Dosen Universitas Islam Gaza Beberkan Alasan Dibalik Serangan 7 Oktober 2023

1 day ago 8

TEMPO.CO, Jakarta - Mahmoud Hasyim Anbar, Dekan Fakultas Tafsir & Ulumul Quran Universitas Islam Gaza, mengungkap serangan 7 Oktober 2023 adalah bentuk perlawanan warga Gaza yang ingin hidup dalam kemuliaan dan bebas. Anbar, dibawa ke Indonesia sejak awal November 2024 oleh LSM Aqsa Working Grup yang berkantor pusat di Indonesia. 

Anbar, 63 tahun, menceritakan warga Gaza bertahan di tanah kelahirannya meski serangan tentara Israel tak kunjung berhenti karena Gaza merupakan bagian dari Palestina adalah wilayah milik kaum Muslimin, negeri yang diberkahi karena menjadi tempat Nabi Muhammad SAW melakukan Isra Miraj. Negeri tempat Nabi Sulaiman, Nabi Daud, Nabi Yusuf, Nabi Ayub, Nabi Ibrahim lahir, tinggal dan besar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Di Palestina juga terdapat Masjid Al-Aqsa, masjid yang menjadi kiblat pertama umat Muslim. Masjid yang sangat dianjurkan Nabi Muhammad SAW untuk dikunjungi setelah Masjid Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah. Masjid yang jika orang melaksanakan shalat di dalamnya akan mendapat pahala 500 kali lebih baik daripada masjid lain.

“Maka dengan itu, inilah keutamaan yang kami jaga, yang kami perjuangkan untuk membela keutamaan dan kemuliaan Masjid Al-Aqsa,” kata Anbar.

Masjid yang berjarak sekitar 70 km dari Gaza Utara tersebut dulunya bebas dimasuki oleh warga Palestina, termasuk Anbar bersama keluarga. Namun, sejak 30 tahun lalu, Israel melarang umat Islam berziarah dan beribadah di masjid tersebut. Bahkan bagi penduduk yang tinggal di Al-Quds, yang ditinggal di daerah sekitar komplek Masjid Al-Aqsa, dibatasi oleh peraturan Israel. Yang berusia di bawah 60 tahun dilarang masuk.

Pemeluk Yahudi atau warga Israel, masuk ke Masjid Al-Aqsa menggunakan sepatu, minum khamr, kemudian menyerang jamaah, bahkan melakukan tindakan-tindakan pada jamaah, baik yang laki-laki maupun perempuan.

“Itulah yang menjadi sebab utama mengapa kami di Gaza melakukan serangan 7 Oktober 2023, karena kami melawan, kami ingin hidup dalam kemuliaan dan terbebas,” tutur Anbar.

Dia menegaskan warga Palestina adalah bangsa yang cinta perdamaian tidak suka dengan kondisi perang, sebagaimana fitrah umat manusia. Dengan kondisi yang saat ini terjadi, warga Palestina selalu berdoa kepada Allah SWT semoga perang segera berakhir agar warga bisa menjalankan aktivitas seperti biasa. 

Anbar mengajar di Universitas Islam Gaza sejak 2006, dan keluar dari Gaza pada Mei 2024, atau tujuh bulan setelah Hamas melancarkan serangan 7 Oktober 2023 kepada Israel yang telah menjajah wilayah tersebut selama puluhan tahun.

Kondisi kesehatan yang kian menurun setelah terserang Covid-19 dan tidak ada lagi fasilitas yang memadai, menjadi alasan dia bersama istri dan anak-anaknya keluar dari tanah kelahiran mereka. Namun, setelah menyelesaikan perawatan Covid-19, dia tidak dapat kembali masuk ke Gaza karena Rafah, yang menjadi pintu keluar masuk Gaza, sudah ditutup tentara Israel.

Anbar dan keluarga lalu terpaksa menetap di Kairo dengan rumah yang sangat sederhana karena kondisi ekonomi yang sangat memburuk setelah serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Dia sangat berharap perang Gaza bisa segara berakhir, meskipun rumah dan mobil yang dulu dimilikinya sudah sirna.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |