CekFakta #282 Hati-Hati, Penipuan Online Modus "Penjagalan Babi" Menggunakan Deepfake

4 weeks ago 14

Halo, pembaca nawala Cek Fakta Tempo!

Banyaknya modus penipuan online makin bikin geleng-geleng kepala, terutama sejak teknologi Artificial Intelligence (AI) marak digunakan. Pada Pilpres lalu, masyarakat dibuat gemas dengan masifnya jelmaan AI dalam kampanye Prabowo-Gibran. Para pendidik juga kian pusing menghadapi maraknya plagiarisme akibat penggunaan AI generatif seperti ChatGPT. Sekarang, penipu online bermodus “penjagalan babi” juga semakin piawai mengelabui korban berkat deepfake dan malware yang berbahaya. Lalu, bagaimana kita bisa mengenalinya?

Apakah Anda menerima nawala ini dari teman dan bukan dari e-mail Tempo? Daftarkan surel di sini untuk berlangganan.

Bagian ini ditulis oleh Artika Rachmi Farmita dari Tim Cek Fakta Tempo

Hati-Hati, Penipuan Online Modus “Penjagalan Babi” Menggunakan Deepfake

Penipuan online dengan modus “Pig butchering” atau “penjagalan babi”, bukanlah hal baru. Sejak lebih dari 5 tahun lalu, teknik menipu yang juga dikenal sebagai shzhpán dalam bahasa Mandarin ini, berakar pada kelompok kejahatan terorganisir asal Cina dan beroperasi di banyak negara di seluruh dunia. Lebih dari 200.000 orang di Asia Tenggara diperbudak dan dianiaya, dipaksa menipu lewat dunia maya, termasuk warga negara Indonesia. 

Mengapa disebut “penjagalan babi”? Karena penipunya terlebih dahulu “menggemukkan” korban melalui kata-kata manis nan meyakinkan, termasuk memainkan emosi dan perasaan. Iming-imingnya seringkali berkedok kerja sama bisnis, investasi mata uang kripto, atau model investasi keuangan lainnya. Mereka membangun hubungan baik dengan korban alias “babi”, lalu perlahan-lahan menggiring mereka untuk ikut berinvestasi.

Kelak setelah “babi” dirasa cukup gemuk atau dana/investasi yang disetorkan dirasa cukup besar, para penipu kemudian mengambil kekayaan mereka. Akun maupun website investasi abal-abal yang dibuatkan untuk memerangkap korban, tiba-tiba tak dapat diakses. Atau mendadak menghilang.

Sean Gallagher, peneliti senior di firma keamanan Sophos, menjelaskan bahwa penipuan penjagalan babi menargetkan mereka yang rentan seperti orang yang punya masalah kesehatan jangka panjang, orang lanjut usia, dan orang yang merasa terisolasi atau kesepian.

Berdasarkan laporan terbaru dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Narkoba dan Kejahatan (UNODC), kelompok penjahat penipuan “penjagalan babi” di Asia Tenggara kini makin canggih. Mereka banyak menggunakan konten AI generatif dan deepfake untuk membuat masif operasi mereka. Seperti apa gambaran modusnya?

Memakai AI generatif seperti ChatGPT agar komunikasi terkesan natural. Dengan teknologi kecerdasan buatan ini, para penipu bisa menyesuaikan bahasa saat berkomunikasi dengan korban-korbannya dari berbagai belahan dunia. Laporan PBB menunjukkan bahwa AI dapat digunakan untuk mengotomatiskan serangan phishing, membuat identitas palsu dan profil online, serta membuat skrip yang dipersonalisasi untuk mengelabui korban. Jaringan penjahat terorganisir juga menggunakan skrip tertulis, template untuk membuat situs web jahat, dan beragam alur dialog yang terasa natural dalam berbagai bahasa. 

Menggunakan teknologi deepfake untuk meyakinkan korban. Deepfake ini mampu menukar wajah seseorang secara real-time dan membuat umpan video beresolusi tinggi. Dengan teknologi ini, penipu bisa mengelabui para korban dan “membuktikan” seolah-olah sosok mereka nyata melalui foto atau panggilan video secara langsung. Teknik ini sebenarnya sudah digunakan oleh para penipu percintaan (love scammers) di Afrika Barat. Salah satu aplikasi yang kini bisa kita gunakan untuk mendeteksi live deepfake adalah Reality Defender.

Memanfaatkan malware untuk menguras tabungan atau dompet kripto (crypto drainer). Selain itu, jenis malware yang diciptakan ditujukan untuk memanipulasi catatan transaksi atau investasi, sesuai model penipuan yang dijalankan. Biasanya, penipuan online menggunakan taktik mencuri kredensial seperti password atau PIN untuk mengakses dompet korban secara langsung. Kini, penjahat biasanya merancang suatu tautan atau platform agar tampak seperti layanan yang sah dan asli.

Meski kita perlu hati-hati terhadap berbagai penipuan online yang makin canggih, jangan putus asa dan tetap waspada. Teknologi kecerdasan buatan tidak diciptakan semata untuk penipu saja, bukan?

Bagian ini ditulis oleh Inge Klara Safitri dari Tempo Media Lab

Cek Fakta Pilihan

Benarkah Banyak Anak Meninggal karena Permen Semprot Asal Cina?

Sebuah video beredar di WhatsApp dan akun Facebook yang diklaim banyak anak yang meninggal karena keracunan spray candy atau permen semprot. Video itu memperlihatkan suasana rumah sakit yang merawat beberapa anak SD. Ditampilkan juga beberapa botol yang diklaim sebagai kemasan permen semprot asal Cina.

Iklan

| Hasil Pemeriksaan Fakta

Hasil verifikasi Tempo menunjukkan bahwa video tersebut memang benar peristiwa saat sejumlah siswa SD Negeri 39 Kota Palembang yang diduga keracunan permen semprot yang dibeli di sekitar sekolah. Namun peristiwa itu tidak menyebabkan para siswa meninggal dunia. 

Baca selengkapnya

Waktunya Trivia!

Benarkah Presiden FIFA Membatalkan Kemenangan Bahrain vs Indonesia?

Dua konten berisi klaim bahwa Presiden FIFA membatalkan kemenangan Tim Nasional Bahrain vs Indonesia, beredar di Facebook. Dua video itu masing-masing berdurasi 2 menit 9 detik dan 9 menit 45 detik yang berisi kolase pertandingan sepakbola saat Bahrain vs Indonesia, video Ketua PSSI Erick Thohir dan Presiden FIFA.

Mari kita cek faktanya!

Ada Apa Pekan Ini?

Dalam sepekan terakhir, klaim yang beredar di media sosial memiliki beragam isu. Buka tautannya ke kanal Cek Fakta Tempo.co untuk membaca hasil periksa fakta berikut:

Kenal seseorang yang tertarik dengan isu disinformasi? Teruskan nawala ini ke surel mereka. Punya kritik, saran, atau sekadar ingin bertukar gagasan? Layangkan ke sini. Ingin mengecek fakta dari informasi atau klaim yang anda terima? Hubungi ChatBot kami.

Ikuti kami di media sosial:

WhatsApp Channel

Facebook

Twitter

Instagram 

Telegram

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |