Aksara Murda: Pengertian, Cara Penulisan, dan Aturannya

9 hours ago 5

Indonesia dianugerahi kekayaan budaya yang melimpah, termasuk bahasa dan aksara atau sistem penulisan bahasa secara tradisional.

Dari banyaknya bahasa daerah di Indonesia, bahasa Jawa dikenal dengan aksaranya yang memiliki keunikan dan kedalaman nilai budaya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Aksara Jawa, yang juga dikenal dengan sebutan Hanacaraka, digunakan untuk menulis bahasa Jawa dan memiliki beberapa bentuk. 

Salah satu bentuknya adalah aksara murda yang dipakai untuk menulis nama-nama penting atau gelar. 

Selain itu, aksara Jawa juga mencerminkan hierarki sosial dalam masyarakat Jawa, dengan adanya pembagian tingkatan yang menunjukkan rasa hormat atau kesopanan. Lebih lanjut, berikut rangkuman informasi selengkapnya mengenai aksara murda.

Pengertian Aksara Murda

Mengutip dari buku Tata Tulis Aksara Jawa oleh Tim Kongres Aksara Jawa I Yogyakarta, Aksara Murda adalah kumpulan aksara-aksara mahaprana yang kemudian digolongkan menjadi aksara gedhé (kapital) pada aksara Jawa sebagaimana pada tradisi penulisan alphabet Latin, meskipun demikian aksara Jawa yang bersifat abugida tidaklah mengenal kapital seperti Latin.

Menurut e-modul Bahasa Jawa oleh PKBM Terang Bangsa, aksara murda dalam bahasa Jawa merujuk pada aksara yang menggambarkan sirah atau kepala, yang juga dikenal sebagai huruf kapital dalam aksara Jawa. 

Berdasarkan e-paper Pengenalan Aksara Jawa oleh Setya Amrih Prasaja, aksara murda dalam pemahaman weton Sriwedari dianggap sebagai aksara tua yang digunakan untuk menulis bunyi aksara Jawa Kuna, yang diambil langsung dari bahasa Sanskerta. 

Fungsi aksara murda ini meliputi penulisan kata atau kalimat yang berhubungan dengan kehormatan. Seperti nama raja, gelar, kedudukan, pangkat, leluhur, lembaga, geografi, serta hal-hal yang dihormati dan dibanggakan.

Cara Penulisan Aksara Murda

Berikut beberapa ketentuan dalam cara penulisan aksara murda:

  1. Aksara murda tidak bisa digunakan sebagai sigeg (konsonan penutup suku kata). Aksara ini tidak dapat dipangku atau diberi pasangan seperti pada penulisan huruf Jawa lain.
  2. Aksara murda bisa diberi sandhangan (tanda bunyi pada aksara Jawa).
  3. Penulisan aksara murda dalam satu kalimat cukup ditulis satu aksara setiap satu kata, serta dipilih yang berada di depan.
  4. 4Aksara murda harus ditulis lengkap dengan pasangannya sehingga menjadi berpasangan.

Aturan Penggunaan Aksara Murda

Aksara murda tidak dapat digunakan sembarangan. Terdapat beberapa aturan dalam pemakaiannya, seperti berikut ini.

  1. Aksara murda jumlahnya terbatas, tidak semua aksara yang terdaftar di dalam carakan ada aksara murda-nya. Oleh karena itu, pemakaian aksara murda tidak identik dengan pemakaian huruf kapital pada ejaan Latin.
  2. Aksara murda dapat digunakan untuk kebutuhan penghormatan atau kebutuhan tata prunggu, yaitu untuk menuliskan nama Tuhan; nama orang, tempat, dan benda yang dimuliakan serta pantas untuk mendapatkan kehormatan.
  3. Aksara murda dapat digunakan untuk menulis nama orang biasa dengan catatan hanya pada aksara yang terdepan saja, jika aksara yang terdepan tidak ada maka aksara di belakangnya begitu seterusnya. Dalam penulisan nama diri ini mengingat fungsinya sebagai penghormatan, maka jika seseorang menuliskan nama dirinya dengan aksara murda berarti tidak selaras dengan tata kesantunan Jawa.
  4. Dalam penulisannya aksara murda dapat dipakai sebagai penutup suku kata atau aksara sigeg dan bisa menjadi pasangan.
  5. Meskipun aksara murda bisa dimanfaatkan untuk kepentingan tata prunggu, namun tidak bersifat wajib artinya apabila tidak ditulis menggunakan aksara murda karena secara penulisan baku aksara Jawa tidak mengenal kapital maka tetap dianggap benar.

Pilihan Editor: Aksara Jawa dan Pasangannya, Jenis-Jenis, Filosofi, serta Aturan Penulisan

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |