KPU Nyatakan Khofifah Menang Pilgub Jatim, Pengamat Politik: Bukan Faktor Endorsement Prabowo-Jokowi

1 month ago 28

TEMPO.CO, Surabaya - Pasangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Dardak memperolah 58 persen suara dalam rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum Jawa Timur. Penetapan itu dilakukan saat rapat pleno terbuka rekapitulasi hasil penghitungan perolehan suara  pada Senin, 9 Desember 2024 pukul 22.30 WIB di Surabaya. Pada rekapitulasi itu, 38 KPU kabupaten/kota telah membacakan hasil perolehan suara ketiga calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim 2024.

Hasilnya, Khofifah-Emil unggul di 36 kabupaten/kota di Jatim dengan 12.192.165 suara. “Jumlah ini setara dengan 58,81 persen,” kata Komisioner KPU Jatim Nur Salam dalam rekapitulasi suara di sebuah hotel di Surabaya.

Sementara itu, pasangan Tri Rismaharini-Zahrul Azhar Asumta (Gus Hans) unggul di dua kota, yakni Mojokerto dan Surabaya. Rinciannya, 48 persen suara di Kota Mojokerto dan 72 persen suara di Surabaya. Mereka meraih 6.743.095 suara secara keseluruhan. “Itu setara 32,52 persen,” ucap Nur Salam.

Sedangkan pasangan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim meraih hasil meraih 1.797.332 suara atau 8,67 persen. 

Pengamat politik sekaligus dosen senior Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Aribowo menilai kemenangan  Khofifah Indar Parawansa di pemilihan gubernur Jawa Timur bukan karena dukungan Koalisi Indonesia Maju (KIM), melainkan karena kuatnya figur dan popularitas calon itu sendiri.

Menurut dia Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto justru memanfaatkan Khofifah dalam pemilihan presiden agar suara yang diraih bersama Gibran Rakabuming Raka di Jawa Timur tinggi. Selain itu, dukungan Joko Widodo pada Khofifah juga ia nilai tak berpengaruh banyak.

“Tanpa KIM Khofifah sudah sangat kuat, tanpa Jokowi Khofifah juga sudah kuat. Karena itu Jokowi kan tidak pernah turun ke Jawa Timur (membantu Khofifah) selama kampanye pilgub kemarin,” ujar Aribowo saat dihubungi, Selasa, 10 Desember 2024.

Meski pun setelah dinyatakan menang pilgub versi quick count Khofifah buru-buru melapor pada Jokowi melalui video call, menurut Aribowo sikap itu untuk menjaga hubungan baik saja. Sebab, kata Ari, Jokowi tidak banyak mempengaruhi Jawa Timur atas kemenangan Khofifah.

“Kemenangan itu murni prestasinya Khofifah. Ia tak bisa dikalahkan olej siapa pun, apalagi dengan waktu yang sangat pendek dan dengan dana yang sangat terbatas,” kata Aribowo yang juga mengelola lembaga survei optika.id.Aribowo melihat endorsement Prabowo dan Jokowi pada Khofifah juga tak berpengaruh banyak. Alasannya, suara Gerindra di Jawa Timur kecil. Sehingga, ujar Aribowo, omong kosong bila ada pengamat yang menganalisa faktor endorsement dua tokoh tersebut mendongkrak elektabilitas dan popularitas Khofifah. “Kalau ada yang menganalisa demikian berarti dia enggak ngerti,” kata Aribowo.

Menjelang pemungutan suara, kata Ari, tren suara Khofifah terpantau terus meningkat. Sungguh pun suara pesaingnya, Tri Rismaharini, juga naik namun tetap sulit mengejar. Malah keberadaan Luluk Nur Hamidah yang diusung Partai Kebangkitan Bangsa, ujar Ari, justru menguntungkan Khofifah.

“Kalau tidak ada Luluk Risma bisa leluasa menyaingi Khofifah. Enggak mungkin Khofifah dikalahkan bila tiga pasangan calon begini,” kata Aribowo.

Ari memperkirakan suara PKB sebagian besar lari ke Khofifah. Meski pun pada pemilu legislatif PKB menang di Jawa Timur tapi berbeda cerita dengan pilgub. Dalam pileg, kata Ari, pemilih PKB mengutamakan partainya sendiri untuk dipilih.

Namun dalam pilgub, mereka kembali ke akarnya sebagai pengikut Nahdlatul Ulama. “Basis Muslimat NU di Jawa Timur terkuat, dan mereka pasti banyak yang mencoblos Khofifah,” kata Ari.

Hanaa Septiana berkontribusi pada artikel ini.

Pilihan Editor: Khofifah Nyatakan akan Merangkul Lawan Politiknya di Pilgub Jatim

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |