YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Siapa bilang ekonomi belakangan ini baik-baik saja? Meski tak bisa dilihat secara nyata, namun penurunan daya beli masyarakat terasa semakin menurun saat ini.
Kondisi tersebut nyata dirasakan para pelaku usaha kuliner kaki lima di Yogyakarta, terutama para pedagang angkringan yang mulai kelimpungan menghadapi sepinya pembeli. Tak hanya soal berkurangnya pelanggan, lonjakan harga bahan baku turut memperparah situasi.
Dhipta, salah seorang pedagang angkringan yang biasa mangkal di kawasan utara Yogya, mengaku omset dagangannya anjlok tajam sejak awal Ramadan lalu. Biasanya, ia mampu menghabiskan 30 porsi nasi dalam sehari. Kini, membawa 15 porsi saja sering tak habis terjual.
“Berkurang banget omzetnya, bisa sampai 50 persen. Sekarang jauh lebih sepi dibanding biasanya. Orang-orang seperti enggan jajan,” tuturnya, Kamis (10/4/2025).
Menurut Dhipta, pembicaraan para pelanggan pun kerap menyinggung kondisi ekonomi yang serba sulit. Pendapatan pas-pasan, kebutuhan makin banyak, membuat angkringan pun tak lagi jadi pilihan utama untuk nongkrong ataupun sekadar ngopi.
Mengantisipasi kerugian lebih besar, Dhipta terpaksa memangkas stok dagangannya. Kenaikan harga bahan baku seperti cabai, telur, hingga beras juga memaksanya berhitung ulang dalam setiap pembelanjaan.
“Kalau masih dipaksa stok banyak, risikonya malah rugi. Sudah harga bahan naik, pembeli sepi pula,” keluhnya.
Ia pun berharap kondisi ekonomi segera membaik. Sebab jika tren lesunya daya beli terus berlanjut, bukan tidak mungkin banyak pedagang kecil yang akan tumbang dan menutup usahanya.
“Biar rakyat gampang cari uang, nggak stres mikirin dapur, harapannya sih ekonomi cepat pulih,” ujar Dhipta penuh harap.