JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menguat signifikan usai Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penangguhan tarif impor tinggi selama 90 hari. Pada Kamis (10/4/2025), rupiah ditutup menguat di posisi Rp 16.823 per dolar AS, naik 49 poin dibandingkan hari sebelumnya.
Berdasarkan data Bloomberg, penguatan rupiah ini turut ditopang oleh meredanya kekhawatiran pasar terhadap eskalasi perang dagang. Sementara itu, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia mencatat rupiah berada di level Rp 16.779, jauh membaik dibandingkan penutupan sebelumnya di Rp 16.943 per dolar AS.
Analis pasar uang, Ibrahim Assuabi, menyebut penguatan ini masih akan berlanjut pada perdagangan Jumat. Ia memproyeksikan rupiah akan bergerak fluktuatif namun ditutup menguat di kisaran Rp 16.750 hingga Rp 16.830. “Pasar menyambut positif langkah penundaan tarif ini. Di sisi lain, IHSG juga mulai rebound setelah sempat melemah,” ujarnya.
Kebijakan penangguhan tarif diumumkan langsung oleh Trump lewat unggahan di media sosial, Rabu malam waktu setempat. Ia menyatakan seluruh tarif tinggi terhadap negara-negara mitra dagang—kecuali Cina, Meksiko, dan Kanada—akan ditangguhkan sementara selama tiga bulan. Indonesia termasuk salah satu negara yang sebelumnya dikenai tarif hingga 32 persen.
“Belum ada yang benar-benar berakhir. Namun kami melihat niat baik dari banyak negara untuk duduk bersama dan berunding,” kata Trump. Ia menegaskan, penangguhan dilakukan untuk memberi ruang negosiasi, namun tarif tetap menjadi alat tekanan utama bagi AS.
Meski sebagian negara menikmati penangguhan dan kini dikenai tarif universal sebesar 10 persen, Cina justru menghadapi lonjakan tarif. Trump menaikkan tarif terhadap produk impor dari Cina dari 104 persen menjadi 125 persen, sebagai respons atas pengumuman tarif balasan dari Beijing. “Berdasarkan kurangnya rasa hormat Cina terhadap Pasar Dunia, tarif terhadap Cina kami naikkan segera,” tulis Trump.
Kebijakan serupa juga berlaku bagi Meksiko dan Kanada, yang tetap dikenai tarif 25 persen kecuali mereka bersedia mematuhi ketentuan dalam Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA). Namun Trump tetap mempertahankan beberapa tarif khusus yang sudah diberlakukan sebelumnya di sektor tertentu.
Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen, menyambut baik keputusan penangguhan tersebut. Ia menyebut langkah Trump sebagai sinyal positif menuju stabilisasi perdagangan global yang selama ini diguncang oleh ketegangan geopolitik. “Tarif adalah pajak yang merugikan bisnis dan konsumen. Kami terus mendorong kesepakatan tarif nol-untuk-nol antara EU dan AS,” ujarnya seperti dikutip Antara.
Di tengah ketegangan global, masyarakat Indonesia dinilai makin melek terhadap dinamika ekonomi dunia. Ibrahim menuturkan, kesadaran masyarakat terlihat dari meningkatnya permintaan emas fisik, yang menjadi aset lindung nilai di tengah gejolak ekonomi. “Masyarakat semakin peka, terutama saat kebijakan seperti tarif impor mulai berdampak langsung pada harga dan nilai tukar,” jelasnya.
Meski tensi dengan Cina belum mereda, kebijakan Trump memberi ruang jeda sementara bagi pasar global untuk bernapas. Bagi Indonesia, momen ini menjadi peluang memperkuat stabilitas ekonomi, menjaga momentum ekspor, serta membangun relasi dagang yang lebih strategis di tengah pergeseran peta perdagangan internasional.