TEMPO.CO, Bandung - Tim Muhibah Angklung Bandung menangguk utang hingga Rp 850 juta sepulang lawatan promosi budaya ke luar negeri. Ketua sekaligus pendiri tim Maulana Syuhada mengatakan pihaknya berusaha dengan berbagai cara untuk bisa melunasi pinjaman itu secepatnya. “Kami sedang mencari akses untuk menggelar acara nonton bareng film perjalanan kami ke kalangan pelajar,” katanya kepada Tempo, Senin 11 November 2024.
Rencana Tim Muhibah Angklung Lunasi Utang
Utang sebesar Rp 850 juta itu berasal dari beberapa orang kenalannya. Maulana enggan membuka atau menggalang donasi publik untuk melunasi utang. Dia lebih memilih untuk menjalin kerja sama dan bisnis bersama mitra, seperti dengan Dinas Pendidikan Kota Cimahi. Beberapa waktu lalu, dinas mengerahkan siswa sekolah untuk menonton film perjalanan Tim Muhibah Angklung di luar negeri secara berbayar di bioskop.
Pola kerja sama itu menurut Maulana yang akan disampaikan ke Kepala Dinas Pendidikan Jawa Barat bersama anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) asal Jawa Barat, Agita Nurfianti. “Mengajak pihak-pihak terkait untuk mendiskusikan dan mencari jalan keluar terbaik,” katanya. Harapannya siswa di Jawa Barat bisa diajak untuk menonton film perjalanan Tim Muhibah Angklung yang diputar secara khusus di bioskop.
Maulana mengatakan pihaknya menyiapkan empat film, tiga di antaranya saat ini masih dalam proses penyelesaian. Kalkulasinya secara kasar, butuh 65 ribu orang penonton untuk bisa melunasi utang. “Jadi kalau satu sekolah yang menonton 200 orang, perlu 325 sekolah,” ujarnya. Adapun harga tiket bervariasi di berbagai daerah. Dia berharap bisa menggaet penonton kalangan pelajar di wilayah kota besar seperti Jabodetabek karena sarana bioskopnya banyak tersedia.
Muhibah Budaya di Kawasan Mediterania dan Timur Tengah
Sebelumnya, pada 1 Juli hingga 2 Agustus 2024 Tim Muhibah Angklung yang berjumlah 37 orang berkeliling ke beberapa tempat dan festival musik. Lokasi konser misi budaya itu dimulai dari Portugal, Spanyol, kemudian Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi. Lawatan dua tahun sekali itu menurut Maulana, bertujuan menjaga angklung sebagai warisan tak benda dunia dengan cara dimainkan dan dipromosikan agar statusnya tidak dicabut United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO).
Sejak 2016, tim asal Bandung itu tampil di mancanegara mulai dari Eropa, Australia (2018), Amerika Serikat (2022). Namun baru sekarang menurut Maulana, mereka kesulitan mendapatkan dana pendukung hingga berutang besar. “Miris kata orang, sudah perjuangkan Merah Putih, mempromosikan budaya dan sudah menyumbang untuk Indonesia tapi malah harus berutang,” ujarnya.
Dari kebutuhan dana Rp 3 miliar, kemudian menjadi Rp 2,5 miliar, hingga tim harus mengetatkan ikat pinggang dengan menghemat sampai 30-an persen. Misalnya dengan mencoret akomodasi di hotel lalu menginap di wisma Kedutaan Besar Republik Indonesia. Cara lain untuk bertahan dengan menjual souvenir hingga terkumpul dana sekitar Rp 100 juta. “Dana dari pemerintah sebelum kami berangkat kurang dari 10 persen,” kata Maulana.
Dipersiapkan sejak April 2023, tim memadukan permainan musik angklung dengan tarian dan kesenian tradisional. Para pemain dari kalangan pelajar usia 15 tahun lebih dan mahasiswa berumur 20-an tahun membawakan lagu dan tarian daerah mulai dari Aceh hingga Papua dengan iringan musik angklung serta sisipan permainan wayang golek. Selain itu mereka menyuguhkan beberapa repertoar lagu internasional dari berbagai genr'e seperti 'Avengers' (Alan Silvestri), 'Nothing Else Matters' (Metallica), 'Rahmatun Lil’Alameen' (Mahir Zain), 'Libiamo ne’lieti calici' (Giuseppe Verdi), serta 'We Are the World (Michael Jackson dan Lionel Richie).