Kongo Siaga Satu Hadapi Penyakit Misterius yang Tewaskan Puluhan Warga

1 month ago 27

TEMPO.CO, Jakarta - Republik Demokratik (RD) Kongo dalam kondisi siaga satu atas munculnya penyakit misterius yang telah menewaskan lebih dari 70 orang, demikian disampaikan Menteri Kesehatan Masyarakat RD Kongo Roger Kamba pada Kamis seperti dilansir The Hill.

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika, hasil tes untuk mengonfirmasi karakteristik penyakit ini diperkirakan akan keluar pada atau Sabtu7 Desember 2024.

Dalam konferensi pers, Kamba menjelaskan penyakit yang masih belum diketahui asal-usulnya ini dilaporkan di daerah Panzi di Provinsi Kwango, RD Kongo barat daya, dan telah menginfeksi 382 orang sejak Oktober.

"Kami dalam kondisi siaga penuh. Kami menganggap ini adalah tingkat epidemi yang harus kami pantau secara maksimal," kata Kamba.

Jean Kaseya, kepala Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Afrika, mengatakan kepada wartawan bahwa rincian lebih lanjut tentang penyakit tersebut akan diketahui dalam 48 jam ke depan saat para ahli menerima hasil dari sampel laboratorium dari orang yang terinfeksi.

“Diagnostik pertama membuat kami menduga itu adalah penyakit pernapasan,” ujar Kaseya. “Namun, kami perlu menunggu hasil laboratorium.” Ia menambahkan bahwa masih banyak hal yang belum diketahui tentang penyakit tersebut — termasuk apakah penyakit itu menular dan bagaimana cara penularannya.

Pihak berwenang di Kongo sejauh ini telah mengonfirmasi 71 kematian, termasuk 27 orang yang meninggal di rumah sakit dan 44 orang di masyarakat di provinsi Kwango selatan, kata Kamba. Di sisi lain, sekitar 300 orang telah dinyatakan sembuh.

Orang-orang yang terinfeksi menunjukkan gejala yang mirip dengan flu, lanjutnya, seraya menyebutkan bahwa sekitar 40 persen kasus melibatkan anak-anak.

Kamba mengatakan bahwa 61 persen anak-anak di Kwango menderita kekurangan gizi, yang dapat memperparah dampak penyakit ini.

Kamba menambahkan bahwa tim intervensi khusus telah dikirim ke lapangan untuk mengidentifikasi sifat penyakit ini.

"Kami masih menunggu hasil pertama untuk menentukan penyebab dan pengobatannya. Kami berpendapat kurang lebih ini adalah masalah pernapasan," ujar Kamba.

Ia menambahkan, kemunculan penyakit ini berbarengan dengan flu musiman yang berlangsung dari Oktober hingga Maret dan mencapai puncaknya pada Desember.

Terkait hipotesis COVID-19, Kamba mengatakan angka kematian yang dilaporkan di Kwango, sekitar 7,8 persen, tidak sesuai dengan profil COVID-19.

"Tetapi kami tetap berhati-hati dalam melakukan analisis. Ini adalah hipotesis yang menunggu hasil pengambilan sampel," tutur Kamba, seraya menambahkan bahwa upaya-upaya tersebut terhambat oleh kondisi medis dan logistik yang buruk di lapangan.

Kematian tersebut tercatat antara 10 November dan 25 November di zona kesehatan Panzi di provinsi Kwango. Ada sekitar 380 kasus, hampir setengahnya adalah anak-anak di bawah usia lima tahun, menurut menteri tersebut.

CDC Afrika mencatat angka yang sedikit berbeda, dengan 376 kasus dan 79 kematian. Perbedaan tersebut disebabkan oleh masalah pengawasan dan definisi kasus, kata Kaseya.

Pihak berwenang mengatakan bahwa gejalanya meliputi demam, sakit kepala, batuk, dan anemia. Pakar epidemiologi berada di wilayah tersebut untuk mengambil sampel dan menyelidiki penyakit tersebut, kata menteri tersebut.

Zona kesehatan Panzi, yang terletak sekitar 700 kilometer dari ibu kota Kinshasa, merupakan daerah terpencil di provinsi Kwango, sehingga sulit diakses.

Sementara itu, Dieudonne Mwamba, Direktur Jenderal Institut Kesehatan Masyarakat Nasional RD Kongo, dalam konferensi pers daring oleh CDC Afrika pada Kamis, mengungkapkan belum diketahui apakah penyakit ini berasal dari virus atau bakteri.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |