BBM Cemari Sumur, Warga Tolak SPBU Gedongtengen, Jogja

10 hours ago 10

Ilustrasi SPBU | pixabay

YOGYAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM — Bau bahan bakar minyak (BBM) yang menyengat di sumur-sumur warga memicu kemarahan warga RW 09 Pringgokusuman, Gedongtengen, Kota Yogyakarta. Mereka kompak menolak keras rencana pengoperasian kembali SPBU di Jalan Letjen Suprapto, yang beberapa kali mengalami ledakan hebat dalam setahun terakhir.

Tak hanya karena trauma kebakaran, warga kini menuding keberadaan SPBU itu sudah mengganggu kesehatan dan lingkungan. Mereka menilai pengelola SPBU tak becus memberi rasa aman, sekalipun Pertamina berdalih sudah melakukan perbaikan.

“Air sumur kami bau bensin. Sudah lama kami laporkan ke dinas, tapi tidak pernah ditindaklanjuti,” kata Heri Santosa, Ketua RW 09 Pringgokusuman, Rabu (2/7/2025).

Tiga Kali Meledak

Heri menuturkan, ledakan di SPBU Letjen Suprapto bukan hanya sekali terjadi. Tercatat, dalam kurun waktu Mei saja, ledakan terjadi dua kali. Puncaknya, kebakaran dahsyat pada 27 Mei 2025 membuat delapan orang luka-luka dan menyebabkan kerusakan rumah warga di sekitar SPBU.

“Genteng rumah rontok, kaca pecah, dinding retak. Kompor saya sampai melompat, untung tidak tumpah minyak gorengnya,” beber Heri dengan nada geram.

Menurutnya, peristiwa 27 Mei hanyalah puncak gunung es. Sebelumnya sudah ada ledakan lain di area kantor admin SPBU, namun nyaris tak diketahui publik. Ledakan yang kedua terjadi saat pengisian bensin, memicu kebakaran motor konsumen.

“Warga trauma. Kami nggak mau mati konyol hanya gara-gara SPBU,” tegasnya.

Sumur Warga Tercemar, Pemkot Turun Tangan

Penolakan warga ternyata direspons cepat Wali Kota Yogyakarta Hasto Wardoyo. Ia memerintahkan Dinas Lingkungan Hidup dan DPUPKP untuk mengecek kondisi air tanah dan sumur warga di sekitar SPBU.

“Sumur bau BBM itu tidak boleh dibiarkan. Harus dicek dan dievaluasi. SPBU tidak bisa serta merta buka tanpa rekomendasi,” kata Hasto.

Ia menegaskan, pengelola SPBU wajib lebih dulu meminta persetujuan warga sebelum mengoperasikan pom bensin tersebut.

“Kita harus menghormati rasa aman warga. SPBU sudah tiga kali meledak. Itu tidak main-main,” ujarnya.

Rasa percaya warga kepada pengelola SPBU pun makin tergerus, setelah garis polisi pasca kebakaran tiba-tiba dilepas tanpa penjelasan resmi.

“Saya tanya ke polisi kenapa garisnya dilepas, jawabannya nggak jelas. Setelah itu ada orang ngaku polisi minta saya tanda tangan surat tanpa ada sosialisasi ke warga. Saya tolak,” kata Heri.

Puncaknya, warga mengadakan rapat besar pada 4 Juni 2025. Sebanyak 40 kepala keluarga hadir dan kompak menyatakan penolakan mutlak terhadap rencana pengoperasian SPBU.

Spanduk-spanduk penolakan kini terpasang di sekitar SPBU. Warga berencana menambah spanduk yang lebih besar jika belum ada kejelasan soal nasib SPBU tersebut.

Pertamina Minta Kesabaran

Sementara itu, Area Manager Communication, Relations, dan CSR Pertamina Patra Niaga Jateng-DIY, Taufiq Kurniawan, memastikan SPBU Gedongtengen saat ini belum boleh beroperasi.

“SPBU masih police line. Kami tidak akan keluarkan izin operasional kalau aspek keselamatan belum terpenuhi,” ujar Taufiq.

Ia menegaskan bahwa pihak SPBU sudah berkomitmen memperbaiki fasilitas dan meningkatkan standar keselamatan agar kejadian serupa tak terulang.

Taufiq juga meminta masyarakat memahami bahwa kebakaran di SPBU Letjen Suprapto adalah musibah yang tak disengaja. Pihak SPBU, katanya, telah membantu memperbaiki tujuh rumah warga yang rusak akibat ledakan.

“Kami harap masyarakat melihat SPBU ini juga vital. Lokasinya dekat Malioboro dan Stasiun Tugu, pintu gerbang utama wisata Yogyakarta,” pungkasnya.

Namun bagi warga Gedongtengen, urusan keselamatan jiwa tetap nomor satu. “Kalau hanya uang ganti rugi rumah, bisa dicari. Tapi nyawa nggak bisa dibeli,” tandas Heri.  [*]

Berbagai sumber

Harap bersabar jika Anda menemukan iklan di laman ini. Iklan adalah sumber pendapatan utama kami untuk tetap dapat menyajikan berita berkualitas secara gratis.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |