TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah drone memasuki bangunan apartemen yang sudah luluh lantak di Gaza. Kamera mengarah ke satu sosok yang sedang duduk di sebuah sofa. Pria itu tajam menatap drone yang terbang menghampirinya. Dengan sisa-sisa tenaga, ia melempar sebuah tongkat ke arah drone tersebut.
Tidak lama kemudian, kata militer, sebuah peluru tank ditembakkan ke dalam gedung. Pria tangguh itu pun menjemput ajalnya.
Tak ada satu tentara pun yang tahu kalau mereka telah membunuh buronan nomor satu Israel, Yahya Sinwar. Perburuan intensif yang telah berlangsung selama lebih dari satu tahun sebelumnya tidak berhasil membunuh atau menangkapnya.
"Semua orang mengklaim kemenangan, mengutip kolaborasi intelijen... Shin Bet dari Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atau Kamala Harris yang mengatakan bahwa kami telah berkolaborasi untuk memastikan bahwa kami telah menjangkau dan menangkap atau mengadili semua pemimpin Hamas, yang tidak ada kaitannya dengan kenyataan di lapangan," kata Elijah Magnier, seorang analis militer politik kepada Al Jazeera.
Namun, kata Magnier, yang sebenarnya terjadi jauh dari penggambaran Israel dan Amerika Serikat mengenai bagaimana pemimpin Hamas Yahya Sinwar dilaporkan terbunuh.
"Itu sama sekali bukan operasi intelijen atau pembunuhan yang ditargetkan," kata Magnier. "Ini adalah bentrokan antara tiga orang, tiga militan yang berada di sebuah lokasi dan melepaskan tembakan ke arah tentara yang menyerang Rafah.”
Bagaimana kronologi pembunuhan Sinwar?
Pada suatu waktu antara pukul 14.00 dan 15.00 pada Rabu, sebuah patroli dari unit pelatihan Brigade Bislach dari tentara Israel sedang melakukan pencarian di lingkungan Tal as-Sultan di Rafah.
Mereka melihat sekelompok kecil pejuang bergerak di antara gedung-gedung, salah satunya kemudian diidentifikasi sebagai Sinwar.
Dengan menggunakan drone untuk membantu menentukan lokasi para pejuang, patroli bertukar tembakan dengan kelompok tersebut, menewaskan tiga pejuang.
Seorang pejuang bergerak ke sebuah bangunan yang rusak, dan patroli mengirim drone untuk mengejarnya.
Menantang sampai akhir, Sinwar, yang terluka dan beristirahat di kursi yang rusak, melemparkan tongkat ke arah drone yang sedang menyisir gedung untuk menemukan pejuang terakhir yang menutup wajahnya kecuali bagian mata dengan kafiyeh. Bangunan itu kemudian ditembaki oleh tank dan rudal, menewaskan Sinwar.
Tubuhnya tetap tidak terganggu selama beberapa waktu karena para tentara takut akan jebakan, dan menunggu sampai area tersebut diamankan.
Jenazah Sinwar kemudian dibawa ke laboratorium di Israel di mana polisi mengkonfirmasi kecocokan dengan catatan gigi dan sidik jarinya, yang diambil selama masa tahanan sebelumnya.
Di manakah Sinwar dibunuh?
Di Tal as-Sultan, sebuah lingkungan yang sebagian besar telah dihancurkan oleh tentara Israel. Kelompok investigasi Bellingcat telah memverifikasi lokasi tersebut, dengan menggunakan rekaman yang diambil tentara Israel pada September.
Hal ini menunjukkan bahwa distrik tersebut sudah diketahui oleh tentara Israel sebelum pertemuan mereka dengan pemimpin Hamas minggu ini.