TEMPO.CO, Jakarta - Perburuan terhadap pria bertopeng, pelaku penembakan bos asuransi UnitedHealthcare, Brian Thompson di luar hotel di New York City pada Rabu, 4 Desember 2024 masih terus berlanjut. Dalam perkembangannya, pihak kepolisian turut mengungkap tiga kata samar yang ditemukan di selongsong peluru pelaku bertuliskan 'deny', 'defend', and 'depose'. Apa maksudnya?
Dilansir dari The Independent, pihak kepolisian menemukan lebih banyak bukti yang berpotensi terkait dengan tersangka. Para penyelidik menemukan sebuah tas ransel di Central Park yang diyakini milik pelaku penembakan pada Jumat malam, 6 Desember 2024. Komisaris Polisi New York, City Jessica Tisch mengatakan kepada media CNN bahwa para penyelidik memiliki "sejumlah bukti besar" dalam pencarian tersangka. Ini termasuk bukti DNA, sidik jari, dan "rekaman kamera yang sangat besar" dari pergerakan tersangka, kata Tisch kepada media tersebut.
Diketahui, pria bersenjata itu bertopeng selama penembakan dan menggunakan kartu identitas palsu dari New Jersey untuk memesan kamar di HI New York City Hostel, tetapi kemudian membuka topengnya saat berbincang-bincang dengan seorang petugas. Polisi menyebut bahwa ia tiba di New York setelah menumpang bus Grayhound yang berasal dari Atlanta, Georgia bulan lalu.
Salah satu hal yang turut mencuri perhatian dalam pengungkapan kasus ini adalah ketika kepolisian mengungkapkan tiga kata tersebut meliputi 'deny', 'defend', dan 'depose' diukir pada peluru tajam dan selongsong peluru yang ditemukan di luar Hotel Hilton di Sixth Avenue di Midtown Manhattan, New York City, tempat Thompson, ditembak mati pada Rabu pagi.
Sumber kepolisian mengonfirmasi pesan mengerikan tersebut kepada ABC News dan New York Post , dengan menambahkan bahwa tiga peluru sembilan milimeter aktif dan tiga selongsong peluru sembilan milimeter yang sudah tidak terpakai ditemukan di tempat kejadian. Beberapa peluru masing-masing ditulisi dengan salah satu dari tiga kata tersebut, tambah mereka.
Maksud dari Tiga Kata 'Deny', 'Defend', dan 'Depose'
Beberapa laporan menunjukkan bahwa ketiga kata tersebut merujuk frasa umum dalam sebuah buku yang dirilis pada 2010 berjudul Delay, Deny, Defend: Why Insurance Companies Don't Pay Claims and What You Can Do About It.
Dikutip dari laman Forbes, tiga kata tersebut menggambarkan tuduhan yang ditujukan pada perusahaan asuransi yang menghindari pembayaran klaim, menurut laporan Associated Press pada Kamis, 5 Desember 2024.
Frasa tersebut diadopsi oleh para pengkritik industri perawatan kesehatan yang mengacu pada cara-cara perusahaan asuransi "menunda pembayaran klaim, menyangkal klaim yang sah secara keseluruhan atau sebagian, dan mempertahankan tindakan mereka dengan memaksa para penuntut untuk masuk ke proses pengadilan," sebagaunana bunyi kutipan dalam buku yang ditulis oleh Jay Feinman, seorang ahli hukum asuransi dan profesor emeritus di Rutgers University.
Buku tersebut mengklaim sebagai "sebuah ekspos ketidakadilan asuransi dan rencana bagi konsumen dan anggota parlemen untuk melawan." Selain itu, Feinman juga berusaha menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menolak klaim yang sah adalah "hasil dari fokus yang meningkat dan sistematis untuk memaksimalkan keuntungan oleh perusahaan-perusahaan besar seperti Allstate dan State Farm," menurut laporan Forbes.
Polisi hingga kini belum menyebutkan nama tersangka atau motif penembakan tersebut, tetapi istri Thompson mengatakan bahwa suaminya telah menerima beberapa ancaman sebelumnya dan polisi menyebut penembakan tersebut sebagai "serangan terarah yang berani."
Pembunuhan tersebut juga dikaitkan dengan pekerjaan Thompson di UnitedHealthcare, salah satu perusahaan asuransi kesehatan terbesar di New York, dan menduduki peringkat ke-19 dalam daftar perusahaan terbesar di dunia versi Forbes tahun ini dengan memiliki kapitalisasi pasar lebih dari $560 miliar.
Adapun The New York Times melaporkan tahun lalu bahwa UnitedHealthcare memiliki rencana dengan tingkat penolakan berkisar antara 7 persen hingga 27 persen pada tahun 2019, dan AP melaporkan UnitedHealthcare, bersama dengan perusahaan asuransi nirlaba lainnya, "sering menjadi sasaran kritik" karena menolak klaim dan mempersulit pasien untuk mendapatkan perawatan.
Tak hanya itu, The New York Times juga melaporkan bahwa kata-kata yang ditemukan pada selongsong peluru adalah “delay” dan “deny”, bukannya “deny,” “defend” dan “depose,” yang secara langsung merujuk pada frasa yang biasa digunakan untuk mengkritik industri asuransi kesehatan.
THE INDEPENDENT | FORBES
Pilihan Editor: Robig Zaenudin Polisi Penembak Pelajar di Semarang Ditetapkan Jadi Tersangka