TEMPO.CO, Jakarta - Pada 2004, Korea Selatan diguncang oleh kejahatan mengerikan yang dilakukan oleh Yoo Young Chul, yang dijuluki "The Raincoat Killer." Dalam waktu kurang dari setahun, dari 2003 hingga 2004, Yoo membunuh setidaknya 20 orang di Seoul, dengan menargetkan orang kaya dan wanita. Aksi pembunuh berantai itu meninggalkan jejak kekerasan yang sangat keji.
Lahir pada 1970 di Korea Selatan, Yoo Young Chul berasal dari keluarga miskin dan memiliki masa kecil yang penuh kesulitan. Dilansir dari The Korea Herald, di balik penampilannya yang tampak biasa, tersembunyi kebencian mendalam terhadap masyarakat kaya dan wanita. Menurut beberapa laporan, Yoo merasa dihina oleh ketidakmampuannya untuk meraih kesuksesan dan hidup seperti orang kaya. Kebencian ini semakin tumbuh, dan ia mulai menyalurkannya dalam bentuk kejahatan.
Pembunuhan pertama Yoo terjadi pada Januari 2003, ketika ia membunuh seorang profesor universitas dan istrinya. Yoo, yang dikenal sangat terorganisir, mulai menjalankan aksinya dengan modus yang sangat kejam—ia menggunakan berbagai senjata, termasuk palu dan pisau, untuk memasuki rumah korban dan melakukan pembunuhan. Namun, ini baru permulaan dari serangkaian pembunuhan yang lebih mengerikan.
Pada Maret 2004, setelah serangkaian pembunuhan lainnya, Yoo beralih menargetkan pekerja seks. Ia berpura-pura menjadi seorang polisi dengan menggunakan identitas palsu, lengkap dengan kartu identitas dan borgol yang ia beli di pasar gelap. Yoo menghubungi agen-agen pekerja seks dan memanggil mereka ke rumahnya yang terletak di Mapo-gu, Seoul. Setelah mengundang mereka, ia kemudian mengancam mereka dengan borgol dan mengatakan bahwa mereka akan ditangkap jika menolak mengikuti perintahnya. Setelah berhasil membawa korban ke dalam rumahnya, Yoo membunuh mereka dengan cara yang sangat brutal di kamar mandinya.
Tidak cukup dengan pembunuhan, Yoo bahkan mengaku melakukan mutilasi terhadap tubuh korban-korbannya. Ia mengaku memakan bagian tubuh beberapa dari mereka. Dari 20 korban yang dibunuh, 11 di antaranya adalah PSK. Sifat brutal dan sadis dari kejahatan ini membuat Yoo menjadi salah satu pembunuh berantai paling mengerikan dalam sejarah Korea Selatan.
Pada awalnya, polisi kesulitan untuk menemukan pola yang jelas dalam kasus pembunuhan ini. Namun, setelah banyaknya laporan dari mucikari yang menyebutkan hilangnya pekerja seks yang mereka kenal, penyelidikan mulai menunjukkan kemajuan. Polisi akhirnya berhasil melacak Yoo melalui nomor telepon yang digunakan untuk menghubungi para korban.
Pada Juli 2004, Yoo Young Chul akhirnya tertangkap setelah melarikan diri dari kantor polisi dalam sebuah insiden dramatis. Meskipun berhasil kabur, pelariannya hanya berlangsung selama 12 jam hingga akhirnya ditangkap kembali. Penangkapannya membuat geger seluruh negara, dan setelah pengakuan yang mengejutkan dari Yoo, kasus ini menjadi sorotan utama di media.
Yoo Young Chul dihadapkan pada pengadilan, dan pada 2005, ia dijatuhi hukuman mati atas kejahatan yang telah dilakukannya. Namun, meskipun sudah dijatuhi hukuman mati, hukuman tersebut tidak segera dilaksanakan karena Korea Selatan telah menghentikan eksekusi sejak 1997. Sejak saat itu, Yoo tetap hidup di penjara, dan perdebatan mengenai penerapan kembali hukuman mati di Korea Selatan terus berlangsung hingga hari ini. Sebagai salah satu dari sedikit narapidana hukuman mati yang masih hidup di negara tersebut, Yoo menjadi simbol dari sebuah kebijakan yang terus diperdebatkan oleh masyarakat.
Kasus Yoo Young Chul meningkatkan pemahaman masyarakat Korea Selatan tentang psikopat, yang sebelumnya kurang dikenal. Kejahatan tanpa motif rasional ini mengubah pandangan terhadap kejahatan berat dan mendorong perkembangan psikologi kriminal di negara tersebut. Ahli psikologi forensik Lee Soo Jung berperan penting dalam memperkenalkan istilah "psikopat" ke publik, menjadikan Yoo sebagai referensi dalam studi psikopat dan kejahatan berantai di Korea.
Kisah Yoo Young Chul menginspirasi berbagai karya seni, termasuk film The Chaser (2008) dan serial dokumenter Netflix berjudul The Raincoat Killer: Chasing a Predator in Korea. Dokumenter ini menampilkan wawancara dengan keluarga korban, polisi, jaksa, dan ahli profil kriminal yang terlibat dalam kasus ini.
MYESHA FATINA RACHMAN I NETFLIX | KOREA HERALD
Pilihan Editor: Upaya Komnas HAM Menyingkap Otak Pembunuhan Munir Said Thalib