnya diproduksi di Cina dan India. Secara umum, teh hitam India cenderung lebih pekat dan sering digunakan dalam campuran sarapan untuk ditambahkan susu dan pemanis. Teh hitam Cina cenderung ringan dan lembut, biasanya dikonsumsi begitu saja tanpa tambahan susu atau pemanis. Teh hitam Cina sering kali mengandung lebih sedikit kafein daripada teh hitam India.
Adapun kandungan theaflavin (kelompok polifenol) dalam teh hitam termasuk tinggi dan terbentuk selama proses oksidasi sehingga mewakili 3 persen sampai 6 persen dari polifenol dalam teh hitam. Polifenol ini melindungi sel-sel lemak dari kerusakan akibat radikal bebas dan mendukung produksi antioksidan alami tubuh, dikutip dari Healthline.
3. Teh Oolong
Teh oolong dibuat dengan cara menjemur daun di bawah matahari dan sedikit melayukan daun untuk menghasilkan oksidasi sebagian. Dikutip dari WebMD, produk teh oolong memiliki tingkat oksidasi yang bervariasi dari rendah hingga tinggi. Semakin lama daun dibiarkan berfermentasi, semakin gelap warna tehnya. Teh oolong yang hijau biasanya punya rasa yang kaya dan alami.
Beberapa antioksidan utama dalam teh oolong, yang dikenal sebagai polifenol teh, adalah theaflavin, thearubigin, dan EGCG. Teh oolong juga mengandung L-theanine, asam amino memiliki efek positif relaksasi dan kinerja kognitif.
4. Teh Putih
Teh putih jenis yang sedikit diolah dan paling lembut rasanya serta kadar kafein cenderung rendah. Teh ini diproduksi dengan cara memetik kuncup atau tunas paling muda dan daun tanaman teh sebelum mekar sepenuhnya. Daun-daun tersebut segera dikeringkan untuk mencegah oksidasi.
Saat ini, ada beberapa jenis teh putih, termasuk silver needle, white peony, Ceylon white, Darjeeling white, dan white pu-erh. Meskipun teh putih tidak mengandung makronutrien (nutrisi seperti lemak atau protein yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah besar), teh putih mengandung banyak antioksidan, termasuk polifenol, flavonoid, dan tanin. Teh putih diproses secara minimal mengandung lebih banyak antioksidan.
5. Teh Pu-erh
Ini jenis teh tua yang difermentasi sebagian dan memiliki karakter yang mirip dengan teh hitam. Teh pu-erh menghasilkan warna hitam kecokelatan dan memiliki rasa yang kuat dan sangat memuaskan. Pu-erh biasanya dijual dalam bentuk dipadatkan, namun ada juga yang bubuk.
Teh pu-erh mengandung kafein yang hampir sama dengan teh hitam (setengah dari secangkir kopi). Jenis teh ini berasal dari kota Pu-erh di Yunnan. Ada dua jenis Teh pu-erh yang terkenal yaitu Sheng pu-erh dan Shou pu-erh.