INFO NASIONAL - Komisi Pemilihan Umum Kabupaten Trenggalek menggelar debat publik Pilkada 2024 pada Rabu, 6 November 2024. Sebagai pasangan calon (paslon) tunggal, Calon Bupati dan Calon Wakil Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin dan Syah Muhammad Natanegara (Gus Ipin-Mas Syah) hadir menjawab pertanyaan dari para panelis dan menajamkan visi misi mereka.
Debat publik ini menjadi penting sebagai sosialisasi ide dan gagasan calon bupati dan calon wakil bupati sehingga para pemilih mengetahui apa yang ditawarkan oleh paslon nomor urut 02 untuk kemajuan Kabupaten Trenggalek. Guna mempertajam kembali visi misi Gus Ipin dan Mas Syah, Tim Info Tempo mewawancarai Gus Ipin tentang pandangannya terhadap Kabupaten Trenggalek di masa depan.
Apa tantangan yang dihadapi ketika menjadi satu-satunya pasangan yang mendaftar sebagai bakal calon bupati dan wakil bupati di KPU Trenggalek?
Saya melihatnya bukan tantangan, tetapi lebih kepada tanggung jawab moral untuk memastikan bahwa apa yang tercermin dalam survei itu betul-betul bisa terefleksi juga di hari pemilihan. Sehingga saya menjadi bagian yang menyelamatkan APBD Trenggalek. Karena kalau sampai, mohon maaf, kotak kosong yang menang, artinya masyarakat harus kehilangan kesempatan dan anggaran Rp 30-60 miliar untuk menggelar pilkada selanjutnya oleh KPU.
Bagaimana pendapat Anda terkait debat yang diselenggarakan KPU Trenggalek?
Bayangan saya panelis tidak hanya menyusun pertanyaan, namun juga bisa menyanggah atau mempertajam jawaban pasangan calon. Dengan begitu, terjadi interaksi dua arah. Saya minta maaf karena ada masyarakat yang bertanya, ‘kenapa kok nggak langsung dilantik kalau cuma melawan kotak kosong? Seharusnya dananya bisa dihemat’. Itu perspektif yang saya hormati karena kita memang butuh fiskal untuk pembangunan. Tetapi sekali lagi, ini bagian dari demokrasi dan debat juga sudah diatur dalam peraturan KPU.
Calon Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin di Pantai Kebo, Desa Ngulungwetan, Kecamatan Munjungan, Trenggalek. Dok. Istimewa
Apa saja yang sudah atau akan dilakukan menuju Pilkada Serentak 27 November?
Saya tidak kampanye. Jadi silaturahmi saja. Karena pada dasarnya masyarakat sudah mengenal saya, sudah tahu rekam jejak saya. Namun bukan berarti saya membanggakan apa yang saya kerjakan. Dalam hal ini, kita sudah bekerja bareng-bareng, diskusi bareng, sudah saling tahu.
Bagaimana kondisi Kabupaten Trenggalek sehingga Gus Ipin merasa perlu kembali memimpin?
Saya masih mempunyai satu mimpi besar bagaimana daerah yang dianggap bukan daerah aglomerasi utama, bukan daerah pusat kota atau manufaktur, tetapi dapat memperkuat ekonomi fiskal, kesejahteraan, distribution of wealth. Itu obsesi saya. Kalau kabupaten lain tumbuh karena sektor-sektor ekonomi yang ekstraktif, Trenggalek bisa enggak dengan ekonomi yang lebih berkelanjutan memakmurkan warganya. Itu menjadi mimpi besar saya.
Keputusan besar seperti menolak tambang emas 12 ribu hektare di Trenggalek, bagaimana kita mengakselerasi menjadi satu dari sembilan kota kabupaten di Jawa Timur yang kemiskinan ekstremnya sudah nol persen. Kita juga berpihak kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dan pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif, termasuk demand creation di sisi pertanian, hilirisasi di sektor-sektor primer yang berorientasi ekspor, itu yang terus kita dorong.
Alhamdulillah ketika saya menjadi wakil bupati, angka kemiskinan turun dari 91 ribu jiwa sekarang tinggal 73 ribu jiwa. Pertama kali menjabat paska- pandemi Covid, pertumbuhan ekonomi minus 2, sekarang bisa tumbuh 4,9 persen. Tingkat pengangguran sempat naik di 5,7 persen, kita bisa tekan di 4,5 persen, di bawah rata-rata provinsi. Stunting juga di bawah rata-rata nasional.
Alhamdulillah saya juga berhasil menghadirkan rumah sakit yang resilient terhadap pandemi dengan beberapa teknologi yang ada. Terobosan baru kita menghibahkan tanah untuk pendirian kampus. Harapannya bisa meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Dan jika sudah meningkat, harapannya sumber daya kreatif akan mendongkrak laju perekonomian daerah, sehingga lebih vibran. Itu obsesi lima tahun ke depan, bagaimana kita tumbuh inklusif, tetapi juga regeneratif berkelanjutan.
Apakah masih ada pekerjaan rumah saat Gus Ipin memimpin dan akan dilanjutkan ketika kembali menjabat sebagai bupati?
Pekerjaan rumah terbesar adalah bagaimana bisa menghasilkan ekonomi yang hand in hand dengan ekologi. Seorang ekonom, Kate Raworth memiliki konsep doughnut economy. Bagaimana daya dukung dan daya tampung lingkungan tidak terganggu dengan aktivitas ekonomi.
