TEMPO.CO, Jakarta - Amsterdam dilanda kerusuhan. Pemerintahan kota itu menuduh "pasukan antisemit" menyerang pendukung sepak bola Israel.
Wali Kota Femke Halsema mengatakan bahwa para penggemar Maccabi telah "diserang, dilecehkan dan dilempari kembang api" di sekitar kota, dan bahwa polisi anti huru-hara turun tangan untuk melindungi mereka dan mengawal mereka ke hotel. Setidaknya lima orang dirawat di rumah sakit.
Video-video di media sosial menunjukkan polisi anti huru-hara sedang beraksi, dengan beberapa penyerang meneriakkan cercaan anti-Israel. Beberapa rekaman juga menunjukkan para pendukung Maccabi Tel Aviv meneriakkan slogan-slogan anti-Arab sebelum pertandingan Kamis malam.
"Kami melihat banyak demonstrasi, banyak orang yang berlari. Itu sangat, sangat menakutkan," kata Joni Pogrebetsy, seorang penggemar sepak bola Israel yang berada di Amsterdam untuk menyaksikan pertandingan tersebut.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel mengirim pesawat ke Belanda untuk membawa pulang para penggemar.
Amsterdam melarang demonstrasi selama akhir pekan dan memberikan wewenang penghentian dan penggeledahan darurat kepada polisi sebagai tanggapan atas kerusuhan yang mengekspos kemarahan mendalam atas konflik Gaza-Israel.
Halsema mengatakan bahwa polisi kota terkejut setelah pihak keamanan gagal menandai pertandingan melawan Ajax Amsterdam, yang secara tradisional diidentifikasi sebagai klub Yahudi, sebagai pertandingan yang berisiko tinggi.
"Pasukan serang-lari antisemit" telah berhasil menghindari sekitar 200 petugas, katanya.
Keamanan diperketat di kota itu, di mana sebuah kebaktian direncanakan di sebuah monumen Yahudi pada Sabtu. Pada Kamis, ratusan orang berkumpul untuk memperingati Kristallnacht, pembantaian massal yang dilakukan Nazi terhadap kaum Yahudi di seluruh Jerman pada 9-10 November 1938.
Perdana Menteri Belanda Dick Schoof mengatakan bahwa ia "merasa ngeri dengan serangan antisemit terhadap warga Israel" dan telah meyakinkan Netanyahu melalui telepon bahwa "para pelaku akan diidentifikasi dan diadili".
Presiden Israel Isaac Herzog berbicara dengan Raja Belanda Willem-Alexander, yang menurutnya telah "mengungkapkan kengerian dan keterkejutan yang mendalam".
Herzog mengutip Raja Belanda yang mengatakan bahwa Belanda telah mengecewakan komunitas Yahudi selama Perang Dunia Kedua - di bawah pendudukan dan penganiayaan Nazi - dan sekali lagi pada Kamis malam.
Politisi anti-Muslim Geert Wilders, ketua partai terbesar di pemerintahan, mengatakan bahwa ia "malu hal ini bisa terjadi di Belanda".
Dalam sebuah unggahan pedas di platform media sosial X, ia menyalahkan "Muslim kriminal" dan mengatakan bahwa mereka harus dideportasi.
Polisi mengatakan telah terjadi insiden sebelum pertandingan, di mana 3.000 pendukung Maccabi melakukan perjalanan ke Amsterdam.
Provokasi oleh Penggemar Sepak Bola Israel
Satu video yang diverifikasi oleh Reuters menunjukkan sekelompok pria berlari di dekat stasiun pusat Amsterdam, mengejar dan menyerang pria lain, saat sirene polisi berbunyi. Video lain yang telah diverifikasi menunjukkan para penggemar Maccabi menyalakan suar dan meneriakkan "Ole, ole, biarkan IDF menang, kami akan menghabisi orang-orang Arab", mengacu pada Pasukan Pertahanan Israel.
Beberapa laporan lain mengatakan bahwa para pendukung sepak bola Israel memicu kekerasan dengan menyerang rumah-rumah dengan bendera Palestina dan pendukung pro-Palestina yang dimulai pada Rabu.
Kementerian Luar Negeri Palestina mengutuk nyanyian anti-Arab dan perusakan bendera Palestina di ibu kota Belanda oleh para penggemar klub sepak bola Israel. Otoritas Palestina mendesak pemerintah Belanda untuk menyelidiki pihak-pihak yang bertanggung jawab dan menyerukan perlindungan bagi warga Palestina dan Arab di Belanda dari pemukim dan tentara Israel, demikian laporan kantor berita Wafa.
Komite Perlawanan Palestina menegaskan bahwa tindakan provokatif yang dilakukan oleh para pendukung Israel terhadap klub sepak bola Maccabi Tel Aviv di Amsterdam sekali lagi mengekspos sifat asli entitas Zionis yang rasis, fasis, dan teroris.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Komite Perlawanan menyoroti bahwa bentrokan dan perlawanan yang ditunjukkan oleh warga Belanda terhadap para pendukung Israel tersebut mencerminkan kemarahan mendalam yang kini ada di benak dan hati orang-orang di seluruh Eropa, yang berasal dari kejahatan, tindakan genosida, dan pembantaian yang terus dilakukan oleh Israel terhadap rakyat Palestina dan Lebanon.
Komite menggarisbawahi pentingnya mobilisasi global untuk mendukung rakyat Gaza dan Lebanon, yang mengalami tindakan genosida tanpa henti, yang didokumentasikan secara lengkap dalam bentuk suara dan gambar, di tengah-tengah kebisuan yang meluas dan kemunafikan yang mendalam dari pemerintah-pemerintah Barat.
Orang-orang dan lembaga-lembaga di seluruh dunia, di seluruh wilayah dan demografi, kini menghadapi ujian kemanusiaan yang sesungguhnya ketika mereka menyaksikan kekejaman pembersihan etnis, pembunuhan, terorisme, dan genosida di Gaza dan Lebanon, demikian pernyataan kelompok tersebut.
Komite Perlawanan Palestina menekankan bahwa sudah waktunya untuk mengakhiri kebisuan dan kepasifan ini, mendesak semua pihak untuk mengirimkan pesan yang jelas kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahan ekstremisnya: "Rakyat kami di Palestina dan Lebanon tidak sendirian."
REUTERS | AL JAZEERA | AL MAYADEEN