JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Pemerintah Indonesia menyatakan kesiapannya untuk mengevakuasi sekitar 1.000 warga sipil dari Jalur Gaza dalam gelombang pertama bantuan kemanusiaan. Langkah ini diambil sebagai respons atas memburuknya kondisi kemanusiaan di wilayah yang dilanda konflik berkepanjangan dengan Israel.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa evakuasi tersebut akan bersifat sementara, dengan prioritas utama diberikan kepada korban luka-luka, anak-anak yatim piatu, serta warga yang mengalami trauma berat. Mereka akan ditampung di Indonesia hingga kondisi kesehatan dan psikologis membaik, dan dipulangkan kembali ke Gaza apabila situasi memungkinkan.
Prabowo juga menyampaikan bahwa Indonesia siap mengirimkan pesawat-pesawat untuk menjemput para pengungsi tersebut. Langkah ini menjadi salah satu bentuk konkret solidaritas Indonesia dalam mendukung misi kemanusiaan internasional bagi rakyat Palestina.
Kementerian Pertahanan dan TNI pun menyatakan kesiapan penuh dalam mendukung rencana evakuasi ini. Infrastruktur seperti rumah sakit, fasilitas kesehatan, dan armada transportasi udara telah disiapkan. Kepala Biro Humas Kemenhan, Brigjen Frega Wenas Inkiriwang, menyebut bahwa semua sumber daya pendukung sudah tersedia dan tinggal menunggu pelaksanaan teknis.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Sugiono menegaskan bahwa Indonesia menolak segala bentuk pengusiran permanen terhadap warga Palestina dari tanah mereka. Evakuasi ini, kata dia, bukan bentuk relokasi tetap, melainkan bentuk perlindungan sementara atas nama kemanusiaan.
Situasi di Gaza sendiri terus memburuk. Serangan terbaru Israel pada 9 April 2025 di kawasan Shujayea menewaskan sedikitnya 35 orang dan melukai puluhan lainnya. Lebih dari 2,1 juta warga masih terjebak tanpa akses memadai terhadap makanan, obat-obatan, dan bahan bakar. Tim penyelamat juga kesulitan menjangkau korban yang tertimbun reruntuhan karena blokade dan minimnya alat berat.
Sekjen PBB António Guterres menyebut Gaza sebagai “ladang pembantaian” dan mendesak komunitas internasional segera bertindak. Sejak perang meletus pada Oktober 2023, lebih dari 50.000 jiwa dilaporkan telah menjadi korban.
Dalam rangka merealisasikan rencana ini, Prabowo juga melakukan lawatan ke sejumlah negara seperti UEA, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania untuk berkonsultasi dan memastikan dukungan diplomatik. Pemerintah Indonesia menyadari bahwa keberhasilan misi ini sangat bergantung pada persetujuan dan kerja sama dari berbagai pihak, termasuk negara-negara kawasan.