Salah satu misi yang Anda tetapkan adalah mewujudkan Trenggalek sebagai kota pariwisata berbasis kolaborasi. Seperti apa konsep pariwisata yang ditawarkan?
Dari sistem pariwisata, saya ingin one stop tourism. Berwisata di Trenggalek inginnya seamless. Kita pikir dulu bagaimana aksesibilitas menuju Trenggalek. Kita akan menyiapkan moda transportasi pengumpan dari Bandara Kediri, kemudian dari stasiun dan terminal yang ada di Tulungagung. Bagaimana supaya rute-rute itu bisa langsung terkoneksi dengan terminal- terminal pariwisata yang menyediakan mobility hub, membawa wisatawan ke one single ticket Hop-on Hop-off bus.
Dengan begitu, hanya menggunakan satu kendaraan bisa singgah ke berbagai macam destinasi. Pengalaman wisata yang ingin kita bangun adalah bagaimana menyatu dengan alam. Merasakan mandi di sungai yang bersih, terjebak di hutan durian, fine dining di goa yang masih aktif, dan sebagainya. Konsepnya adventures dan healing forest, atau aktivitas wisata yang memiliki nilai lebih, seperti ikut melakukan konservasi dengan menanam terumbu karang. Kami juga mendukung kuliner lokal dan cultural. Kita juga akan memperbanyak desa-desa wisata dan festival agar pertumbuhan menyebar dan merata.
Bagaimana dengan infrastruktur dan akses jalan serta transportasi di Trenggalek?
Infrastruktur jalan tentu basisnya by fiscal. Sekarang 76 persen kondisi jalan sudah dalam kondisi prima. Artinya, kita tuntaskan itu dalam 5 tahun ke depan. Kita akan bikin kota Trenggalek menjadi lebih atraktif. Atraktif untuk siapa? Mazhabnya active mobility. Bagaimana orang di Trenggalek dengan berjalan kaki atau bersepeda bisa commuting ke mana-mana.
Infrastrukturnya juga sekarang sedang kita uji coba melalui green shading atau tutupan hijau jadi di sepanjang trotoar supaya pejalan kaki di pedestrian bisa lebih adem. Jalur sepeda dibuat warna- warni agar masyarakat tertarik dan lebih aman karena jalur sepeda terproteksi. Kita juga sedang pitching dengan provider-provider transportasi umum agar tidak perlu investasi bus, tetapi by the service, sehingga pembayaran berdasarkan jarak per kilometer.
Apa bayangan Gus Ipin tentang Trenggalek di masa depan?
Bayangan saya, kota ini kota tanpa macet. Trenggalek ini bukan kota kecil, melainkan desa besar. Desa dengan fasilitas yang baik, tetap mempertahankan kelestarian alam, dan ekonominya terus bergerak, tidak stagnan. Kita bikin rencana pembangunan jangka panjang. Kita ingin tahun 2045 ketika Indonesia Emas Trenggalek ini sudah Net Zero Carbon Emission, berpendapatan tinggi dan punya daya saing kolektif. Itu bayangan saya 20 tahun ke depan.
Selama memimpin Trenggalek, sudah cukup banyak prestasi yang diraih. Apakah ada hal lain yang ingin dicapai?
Saya akan bahagia ketika pendapatan masyarakat terus bertambah. Saat ini, pendapatan masyarakat masih sekitar di USD 2.500 per kapita, kalau bisa USD 8.000. Itu bakal luar biasa. Rata-rata Indonesia baru USD 4.000. Artinya kita bisa mendorong upaya agar tidak terbelenggu dalam middle income trap (situasi stagnan, ketika negara berpendapatan menengah tidak dapat melakukan transisi ke negara berpendapatan tinggi).
Kita ingin Trenggalek tumbuh merata. Perlu proses dan saya percaya dengan paket-paket kebijakan Presiden Prabowo Subianto. Kalau itu bisa diterapkan dan konsisten, bisa membawa ke arah kemakmuran. Contoh, Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2024 tentang Penghapusan Utang Petani, Nelayan, dan Pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Mereka yang semula punya utang akhirnya sekarang bisa bankable lagi.
Kemudian makan siang bergizi, selama komitmennya adalah makan siang bergizi yang harus dikerjakan penduduk lokal dengan menggunakan bahan pangan lokal. Saya harap itu bisa konsisten, seperti yang saya lakukan terhadap dasa wisma kampung-kampung yang menyediakan tanaman pangan lestari.
Saya juga berharap, tiket pesawat angkutan bisa lebih murah lagi. Sehingga, orang lebih suka travelling di dalam negeri karena dapat meningkatkan peluang pemasaran produk UMKM dan jasa pariwisata turut berkembang. Kalau bisa seperti itu akan sangat menyenangkan sekali.
Apa harapan Gus Ipin untuk Kabupaten Trenggalek?
Indikatornya cuman satu, ketika warga Trenggalek mengatakan alhamdulillah atau bersyukur menjadi warga Trenggalek. Kalau sudah bersyukur, artinya semua indikator yang mereka rasakan sudah beyond (melewati ekspektasi). Apapun yang kita lakukan sudah paripurna, dengan catatan ekonomi tumbuh merata, tidak ada kemiskinan, sumber daya manusianya kreatif inovatif, lingkungan tetap dijaga lestari.
Apalagi ada potensi fiskal baru dengan perdagangan karbon. Kalau itu bisa dilakukan, saya sangat senang sekali karena tidak harus punya ekonomi ekstraktif, ekonomi yang berkelanjutan juga bisa menghidupi dan menyejahterakan masyarakat.(*)