TEMPO.CO, Jakarta - Semenanjung Korea kembali memanas usai Korea Utara (Korut) meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di sisi perbatasan Korea Selatan (Korsel). Pada Selasa, 15 Oktober 2024, Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JCS) mengatakan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api di utara yang terhubung ke Korea Selatan diledakkan pada tengah hari.
Ledakan itu terjadi setelah Pyongyang berjanji pada pekan lalu akan memutus sepenuhnya jalan dan jalur kereta api antar-Korea. Seperti diketahui, konflik kedua negara tersebut bukan baru terjadi. Korea Selatan dan Korut memiliki sejarah panjang soal terpecahnya semenanjung Korea.
Kilas balik mengenai latar belakang terjadinya perpecahan antara dua negara tersebut.
Korea dahulunya adalah sebuah entitas politik tunggal yang menguasai wilayah Semenanjung Korea dan sekitarnya. Dikutip dari Nationalgeographic.co.id, Korea wilayah utara dan selatan disatukan oleh Dinasti Silla pada abad ketujuh Masehi. Di bawah pemerintahan Dinasti Joseon (1392–1910), keduanya berbagi bahasa dan budaya penting yang sama.
Namun, saat dijajah Jepang, Korea mengalami gejolak selama 35 tahun. Jepang secara resmi mencaplok Semenanjung Korea pada 1910. Kekaisaran Jepang memerintah Korea lewat kaisar boneka sejak kemenangannya pada Perang Tiongkok-Jepang Pertama pada 1895. Dalam artian, sejak 1910 hingga 1945, Korea adalah koloni Jepang. Ini berlangsung sampai akhir Perang Dunia II, saat pembagian dua negara dimulai.
Pembagian daratan Semenanjung Korea bermula sejak kekalahan Jepang pada Perang Dunia II pada 1945. Dua negara superpower pemenang, yaitu Sekutu dan Uni Soviet, membagi kekuasaan atas Semenanjung Korea. Korea dibagi menjadi dua yang dipisahkan oleh sebuah perbatasan yang kini dikenal dengan DMZ atau Demiliterized Zone (Zona Demiliterisasi)–paralel Utara ke-38 mengikuti persetujuan dengan PBB.
Amerika dan Uni Soviet mengambil alih negara Korea dengan bermaksud untuk mempersiapkan kemerdekaan kedua wilayah ini. Semenanjung Korea wilayah selatan dikuasai oleh Amerika Serikat dan di wilayah utara dikuasai oleh Uni Soviet. Amerika membantu sistem pembentukan militer di selatan. Sedangkan Uni Soviet membentuk rezim komunis yang besar di wilayah utara.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) kemudian melakukan pemungutan suara untuk menentukan kedaulatan Korea pada 1948. Namun saat itu, Uni Soviet menolak untuk berpartisipasi. Tidak lama setelahnya, wilayah selatan membentuk pemerintahannya sendiri yang berpusat di Kota Seoul. Wilayah selatan dipimpin oleh Syngman Rhee. Sementara itu, wilayah utara membentuk sistem negara sendiri yang dipimpin oleh Kim Il Sung sebagai Perdana Menteri, yang berpusat di Pyongyang.
Pembentukan wilayah ini memicu permasalahan nasional dan Perang Korea (25 Juni 1950-27 Juli 1953). Korsel melawan Korut, didukung oleh PBB dan diawaki oleh pasukan dari Amerika Serikat. Konflik tersebut berlangsung dari Juni 1950 hingga Juli 1953 dan menewaskan lebih dari 3 juta warga Korea, PBB, dan pasukan Tiongkok.
Adapun gencatan senjata ditandatangani di Panmunjom pada 27 Juli 1953. Kesepakatan itu menyisakan dua negara yang semakin terpecah. Zona demiliterisasi (DMZ) pun didirikan untuk membelah semenanjung Korea, yang secara teknis menyisakan perang dingin. Sampai saat ini belum ada perjanjian damai yang ditandatangani kedua pihak. Keduanya hanya bersepakat untuk berhenti melalui gencatan senjata, bukan perjanjian damai.
KHUMAR MAHENDRA | SAVERO ARISTIA WIENANTO | RECHA TIARA DERMAWAN | NATIONALGEOGRAPHIC
Pilihan Editor: Korea Utara Ubah Undang-undang, Resmi Sebut Korea Selatan Musuh