TEMPO.CO, Jakarta - Selama bertahun-tahun, presiden Suriah yang dilengserkan, Bashar Al -Assad dan keluarganya membangun citra pemimpin sebagai sosok yang sederhana dan keras. Dokter mata yang berpengalaman puluhan tahun itu tidak memancarkan kemewahan yang berlebihan seperti yang dimiliki diktator Arab lainnya misalnya Muammar Gaddafi atau Saddam Hussein. Ia menampilkan sosok yang jauh dari kesan korupsi, bahkan saat rezimnya terlibat dalam penindasan brutal terhadap rakyatnya.
Namun pemberontak Suriah melengserkannya pada 8 Desember 2024, citra yang dibangun dengan hati-hati itu runtuh seketika. Dilansir dari The New Arab, harta kekayaan Bashar Al Assad yang sebenarnya terungkap, menggambarkan citra yang sangat berbeda dari mantan presiden Suriah tersebut.
Gambar-gambar dari istana presiden yang kini kosong mengungkap perbedaan yang mencolok antara kesederhanaan Assad dan kehidupan mewahnya. Ruangan yang dulunya dihiasi dinding berlapis emas dan perabotan mahal dijarah oleh rakyat dan pemberontak Suriah yang marah. Rekaman menunjukkan orang-orang membawa karpet merah dan barang-barang mewah termasuk tas Dior.
Barang rampasan yang ditinggalkan Bashar Al Assad bukan hanya harta benda, tetapi juga koleksi aset mengejutkan yang tersembunyi di seluruh dunia. Di antara barang-barang tersebut terdapat koleksi mobil mewah kelas atas termasuk Ferrari F50 langka, Lamborghini Diablo, dan Rolls-Royce, serta berbagai properti luas dan jaringan bisnis yang tersebar di Timur Tengah dan sekitarnya.
Aset Bashar Al Assad, Ratusan Ton Emas hingga Uang Miliaran Euro
Investigasi mengungkapkan bahwa keluarga Assad kemungkinan menguasai harta kekayaan atau aset sekitar US$ 16 miliar, termasuk 200 ton emas dan miliaran euro. Jumlah ini setara dengan anggaran nasional Suriah selama hampir tujuh tahun, berdasarkan data 2023.
Laporan lain menunjukkan bahwa kekayaan bersih keluarga Assad bisa mencapai US$ 2 miliar, meskipun angka ini sulit diverifikasi karena rumitnya struktur keuangan yang dikelola.
Laporan tahun 2022 oleh Departemen Luar Negeri AS mencatat bahwa rezim Assad menjalankan sistem patronase yang kompleks berupa perusahaan cangkang, kepemilikan real estat, dan rekening luar negeri yang dirancang untuk menyembunyikan kekayaan mereka dan menghindari sanksi. Banyak dari aset ini diyakini disembunyikan di Eropa, dengan sebagian besar pada properti mewah di London, Moskow, dan Dubai.
Investigasi tahun 2016 oleh The New Arab berdasarkan Panama Papers mengungkapkan bahwa keluarga Assad menggunakan perusahaan lepas pantai untuk menghindari sanksi internasional. Salah satu contohnya, istri Assad, Asma, diketahui telah memesan barang-barang mewah senilai ribuan pound, termasuk perhiasan desainer. Di sisi lain, jutaan warga Suriah menghadapi kelaparan akibat pengepungan brutal rezim tersebut.
Kerajaan bisnis keluarga Assad juga meluas ke sektor-sektor utama seperti telekomunikasi, real estat, minyak, dan perbankan. Keluarga ini mengendalikan aset sekitar £ 45-95 miliar, menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.
Sumber Pendapatan Ilegan dan Legal
Selain sumber pendapatan yang legal, dilansir dari The Week, keluarga Bashar Al Assad terlibat dalam berbagai kegiatan kriminal termasuk penyelundupan, perdagangan senjata, perdagangan narkoba, serta pemerasan dan perlindungan. Uang dalam jumlah besar yang diperoleh melalui transaksi gelap ini dicuci melalui berbagai struktur perusahaan yang tampaknya sah dan badan nirlaba yang dijalankan di Suriah.
Keluarga Shalish, sepupu dari pihak ayah Bashar Assad, juga turut terlibat. Dhu al-Himma Shalish (alias Zuhayr Shalish) dan Riad Shalish memiliki kekayaan bersih lebih dari US$ 1 miliar, yang berasal dari kedua kepentingan bisnisnya. Mereka juga terlibat dalam banyak kegiatan gelap saat memimpin konglomerat besar Suriah yang berkepentingan di sektor konstruksi dan impor mobil.
Rami Makhlouf, salah satu orang terkaya dan paling berkuasa di Suriah, juga merupakan bagian dari silsilah keluarga Assad. Rami adalah putra paman dari pihak ibu Bashar dan menguasai sebagian besar ekonomi Suriah. Setelah ia berkonflik dengan Bashar Al Assad pada 2020, banyak kepentingan bisnisnya jatuh ke tangan kurator negara. Ini berarti, sebagian besar aset keuangannya diperkirakan sekitar US$ 5-10 miliar jika disita oleh Assad.