Kisah Yudi Sapta Lulus S3 dengan IPK 4 di UGM, Sempat Ditolak Beasiswa karena Usia

3 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Yudi Sapta Pranoto (45) resmi menyandang gelar Doktor setelah dinyatakan lulus dari Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pembangunan, Sekolah Pascasarjana Universitas Gadjah Mada atau UGM. Ia diwisuda bersamaan dengan 59 lulusan program Doktor dari total 814 lulusan program pascasarjana lainnya pada Kamis, 23 Januari 2025. 

Yudi merupakan salah satu dari enam wisudawan yang lulus dengan IPK sempurna 4,00. Ia menyelesaikan  pendidikan dengan masa studi 3 tahun, 1 bulan, dan 14 hari. “Perasaan saya terharu, bahagia dan diiringi rasa syukur atas kemurahan-Nya saya dapat menyelesaikan studi tepat pada waktunya,” ujarnya dikutip dari situs resmi UGM pada Senin, 3 Januari 2025. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Yudi, yang juga merupakan dosen di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Universitas Bangka Belitung, mengungkapkan bahwa ia mendapatkan beasiswa pendidikan dari Universitas Bangka Belitung untuk tahun kedua hingga selesai selama menempuh studi di UGM.

Namun, menurut Yudi, perjuangan di balik pencapaiannya tidaklah mudah. Pada 2021, ia sempat ditolak saat melamar Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI). Salah satu penyebab kegagalannya adalah batasan usia pelamar yang tidak boleh lebih dari 40 tahun, sementara Yudi sudah berusia 41 tahun.

Akibat kegagalan tersebut, Yudi mengambil inisiatif untuk mengajak teman-teman seprogram doktoralnya membentuk grup WhatsApp yang dinamakan "Ikatan Studi Doktoral UGM". Melalui grup ini, mereka berusaha memperjuangkan nasib teman-teman yang tidak mendapatkan beasiswa, salah satunya dengan mengajukan surat permohonan dukungan kepada Rektor UGM untuk menyampaikan hal ini ke Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi.

“Sayangnya, hal tersebut tidak membuahkan tanggapan,” tuturnya.

Mahasiswa doktoral dari kampus lain juga mengalami hal serupa. Namun, mereka tak patah arang. Oleh karena itu, mereka bersama-sama mengadakan audiensi dengan Komisi X, Bidang Pendidikan, yang saat itu difasilitasi oleh Fraksi PKS di DPR RI. Singkatnya, pertemuan tersebut membuahkan hasil, di mana syarat BPI, khususnya batas usia maksimal, diperlonggar menjadi 48 tahun.

Meski demikian, persyaratan BPI pada tahun 2022 menyatakan bahwa beasiswa hanya berlaku untuk mahasiswa yang sedang menjalani perkuliahan pada semester genap 2021/2022. Akibatnya, mahasiswa yang sudah memulai perkuliahan pada semester ganjil 2021 tidak dapat mendaftar BPI 2022, sehingga Yudi kembali gagal mendapatkan beasiswa tersebut. 

"Yang terpenting perjuangan tersebut dapat dinikmati oleh orang lain," ujar dia.

Pada tahun kedua, di semester ganjil 2022, Rektor Universitas Bangka Belitung  mengambil kebijakan untuk memberikan bantuan tugas hingga selesai. Hal tersebut berhasil meringankan biaya SPP Yudi. Ia menulis disertasi dengan judul  “Faktor Penentu Peran Penyuluh Pertanian dalam Penerapan Good Agricultural Practices Lada Putih Muntok White Pepper di Provinsi Bangka Belitung”.

Yudi mengatakan bahwa selama proses penulisan disertasinya, ia sangat terbantu dan mendapat dukungan penuh dari promotor dan ko-promotor. Ia mengungkapkan bahwa keduanya selalu mudah dihubungi dan memiliki jadwal pertemuan rutin setiap minggu.

Selain itu, Yudi juga memberikan pesan kepada teman-teman yang sedang menempuh studi di UGM untuk terus semangat dan tidak pernah putus asa. “Setiap kesulitan pasti ada kemudahan, dan selalu berprasangka baik kepada Tuhan serta mendoakan orang lain,” kata dia. 

Tak hanya itu, Yudi berharap UGM terus menjadi kampus rakyat yang menjadi pelopor pendidikan berbasis ilmu pengetahuan dan pengabdian, serta mempertahankan tradisi akademik yang unggul serta memperkuat jaringan global. “Selama berkuliah di UGM, kita dilatih untuk berpikir kritis, berinovasi, dan berintegritas. Nilai-nilai ini menjadi modal untuk mengabdi kepada masyarakat, bangsa, dan negara,” ujarnya

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |