Pasar Modal Syariah Bangkit, Tapi Masih Tertinggal dari Malaysia

3 hours ago 7

Karyawan mengakses Rekening Dana Nasabah (RDN) Online di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (16/1/2024). Peluncuran ini menandakan BSI berkomitmen kuat untuk mendorong percepatan bisnis Pasar Modal Syariah dalam negeri.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti CSED INDEF, Nurhastuty Wardhani, menilai pasar modal syariah Indonesia mulai bangkit setelah lama tertidur. Namun, standar penyaringan saham syariah dinilai masih longgar dibanding Malaysia sehingga berpotensi mengurangi kualitas kepatuhan syariah.

“Pasar modal syariah Indonesia adalah sleeping giant yang kini bangun, ditandai pertumbuhan tujuh persen emiten syariah dan kontribusi 30 persen terhadap pasar sukuk global,” ujar Nurhastuty dalam Diskusi Publik “Evaluasi Ekonomi Syariah di Satu Tahun Pemerintahan Prabowo”, Rabu (15/10/2025).

Ia menjelaskan, peningkatan jumlah emiten dan nilai sukuk mencerminkan meningkatnya kepercayaan investor terhadap pasar syariah domestik. Namun, tanpa penyelarasan regulasi dan fatwa, pertumbuhan tersebut belum cukup memperkuat daya saing global.

Menurut Nurhastuty, rasio utang 45 persen yang diterapkan dalam penyaringan saham syariah di Indonesia jauh lebih longgar dibanding Malaysia yang hanya 33 persen. “Perbedaan standar ini membuat pasar Indonesia lebih volatil, meski menarik minat investor asing,” ujarnya.

Ia menilai, koordinasi antara Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI perlu diperkuat agar prinsip syariah di pasar modal lebih konsisten dan memiliki standar baku yang sejalan secara internasional. Integrasi kebijakan dinilai penting untuk memperkuat posisi Indonesia di pasar keuangan global.

Nurhastuty juga mendorong peningkatan literasi pasar modal syariah melalui kurikulum pendidikan tinggi dan pelatihan publik. “Tanpa literasi, masyarakat sulit memahami manfaat investasi syariah sebagai instrumen keuangan yang beretika dan berkelanjutan,” katanya.

Selain itu, digitalisasi platform investasi syariah dan konektivitas pasar antarnegara ASEAN disebut menjadi langkah strategis berikutnya. “Digitalisasi akan mempercepat transaksi lintas negara dan memperkuat posisi Indonesia sebagai pusat keuangan syariah dunia,” ujarnya.

Menurut CSED INDEF, pemerintah perlu segera mempercepat integrasi regulasi, literasi, dan digitalisasi untuk menutup kesenjangan dengan Malaysia. Dengan langkah itu, potensi besar pasar modal syariah Indonesia dapat dioptimalkan untuk menopang pertumbuhan ekonomi nasional.

Pasar Modal Syariah 2024.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |