TEMPO.CO, Jakarta - India mengumumkan pada Senin pekan lalu, 18 November 2024, kalau telah sukses dalam tes pertama rudal hipersonik jarak jauh. Tes dilaporkan dilakukan pada Sabtu, 16 November 2024, di Pulau Abdul Kalam, di lepas pantai India Timur.
Menteri Pertahanan India Rajnath Singh mengklaim hasil tes mencakup kesuksesan manuver dan hantaman ke target dengan tingkat akurasi yang tinggi. Artinya, tes mengevaluasi kemampuan rudal untuk secara efektif mengenai sasaran--tidak hanya karakteristik terbang dan propulsinya.
Singh juga menyatakan jarak jangkauan maksimum rudal melampaui 920 mil atau hampir 1500 kilometer, atau jarak yang sebanding rudal balistik regional jarak menengah (IRBM). Tak ada penjelasan tentang spesifikasi rudalnya.
Laporan media-media di India menduganya rudal anti-kapal jarak-jauh yang disebut LR-AShM dengan kesamaan jarak jangkauan dengan rudal pembunuh kapal induk DF-21D milik Cina.
Menurut situs Popular Mechanics, tes itu menjadi tonggak baru dalam perlombaan senjata di antara dua negara berpenduduk terbanyak di dunia, India dan Cina. Ketegangan antara keduanya sudah terjadi sejak 1962, ketika Cina menguasai wilayah India di Himalaya.
Seperti halnya program kapal selam yang dilengkapi rudal balistik tenaga nuklir, tes rudal hipersonik ini mengindikasikan New Delhi lagi-lagi berusaha menandingi teknologi senjata Cina.
Senjata baru rudal hipersonik India ini juga bisa mempengaruhi keseimbangan kekuatan militer dengan rival lamanya, Pakistan, sekutu dekat Cina yang juga sebuah negara nuklir. Pada Januari lalu, Angkatan Udara Pakistan mengklaim memiliki senjata hipersonik, kemungkinan adalah rudal yang diluncurkan dari udara yang dibeli dari Cina.
Ini juga bagian dari perlombaan senjata hipersonik global yang dimulai oleh Rusia dan Cina pada 2000-an, setelah Amerika Serikat memperbaiki kemampuan pertahanan rudal balistiknnya. Amerika sendiri dalam hal ini lebih fokus ke rudal jelajah yang lebih lambat namun siluman.
Secara lebih luas, senjata hipersonik tidak hanya tentang kecepatan, tapi lebih ke kemampuan untuk bermanuver pada kecepatan ekstrem untuk mencapai target dengan lebih akurat. Kemampuan itu pula yang bisa membawanya mengatasi sistem pertahanan rudal balistik yang didesain untuk mencegat ancaman yang mendekat dalam lintasan yang relatif bisa ditebak.
Istilah hipersonik itu sendiri bermakna, sedikitnya bahwa sebuah senjata dapat melampaui lima kali kecepatan suara (Mach 5), atau satu mil per detik. Tapi definisi itu sudah usang juga karena banyak rudal balistik sejak 1950-an telah mampu melesat dengan kecepatan hipersonik, termasuk seluruh rudal balistik seri K dan Agni yang kini digunakan India.
Rusia Uji Tembakkan Rudal Hipersonik Jenis Baru ke Ukraina
Dalam perkembangan yang lebih baru, Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan kalau pihaknya baru saja menjajal IRBM bernama Oreshnik dalam perang di Ukraina (combat-test). Kecepatan maksimum rudalnya itu Mach 10.
Putin mengklaim Oreshnik sistem non-nuklir baru yang dikembangkan dengan sangat cepat. Dia menyanjungnya sebagai sebuah senjata hipersonik presisi tinggi yang tak terhentikan dengan jangkauan target-target yang ada di seluruh Eropa.
Pernyataan Putin tersebut merujuk kepada sebuah serangan rudal misterius Rusia ke Kota Dnipro, Ukraina, pada Kamis pagi 21 November lalu. Rudal itu melepaskan enam subrudal berturut-turut yang dikenal sebagai MIRV. Dalam video serangan itu yang viral di media sosial terlihat kilatan cahaya di langit setiap MIRV dilepaskan.
Target dari serangan itu kelihatannya Pabrik Roket Pivdenmash Ukraina yang pernah berkontribusi untuk produksi rudal balistik Uni Soviet. Tapi, MIRV tak meledak. Mereka hanya menyebabkan kerusakan beberapa rumah dan gedung kerena hantaman kinetik. Sebanyak dua orang terluka akibat serangan itu.
Pasca-serangan itu, Popular Mechanics melansir, sumber-sumber di Ukraina menyebut kalau negara itu baru saja menjadi sasaran rudal balistik antar-benua (ICBM) tanpa hulu ledak nuklir. Sebelum ada pernyataan dari Putin, beberapa pejabat militer AS telah meragukan klasifikasi ICBM yang dimaksud. Menurut mereka, serangan melibatkan senjata jarak menengah yang lebih kecil.