REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Forum Zakat (FOZ) bersama Universitas Brawijaya (UB) sukses menyelenggarakan Zakat Goes to Campus (ZGTC) Chapter Malang, sebuah gelaran edukasi zakat yang menempatkan generasi Z sebagai fokus utama. Kegiatan yang berlangsung di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UB ini menjadi ruang dialog antara lembaga zakat, akademisi, dan pemerintah dalam upaya meningkatkan kesadaran zakat di kalangan mahasiswa.
Ketua FOZ Malang Raya, Mokhammad Fandi Bakhtiar, menegaskan bahwa literasi zakat generasi muda masih jauh dari ideal, meskipun potensi zakat nasional mencapai ratusan triliun rupiah.
“Literasi zakat Gen Z masih sangat rendah. Kalau memahami esensi tujuan mulia ZGTC, mereka akan mengikuti dengan penuh manfaat. Harapan kami, mahasiswa tumbuh sebagai calon muzaki, bukan mustahik,” ujarnya.
Ia menekankan pentingnya penyaluran zakat melalui lembaga resmi yang tersertifikasi untuk memastikan keamanan, tata kelola, dan ketepatan sasaran. FOZ Malang Raya, menurutnya, berkomitmen mendukung transformasi mustahik menjadi muzaki melalui program yang terstruktur dan terukur.
Wakil Walikota Malang, H. Ali Muthohirin, dalam keynote speech turut mengkritisi rendahnya partisipasi zakat masyarakat, termasuk di kalangan ASN. Menurutnya, kendala terbesar bukan pada kemampuan finansial, melainkan kurangnya pemahaman.
“Banyak yang mengira zakat hanya zakat fitrah. Padahal zakat profesi dan zakat mal justru memberi dampak besar. Mahasiswa pun punya kemampuan berinfak, tetapi kesadarannya yang belum tumbuh,” ungkapnya.
Beliau juga menyoroti perlunya integrasi data kemiskinan antara pemerintah dan lembaga zakat agar penanganan mustahik bisa lebih efektif, khususnya di Kota Malang yang mencatat lebih dari 34 ribu penduduk miskin.
Dari sisi akademisi, Prof. Ananda Sabil Hussein, Wakil Dekan I FEB UB, menegaskan bahwa kampus memiliki peran penting untuk mengemas isu zakat lebih dekat dengan dunia mahasiswa.
“Zakat itu berat kalau disampaikan secara berat. Tapi kalau dikemas kreatif seperti ZGTC, ia akan lebih menarik bagi generasi muda,” ujarnya.
Ia menegaskan bahwa potensi filantropi masyarakat Indonesia secara empiris sangat besar dan bisa menggerakkan ekonomi apabila didukung tata kelola zakat yang profesional.
Dalam sesi talkshow, Akademisi FEB UB Dr. Anas Budiharjo mengurai mekanisme ekonomi zakat yang dapat menciptakan efek pengganda (multiplier effect) bagi perekonomian nasional.
“Zakat bukan semata bantuan konsumtif. Ada aliran ekonomi, yakni zakat, konsumsi, produksi, pajak, dan pembangunan. Ini menunjukkan zakat punya nilai strategis,” jelasnya.
Sementara itu, Direktur Radar Malang, Tauhid Wijaya, menyoroti pentingnya membangun kepercayaan publik melalui transparansi.
“Kesadaran dan kepercayaan adalah dua sisi penting. Orang akan percaya jika lembaga menunjukkan fakta pengumpulan, pengelolaan, dan dampak zakat,” katanya. Ia juga memaparkan data rendahnya realisasi zakat ASN yang masih jauh dari potensi sebenarnya, baik di Kota Malang maupun Kota Batu.
Ketua Bidang Pengembangan Ekosistem FOZ, Ibnu Tsani, kembali menegaskan bahwa Gen Z justru punya kapasitas besar menjadi agen perubahan melalui kreativitas dan literasi digital.
“Gunakan media sosial bukan hanya untuk hiburan, tapi edukasi. Satu posting tentang zakat bisa berdampak luas. Edukasi zakat tidak bisa instan, dan Gen Z adalah mitra strategis dalam gerakan ini,” ujarnya.
Kementerian Agama Kota Malang melalui Zainal Anwar, menambahkan bahwa sinergi pemerintah, FOZ, dan kampus diperlukan untuk mengatasi persoalan kemiskinan dan menanamkan kesadaran zakat sejak dini. Ia menyoroti program-program seperti Korea Sakinah dan PREMIUM yang membutuhkan dukungan mahasiswa dalam asesmen dan edukasi lapangan.
sumber : Antara

2 hours ago
10













































