WONOGIRI, JOGLOSEMARNEWS.COM – Serangan kawanan monyet liar di Kabupaten Wonogiri kian mengganas. Meski berbagai upaya telah dilakukan warga, hasilnya nihil.
Tanaman tetap dirusak, rumah warga tak luput dari serbuan, dan hingga kini tidak satu pun dari 25 kecamatan di Wonogiri yang terbebas dari ancaman hewan berekor panjang itu.
Beragam cara sudah dicoba masyarakat. Salah satunya dengan menanam bibit buah di hutan agar monyet tidak turun ke pemukiman. Sayangnya, usaha itu justru jadi sia-sia. Bibit belum sempat tumbuh, sudah dicabuti dan dirusak oleh kawanan monyet.
“Baru saja tanam bibit talok dan jambu di tepi hutan, eh besoknya sudah habis digali monyet. Bukan malah makan, tapi dihancurkan,” keluh Sukirno (54), warga Kecamatan Tirtomoyo.
Upaya lainnya adalah membunyikan kentongan dan suara-suara keras untuk mengusir monyet. Namun kebiasaan ini kini tidak lagi efektif.
“Dulu masih lari kalau dengar kentongan. Sekarang malah duduk santai di atas pohon, ndelik (bersembunyi) sambil makan singkong,” ujar Lasinem (60), warga Kecamatan Ngadirojo.
Sebagian warga bahkan mengerahkan anjing peliharaan untuk menghalau kawanan tersebut. Tapi monyet yang jumlahnya ratusan terlalu tangguh untuk dikalahkan.
“Anjing saya sampai takut. Dikejar malah balik lari. Monyetnya banyak banget, sudah kayak pasukan,” tutur Agus (38), petani dari Kecamatan Baturetno.
Tak sedikit warga mencoba bertahan dengan mengganti tanaman palawija ke empon-empon atau jenis tanaman yang konon tak disukai monyet. Namun hasilnya justru membuat monyet mengalihkan target ke dalam rumah.
“Jagung diganti jahe, kunyit, tetap saja datang. Sekarang malah masuk dapur, ngambil pisang, nasi, bahkan telur,” ungkap Rukiyem (47), ibu rumah tangga asal Kecamatan Giriwoyo.
Meski sudah di ambang keputusasaan, warga tetap tidak berani membunuh monyet karena takut akan reaksi kawanan lainnya. Ada kepercayaan lokal bahwa monyet yang dibunuh bisa mendatangkan serangan balasan yang lebih brutal.
Kini, masyarakat mendesak pemerintah daerah dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) untuk turun tangan secara tegas dan menyeluruh.
“Kami minta ada tindakan nyata. Jangan cuma datang, foto-foto, terus pulang. Kami di sini sudah nggak kuat,” kata salah satu warga.
Warga berharap ada solusi jangka panjang dan berkeadilan, mengingat serangan ini telah merugikan secara ekonomi dan menimbulkan keresahan yang berkepanjangan.
“Bukan soal rusaknya tanaman saja. Ini sudah mengganggu ketenteraman hidup. Setiap hari seperti berjaga perang, tapi musuhnya monyet,” tandas Sukirno.
Warga pun kini hanya bisa pasrah, berharap ada keajaiban atau tindakan nyata dari institusi yang bersangkutan. Aris Arianto