Mengenal Majas Metafora, Ciri-Ciri, dan Contohnya

2 days ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Majas metafora adalah salah satu bentuk majas yang sering digunakan dalam karya sastra seperti cerpen, puisi ataupun novel.

Majas sendiri merupakan gaya bahasa yang digunakan untuk memperindah atau memperkuat ungkapan dalam suatu karya sastra atau komunikasi. 

Melalui majas, penulis atau pembicara dapat menyampaikan ide, perasaan, dan imajinasi dengan cara yang lebih menarik dan ekspresif.

Agar lebih mengetahui apa itu majas metafora, ciri-ciri, dan contohnya, berikut ini informasinya untuk Anda.

Apa Itu Majas Metafora?

Majas metafora adalah jenis majas yang memanfaatkan analogi atau perumpamaan untuk melukiskan atau menggambarkan suatu ide, perasaan, atau objek. 

Majas metafora berfungsi untuk memberikan makna yang lebih dalam dan lebih kaya dibandingkan dengan penggambaran yang langsung atau literal.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, metafora didefinisikan sebagai penggunaan kata atau kelompok kata yang bukan arti sebenarnya, tetapi sebagai penggambaran yang didasarkan pada kesamaan atau perbandingan antara dua hal yang berbeda.

Ciri-Ciri Majas Metafora

Ada lima ciri-ciri majas metafora sebagai berikut:

  1. Perbandingan antara dua hal: Majas metafora berfungsi untuk membandingkan dua hal yang berbeda, tetapi memiliki kesamaan tertentu. Perbandingan ini tidak hanya sekadar visual, melainkan juga dapat meliputi sifat, karakter, atau perasaan.
  2. Objek yang dibandingkan: Dalam metafora, objek yang dibandingkan bisa mencakup berbagai aspek, seperti sifat seseorang, bentuk fisik suatu benda, kondisi tertentu, atau aktivitas yang dilakukan. Misalnya, seseorang yang gigih dalam berjuang bisa diibaratkan sebagai "pejuang tangguh".
  3. Sering kali tidak menggunakan konjungsi: Ciri ini merupakan ciri mencolok dari majas metafora yang biasanya tidak menggunakan kata hubung. 
  4. Pernyataan Kiasan: Majas metafora menggunakan frasa atau ungkapan yang bersifat kiasan, yang artinya tidak bisa dimaknai secara harfiah dan biasanya menggunakan kata-kata “seperti”, “bagaikan”, “bak”, atau “laksana”.

Contoh Majas Metafora dan Artinya

Berikut  5 contoh majas metafora dan artinya. 

1. "Budi makan hati akibat kejadian yang menimpanya."

Arti: "Makan hati" berarti mengalami penderitaan emosional, kesedihan, atau kekecewaan yang mendalam. Dalam konteks ini, Budi mungkin menghadapi situasi sulit atau pengkhianatan yang membuatnya merasa sakit hati. Ungkapan tersebut menekankan betapa beratnya beban emosional yang dirasakannya, dan menggambarkan bagaimana pengalaman negatif dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang.

2. "Mari kita selesaikan semua permasalahan ini dengan kepala dingin."

Arti: "Kepala dingin" mengacu pada sikap tenang dan sabar dalam menghadapi masalah. Majas metafora dalam kalimat tersebut mengajak untuk menyelesaikan permasalahan dengan kepala dingin menunjukkan pentingnya berpikir jernih dan tidak terbawa emosi. Hal ini sangat krusial dalam pengambilan keputusan, karena reaksi yang impulsif sering kali dapat memperburuk situasi.

3. "Betty mendengar kabar burung itu dari Inez."

Arti: "Kabar burung" merujuk pada rumor atau informasi yang belum terverifikasi kebenarannya. Dalam kasus ini, Betty mendapatkan informasi yang mungkin tidak dapat dipastikan akurasinya dari Inez. Ungkapan ini sering digunakan untuk menunjukkan bahwa berita tersebut bisa jadi tidak dapat dipercaya, menekankan pentingnya memverifikasi informasi sebelum mempercayainya.

4. "Jangan berkecil hati karena gagal, setidaknya kamu sudah pernah mencoba."

Arti: "Berkecil hati" berarti merasa kecewa, tersinggung, atau kehilangan semangat. Dalam konteks ini, ungkapan tersebut mengajak seseorang untuk tidak menyerah meskipun telah mengalami kegagalan.Hal Ini menunjukkan bahwa usaha yang dilakukan tetap berarti, dan kegagalan bukanlah akhir dari segalanya.

5. "Tidak ada seorangpun yang ingin menjadi sampah masyarakat di dunia ini."

Arti: "Sampah masyarakat" merujuk pada individu yang dianggap tidak memberikan kontribusi positif bagi lingkungan sosial, atau bahkan membawa dampak negatif. Dalam konteks ini, ungkapan ini menyoroti pentingnya peran individu dalam masyarakat, serta harapan untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna.

AULIA ULVA

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |