Utus Jokowi ke Pemakaman Paus Fransiskus, Jokowi Dinilai Bikin Blunder Lagi

5 hours ago 6

Presiden ke-7 RI Joko Widodo atau Jokowi didampingi kuasa hukumnya memberikan keterangan kepada wartawan usai meninjau polemik ijazah palsu lulusan UGM di Restoran Seribu Rasa, Jakarta, 22 April 2025 | tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Presiden Prabowo Subianto dinilai melakukan blunder dengan mengutus mantan presiden Jokowi ke pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan.
Penilaian itu disampaikan oleh Direktur Eksekutif PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama. Pasalnya, menurut Rizky, Jokowi pernah masuk dalam nominasi tokoh terkorup 2024 oleh Organized Crime and Corruption Reporting Project (OCCRP).

Menurut Virdika, pengiriman Jokowi sebagai utusan resmi Indonesia menyampaikan pesan simbolik yang tidak tepat dalam konteks etika global. Ia menilai, keputusan tersebut berpotensi merusak citra diplomasi moral Indonesia di mata dunia.

“Ini bukan sekadar soal hukum, tapi bagaimana Indonesia menempatkan diri di panggung internasional yang sangat menjunjung nilai moral. Jokowi sudah terseret dalam persepsi publik global terkait isu korupsi, dan itu tidak bisa diabaikan begitu saja,” ujar Virdika, Kamis (24/4/2025).

Ia menegaskan, pemakaman Paus bukan hanya seremoni keagamaan, melainkan peristiwa sakral yang menjadi perhatian umat Katolik sedunia. Dalam konteks tersebut, kata dia, penting bagi negara-negara hadir dengan figur yang mencerminkan integritas moral.

“Simbol yang dikirim mewakili pesan yang disampaikan. Jika yang diutus adalah sosok dengan citra moral yang dipertanyakan, maka pesan empati itu bisa menjadi hambar atau bahkan kontraproduktif,” imbuhnya.

Tak hanya itu, Virdika menyayangkan Prabowo yang dinilai melewatkan kesempatan untuk membangun jembatan emosional dengan komunitas Katolik. Ia menyebut, seharusnya Prabowo bisa mengutus tokoh-tokoh Katolik nasional yang lebih merepresentasikan kedekatan dengan umat.

“Bahkan, Prabowo sendiri bisa hadir langsung dan menunjukkan kedekatan yang lebih tulus. Tapi yang terjadi justru sebaliknya. Ini bisa disalahartikan sebagai ketidakpekaan terhadap suasana batin umat Katolik,” katanya.

Ia menduga, keputusan ini menimbulkan kekecewaan di kalangan umat Katolik Indonesia yang berharap perwakilan negara hadir dengan figur yang mencerminkan penghormatan dan empati yang tinggi.

Namun, tidak semua pihak sepakat dengan pandangan tersebut. Pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, menyebut langkah Prabowo sebagai hal yang lazim dalam tradisi diplomatik internasional.

“Amerika dan Inggris pun melakukan hal serupa. Mengirimkan pemimpin sebelumnya sebagai utusan adalah praktik yang wajar,” ujar Hendri.

Menurutnya, Prabowo justru sedang menunjukkan bahwa kini ia adalah kepala negara yang sah, sementara Jokowi hanya bertindak sebagai utusan negara. “Ini sekaligus pesan bahwa tidak ada dualisme kekuasaan, tidak ada matahari kembar,” kata dia.

Tempo telah mencoba menghubungi Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi untuk mengkonfirmasi alasan pengiriman Jokowi, namun hingga berita ini diterbitkan, belum ada tanggapan dari yang bersangkutan.

Diketahui, Presiden Prabowo secara resmi mengutus Presiden ke-7 RI Jokowi untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Vatikan. Selain Jokowi, turut pula dalam rombongan Menteri HAM Natalius Pigai, Wamenkeu Thomas Djiwandono, dan mantan Menteri ESDM Ignasius Jonan.

Paus Fransiskus wafat pada Senin  (21/4/2025), di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, dalam usia 88 tahun. Kabar duka tersebut disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo Kamar Apostolik, pada pukul 09.45 waktu setempat.  

www.tempo.co

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |