Ketika Gurun Membuka Diri, Cerita Perjalanan ke Al Ula

1 hour ago 5

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Arab Saudi lewat 2030 Vision-nya sedang berupaya menggaet pemasukan negara lebih tinggi dari sektor non-migas. Salah satunya lewat pariwisata.

Kawasan yang digenjot untuk menjadi pusat turisme di Arab Saudi adalah Al Ula. Atas undangan Saudi Tourism Authority, Republika terbang ke Arab Saudi dan diajak melihat tempat-tempat wisata di Al Ula. Selama di sana Republika diundang menginap di salah satu resor populer di Al Ula yaitu Habitas AlUla. Resor dengan 96 vila ini berada di lembah gurun yang dikelilingi tebing-tebing batu pasir.

Setiap vila akan memiliki teras belakang batu tebing supertinggi dengan pasir di sekelilingnya. Penginapan ini bagi orang Indonesia terkenal karena sejumlah selebritas pernah menginap di sana setelah beribadah umroh.

Bagi saya, berada di gurun pasir dengan batu-batuan tinggi sejauh mata memandang lalu menemukan kolam renang di tengah resor adalah pemandangan yang sungguh menakjubkan. Luar biasa memang upaya Arab Saudi membuka dirinya bagi wisatawan.

Ketika berbincang dengan staf hotel, menurut mereka tamu yang banyak menginap di Habitas AlUla adalah turis Eropa. "Tapi ada juga turis Indonesia, rasanya hampir tiap pekan pasti ada orang Indonesia ke sini," ujarnya.

Habitas AlUla cuma satu dari beberapa hotel mewah di sana. Masih ada Banyantree serta The Chedi. Di tengah kota, saat melintas, kami melihat Hyatt Place juga AlUla Autograph Collection Hotel yang sedang dibangun. Beragam resto dengan pilihan menu yang premium juga tersedia di Al Ula, yang memang ditargetkan sebagai kawasan destinasi premium di Arab Saudi.

Akses ke Al Ula tak sulit. Kami kemarin tiba setelah berkendara 3,5 jam dengan mobil dari Madinah. Tapi bagi turis luar negeri yang ingin langsung terbang ke sini pun bisa. Al Ula memiliki bandaranya sendiri, Bandara Internasional Pangeran Abdul Majeed Bin Abdulaziz, berjarak sekitar 35 km tenggara Al Ula.

Seluruh maskapai internasional memiliki penerbangan langsung atau transit menuju kota-kota besar di Arab Saudi yang memudahkan akses ke Al Ula. Waktu terbang dari kota besar umumnya satu hingga dua jam. Kemarin kami terbang ke Jeddah dari Al Ula selama dua jam. Jika menggunakan jalur darat butuh waktu tujuh jam dari Al Ula ke Jeddah.

Kemarin kami mengunjungi Al Ula di awal bulan November, saat itu cuacanya sedang menuju musim dingin. Hawa subuh di Al Ula berkisar 15 derajat, saat siang tentunya cuacanya lebih panas. Tingkat kelembabannya yang saat itu ada di level 12 persen atau kering ekstrem membuat kami mengalami kering di kulit, bibir berdarah, hingga berdarah di bagian lubang hidung. Pastikan saat ke Al Ula minum banyak air putih supaya tubuh terhidrasi optimal.

Waktu ternyaman ke Al Ula dimulai dari pertengahan September. Saat itu cuaca lebih lembut dengan angin sejuk, terutama di bagian utara dan dataran tinggi barat daya. Siang hari tetap hangat, tetapi malam hari menjadi lebih sejuk dan nyaman untuk berjalan-jalan.

Sedangkan masuk musim dingin di pertengahan Desember sampai pertengahan Maret adalah waktu terbaik menyambangi Al Ula. Siang yang hangat dan malam sejuk ideal untuk berwisata atau mengeksplorasi alam.

Bagaimana dengan musim panas? Pemandu wisata kami tidak menyarankan karena suhunya sangat panas. Meski katanya hotel-hotel di Al Ula akan banting harga di musim panas. "Keluar hotel baru bisa setelah malam hari saja," katanya.

Meski turis non-Muslim terbuka untuk berwisata di Al Ula, mereka tetap disarankan menggunakan pakaian yang sopan. Perempuan tidak diwajibkan memakai penutup kepala atau abaya. Bersikap santun juga dianjurkan di sini. Selama waktu sholat tiba musik akan dimatikan di ruang publik dan banyak toko akan tutup sementara.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |