TEMPO.CO, Jakarta - Berbagai lukisan dipamerkan melalui teknologi imersif di ruang pameran Galeri Indonesia Kaya yang terdapat di West Mall Grand Indonesia, Jalan M.H. Thamrin, Jakarta Pusat, Rabu, 13 November 2024. Ketika itu setiap pengunjung mengangkat tangan berkali-kali di depan lukisan dr. Wahidin Sudiro Husodo, Raden Ajeng Kartini, Presiden Soekarno, dan Basoeki Abdullah. Mereka terpukau dengan sajian obyek pameran ini bergerak.
Gambar-gambar yang muncul secara virtual ini bergerak, seolah memberikan respons kepada pengunjung saat melambaikan tangan dengan tetap berdiri di kotak warna merah. Saat itu, setiap orang bergiliran mengayunkan tangan kepada sosok-sosok lukisan itu. Galeri ini, memajang 14 karya maestro pelukis Indonesia, Basoeki Abdullah.
Ruang pameran bercahaya temaram. Sinar itu timbul dari layar virtual yang menampilkan setiap lukisan seniman kelahiran Sriwedari, Surakarta, Jawa Tengah, tahun 1915, itu. Pameran belasan lukisan itu bertajuk "Indonesia dalam Sketsa: Basoeki Abdullah".
Tujuan Pameran Karya Basoeki Abdullah
Puteri Basoeki, Cecilia Sidhawati, mengatakan apa yang dipamerkan di Galeri Indonesia Kaya, memiliki tujuan untuk memperkenalkan Basoeki kepada khalayak, terutama generasi Z. Menurut dia, pameran ini memberikan informasi untuk memperkenalkan maestro Indonesia di bidang seni rupa. Basoeki Abdullah melambung di dunia seni lukis lewat karyanya yang beraliran realis dan naturalis.
"Kami memang bertujuan ingin meneruskan misi dari ayah," kata Cecilia, saat menyampaikan pendapat tentang lukisan ayahnya, yang beberapa ditampilkan dalam pameran.
Cecilia bercerita, salah satu misi Basoeki, adalah meneruskan proses kreatifnya sebagai pelukis di Indonesia. Proses kerja kesenian itu bisa memberi motivasi kepada generasi muda untuk mengeksplorasi apa yang telah diciptakan sebelumnya. "Khususnya seniman pelukis," tutur dia.
Kepada tamu, yang duduk di depannya, Cecilia bercerita tentang kerja ayahnya sebagai pelukis. Dalam ingatannya, Basoeki adalah seniman yang suka bekerja dalam suasana tenang. "Yang di situ hanya ada dia sendiri," kata Cecilia.
Basoeki sendiri memiliki ruang kerja khusus. Kini dikenal dengan Galeri Basoeki Abdullah. Ada sebuah rumah lain. Dan di tempat ini, kadang menjadi wahana ia mencipta lukisan. "Kadang-kadang dia menyendiri di rumah tersebut," tutur dia, mengenang pelukis yang wafat pada 5 November 1993, itu.
Di rumah itu, penerima penghargaan bintang kehormatan tertinggi Poporo dari Kerajaan Thailand 1950-1960, itu kerap melukis dengan berpakaian santai. Kadang sang maestro hanya memakai celana pendek, kaus singlet, untuk bekerja. Menurut Cecilia, ayahnya pun meminta supaya ia tidak diganggu dalam waktu ia bergumul dengan anak-anak rohaninya. "Dia itu benar-benar bebas," ucap dia. "Jadi terserah dia, deh."
Salah satu lukisan Basoeki Abdullah yang dipamerkan di Galeri Indonesia Kaya, Jakarta. Foto TEMPO| Ihsan Reliubun.
Ditemani Dua Terkasih saat Melukis
Walau memiliki tingkat konsentrasi tinggi saat berkarya, Basoeki merupakan sosok ayah yang sangat menaruh perhatian terhadap keluarga. Terutama kepada istri dan anaknya. Bahkan ia kerap meminta istrinya atau Cecilia menemaninya ketika melukis. "Biasanya mama menemaninya melukis sampai selesai," kenang Cecilia.
Di sebuah lukisan terpampang di dinding virtual, memperlihatkan sebuah gambar manusia tengah menyelam di dasar laut. Tampak ikan dengan motif berwarna kuning, hitam; terumbu karang yang menumbuhkan bunga berwarna merah muda. Lukisan berukuran 250 x 124 itu diberi judul "Flora dan Fauna Kekayaan Indonesia". "Terumbu maupun ikan yang dilukis menjadi bukti betapa kayanya imajinasi Basoeki Abdullah," tertulis dalam keterangan gambar itu.
Di bawah gambar ini, tiga perempuan menari bergantian. Dua di antaranya memakai busana berwarna putih. Menari dengan tubuh berputar, mengalun dari kiri, pindah ke kanan, dengan tangan dibentangkan seperti kupu-kupu yang siap terbang, beranjak. Beberapa tamu memandang tarian itu dengan takjub berlatar lukisan Basoeki.
Pemerhati seni Amalia Wirjono, pameran imersif ini ditujukan kepada khalayak untuk mempelajari latar belakang pelukis dan lukisannya. Untuk melihat dengan jelas lukisan-lukisan asli, pengunjung perlu mendatangi Museum Basoeki Abdullah. Namun ia belum memastikan 14 karya yang dipamerkan ini tersedia di museum. "Jadi kalau mau mendalami itu ada baiknya datang ke museum," ucap Amalia seusai pameran.
Kematian Tragis Pelukis Legendaris
Basoeki adalah pelukis yang populer dengan aliran naturalisme. Dan dikenal sebagai pelukis dengan ciri khas romantik-turistik atau Mooi Indie. Ia akrab disapa Pak Bas. Kematiannya tragis. Saat itu, seorang pencuri masuk ke kamarnya, di Jalan Keuangan Raya 19, Jakarta, dengan niat menjarah koleksi arlojinya.
Basoeki tergeragap, sang pencuri menyambar bedil koleksi Basoeki yang tersimpan di dalam almari dan menghantamkannya ke kepala sang pelukis. Ia meninggal pada 5 November 1993 di usia 78 tahun. "Kenangan yang membahagiakan bukan hanya bersumber dari peristiwa yang membuat saya tertawa, tetapi juga dari peristiwa yang membuat saya mencucurkan air mata," begitulah kata-kata Basoeki, yang terpampang di sudut kiri pintu masuk ruang pameran.