TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, mengungkapkan ambisinya agar budaya cerita Panji bisa populer seperti kisah Romeo Juliet. Fadli Zon merujuk pada kisah cinta tragis Romeo dan Juliet karya William Shakespeare tahun 1567. Ia juga merujuk puisi naratif Layla dan Majnun gubahan Nizami Ganjavi, penyair Persia asal Azerbaijan pada 1188.
"Kalau cerita Panji bisa sepopuler Romeo Juliet-nya William Shakespeare atau Layla-Majnun karya Nizami Ganjavi, tentu bisa kita promosikan secara global," kata Menteri Kebudayaan itu saat memberikan sambutan di sela pembukaan Festival Budaya Panji 2024 di Gedung Kesenian Jakarta, Selasa, 22 Oktober, dilansir dari Antara.
Cerita Panji adalah tradisi yang sudah hidup sejak masa Kerajaan Majapahit atau medio abad ke-15 atau ke-16. "Itu berarti lebih tua dari Romeo dan Juliet-nya Shakespeare. Bahkan konon sudah ada sejak abad ke-13 di era Singasari," kata Fadli Zon di acara Festival Budaya Panji 2024.
Cerita Panji adalah kumpulan kisah-kisah cinta sarat kepahlawanan yang umumnya merujuk pada lakon antara Panji Inu Kertapati dan Sekartaji yang bertahan menyebar di Jawa. Kendati demikian, cerita Panji berkembang dan menyebar ke berbagai wilayah di Nusantara, bahkan negara tetangga seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Kamboja, dan Myanmar, menciptakan kisah-kisah cinta serta kepahlawanan dengan beragam lakon.
Menurut Fadli, Indonesia bisa belajar dari keberhasilan Azerbaijan melestarikan dan menghargai Layla dan Majnun maupun Nizami Ganjavi dalam upaya pelestarian cerita Panji. "Bukan hanya promosi global, tetapi untuk masyarakat kita sendiri. Supaya memahami kita punya cerita Panji dengan berbagai nilai dan makna di dalamnya, bagian karya nenek moyang yang terus kita hidupkan," ujarnya.
Mengaku cinta budaya sejak sebelum terjun politik
Terpisah, sebelumnya Fadli Zon mengakui dirinya sudah memiliki minat pada budaya sejak lama, bahkan sebelum terjun ke dunia politik. Hal itu ia ungkapkan saat serah terima jabatan menteri di Gedung Kementerian, Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jakarta, pada Senin, 21 Oktober 2024.
“Saya mungkin dikenal sebagai seorang politisi, tapi sebetulnya latar belakang saya adalah budaya. Saya ini sebetulnya orang budaya yang masuk politik, bukan orang politik yang masuk ke budaya. Jadi, saya punya passion sebenarnya lebih banyak di budaya ketimbang politik,” ujar dia.
Iklan
Kecintaannya pada budaya dibuktikan dengan mendirikan Rumah Kreatif Fadli Zon pada tahun 2013 berlokasi di Cimanggis, Kota Depok, Jawa Barat. Pada 2023, rumah kreatif tersebut menerima Rekor MURI dengan kategori rumah yang mempunyai berbagai koleksi budaya Nusantara terbanyak.
Rekor MURI tersebut bukan pertama kalinya diberikan kepada rumah kreatifnya. Pada 2011, Rumah Kreatif Fadli Zon juga meraih rekor MURI untuk tiga kategori, yakni koleksi keris terbanyak, koleksi koran tua terbanyak, dan piringan hitam terbanyak.
Di rumah kreatif tersebut, terdapat berbagai koleksi prangko, wayang, komik, kaset, gitar dari musisi kenamaan Zaenal Arifin, Rhoma Irama, Dara Puspita, hingga gerabah dari Sungai Musi dari tahun 800/900-an.
Selain koleksi-koleksi tersebut, rumah kreatif milik Fadli Zon juga terdapat perpustakaan pribadi dengan berbagai macam koleksi, yakni sekitar 125 ribu buku, yang terdiri dari 50 ribu buku cerita silat dan komik, dan 75 buku dengan genre lainnya.
ANANDA RIDHO SULISTYA | ANTARA
Pilihan Editor: Menteri Kebudayaan Fadli Zon Sebut Ingin Benahi Masalah Royalti Musik, Mau Buat Omnibus Law Kebudayaan