TEMPO.CO, Jakarta - India dikenal sebagai rumah terbesar pengikut ajaran agama Hindu. Hindu sendiri memiliki sejumlah aliran, salah satunya sekte Aghori. Dikutip dari Dailymail, mereka dikenal sebagai sekte kanibal. Sekte ini memakan daging manusia, minum dari tengkorak, dan hidup di antara orang mati. Beberapa di antara mereka mengonsumsi marijuana untuk meditasi dan mengolesi tubuh dengan abu kremasi. Lantas, apa sebenarnya sekte Aghori India?
Dikutip dari Times Of India, sekte Aghori berakar dari ke sekte Kapalika dan Kalamukha kuno dalam agama Hindu, yang muncul antara abad ke-7 dan ke-8 Masehi. Sekte-sekte ini dikenal karena praktik radikal dan tantra mereka, seperti penyembahan dewa-dewa yang ganas, penggunaan zat memabukkan, dan pelaksanaan ritual pengorbanan.
Seiring berjalannya waktu, sekte-sekte ini bergabung dan berkembang menjadi tradisi Aghori, yang didirikan di India utara. Dikutip dari Dailymail, Aghori saat ini berasal dari Baba Keenaram yang konon hidup hingga usia 170 tahun. Baba Keenaram dianggap sebagai pencetus sekte Aghori dari Shaivisme.
Masih dikutip dari Times Of India, ia menjadi orang pertama yang mengkodifikasikan prinsip- prinsip dan praktik Aghor dalam karya- karyanya, seperti Viveksara, Ramgeeta, Ramrasal, dan Unmuniram. la juga dianggap sebagai inkarnasi Siwa, dan diyakini terjadi beberapa hal ajaib saat kelahirannya.
Menurut beberapa sumber, Baba Keenaram lahir dalam keluarga Kshatriya di desa Ramgarh di Uttar Pradesh pada 1658. Baba Keenaram menunjukkan tanda-tanda kecenderungan spiritual sejak usia dini. Ia meninggalkan rumahnya pada usia 11 tahun untuk mencari seorang guru. Kemudian, ia bertemu Baba Kaluram, seorang murid Dewa Dattatreya, yang menginisiasinya ke jalan Aghor dan mengajarinya rahasia Aghorshastra.
la juga menerima berkat dari Hinglaj Mata, dewi Aghor, yang menampakkan diri kepadanya di sebuah gua di Balochistan (sekarang di Pakistan) dan memberinya mantra dan tengkorak. Baba Keenaram pun dihormati sebagai adi- guru, atau guru pertama, dari tradisi Aghori, dan samadhi-nya merupakan tempat ziarah bagi banyak orang Aghori dan pemuja lainnya.
Guru tradisi Aghori saat ini adalah Baba Siddharth Gautam Ram, yang merupakan guru ke-12 dalam garis keturunan dan kepala ashram Krim- Kund. Suku Aghori menganut filosofi monistik, yang menyatakan bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah satu dan berasal dari Brahman, realitas tertinggi. Mereka percaya bahwa jiwa setiap orang adalah Siwa, manifestasi tertinggi dari Brahman, tetapi tercakup oleh delapan ikatan utama yang menyebabkan ketidaktahuan dan penderitaan.
Ikatan-ikatan ini adalah kenikmatan sensual, kemarahan, keserakahan, obsesi, ketakutan, kebencian, kesombongan, dan diskriminasi. Suku Aghori bertujuan untuk melepaskan diri dari ikatan-ikatan ini dan mencapai moksha, atau pembebasan, dengan menyadari identitas mereka dengan Siwa.
Suku Aghori juga dikenal menantang norma dan nilai konvensional masyarakat. Mereka berusaha melampaui keterbatasan kondisi manusia. Mereka mengabdikan diri kepada Siwa, dan bercita-cita untuk menjadi satu dengannya. Untuk mencapai tujuan ini, suku Aghori terlibat dalam berbagai praktik yang menantang gagasan konvensional tentang kemurnian dan moralitas.
Dikutip dari Dailymail, para pemuka Aghori memakan daging manusia sebagai bagian dari ritual mereka. Serta minum dari tengkorak manusia, mengunyah kepala hewan hidup dan bermeditasi di atas mayat untuk mencari pencerahan spiritual. Terkadang, mereka menggunakan kombinasi ganja, alkohol, untuk membantu mereka mendekatkan diri mereka kepada Dewa Siwa.
Di sisi lain, praktek-praktek Aghori Sadhu mendapat penghargaan besar dari penduduk pedesaan. Sebab, mereka dianggap memiliki kekuatan penyembuhan yang diperoleh melalui ritual dan praktik pelepasan keduniawian. Aghori dikenal mengekstrak minyak manusia dari mayat yang terbakar dari tumpukan kayu dan menggunakannya sebagai obat. dikutip dari Ganeshaspeaks, suku Aghori mengklaim memiliki obat-obatan yang dapat mengobati beberapa penyakit mematikan seperti Kanker dan AIDS.
Pilihan Editor: Sekte Minoritas Suriah Minta Perlindungan