Mengenang John Lennon yang Berpulang 44 Tahun Lalu Akibat Ditembak

1 month ago 25

TEMPO.CO, Jakarta - John Winston Ono Lennon, yang lebih dikenal sebagai John Lennon, adalah musisi, penulis lagu, dan ikon budaya asal Inggris yang lahir pada 9 Oktober 1940 di Liverpool.

Sebagai salah satu pendiri The Beatles, John Lennon memainkan peran penting dalam menjadikan grup musik ini sebagai salah satu yang paling berpengaruh dalam sejarah musik populer abad ke-20. Setelah meninggalkan The Beatles pada 1969, Lennon melanjutkan karier solo yang sukses.

Namun, pada 8 Desember 1980, di puncak kariernya, Lennon tragis tewas ditembak oleh penggemar fanatik bernama Mark David Chapman di luar apartemennya di Dakota Building, New York. Kematian Lennon mengguncang dunia musik dan menyebabkan ribuan penggemar berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir kepada sang legenda.

Kilas Balik Kematiannya

Peristiwa tragis yang merenggut nyawa John Lennon terjadi pada 8 Desember 1980, ketika ia dan istrinya, Yoko Ono, baru saja kembali ke apartemen mereka di Dakota Building, New York City, setelah sesi rekaman lagu Walking On Thin Ice.

Setelah keluar dari limusin, Lennon disambut oleh sejumlah penggemar yang meminta tanda tangannya. Salah satu penggemar tersebut adalah Mark David Chapman, yang mendekat dan meminta Lennon untuk menandatangani album musiknya. Lennon pun memenuhi permintaan tersebut dan melanjutkan langkahnya menuju apartemen.

Namun, beberapa saat setelah itu, Chapman menarik senjata dan menembak Lennon lima kali di punggung dan bahunya menggunakan revolver kaliber 38. Lennon terjatuh dengan tubuh berlumuran darah, sementara Chapman berdiri di dekatnya, tak tampak panik. Seorang saksi yang melihat kejadian tersebut segera menelepon layanan darurat, dan Lennon segera dilarikan ke Rumah Sakit Roosevelt. Sayangnya, upaya medis untuk menyelamatkan nyawanya gagal. John Lennon meninggal dunia satu jam kemudian di ruang gawat darurat, pada usia 40 tahun.

Chapman, yang tidak berusaha melarikan diri, tetap berada di tempat kejadian dan duduk tenang sambil membaca Catcher in the Rye karya J.D. Salinger. Dalam interogasinya, Chapman mengaku terinspirasi oleh karakter Holden Caulfield dalam novel tersebut, yang ia rasa telah menjadi bagian dari dirinya setelah menembak Lennon. Keputusan Chapman untuk membunuh Lennon berakar pada obsesi berlebihan dan gangguan mental yang ia alami.

Pembunuhan ini merupakan hasil dari perasaan kecewa Chapman terhadap John Lennon, yang dimulai setelah Lennon mengeluarkan pernyataan kontroversial pada 1966 bahwa The Beatles "lebih populer dari Yesus". Rasa kebencian Chapman semakin berkembang ketika Lennon merilis album solo dengan lagu-lagu yang dianggapnya penuh dengan tema kepalsuan dan pernyataan yang menyinggung religiusitas, seperti dalam lagu Imagine dan God.

Kematian Lennon mengguncang dunia. Setelah kejadian itu, sekitar 100.000 penggemar berkumpul di depan Dakota Building dan Central Park untuk memberi penghormatan. Kata-kata dramatis dari pembawa acara olahraga Howard Cosell yang mengabarkan peristiwa tersebut langsung viral di televisi: "John Lennon, mungkin anggota The Beatles paling populer, ditembak dua kali di punggung di luar apartemennya."

Pintu masuk Dakota Building, tempat Lennon terbunuh, kini menjadi tempat ziarah bagi para penggemar. Begitu pula dengan sudut di Central Park yang dinamai "Strawberry Fields", sebuah penghormatan abadi bagi sang legenda musik.

Lennon yang dikenal dengan pesan perdamaian dan cinta dalam karyanya, meninggalkan warisan yang luar biasa dalam dunia musik.

Pembunuhan ini tidak hanya mengakhiri kehidupan seorang musisi berbakat, tetapi juga mengguncang para penggemarnya di seluruh dunia, yang masih mengenang John Lennon sebagai legenda musik dunia.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |