Setiap Jam 14 Warga Tewas karena TBC, Indonesia Kelinci Percobaan Vaksin Dunia?

7 hours ago 6

Ilustrasi penyakit TBC | tempo.co

JAKARTA, JOGLOSEMARNEWS.COM – Setiap jam, 14 orang meninggal dunia di Indonesia akibat penyakit tuberkulosis (TBC). Angka ini mencerminkan betapa daruratnya persoalan TBC yang selama ini masih membayangi jutaan penduduk di tanah air. Di tengah kenyataan ini, Indonesia terus mendorong berbagai upaya pengendalian, termasuk dengan berpartisipasi dalam uji klinis vaksin TBC generasi terbaru.

Sebanyak 2.095 warga Indonesia, dari kelompok usia remaja hingga dewasa, telah terlibat dalam uji klinis vaksin TBC M72. Vaksin ini dikembangkan oleh perusahaan biofarmasi yang didukung oleh Bill Gates, dan Indonesia menjadi salah satu lokasi penting dalam uji klinis tahap ketiga atau terakhir sebelum vaksin ini dipasarkan secara luas.

Presiden Prabowo Subianto menyampaikan partisipasi Indonesia dalam program vaksinasi global ini saat menerima kunjungan Bill Gates bersama sejumlah konglomerat nasional di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Menurutnya, partisipasi Indonesia menunjukkan komitmen kuat terhadap penanggulangan penyakit menular yang masih menjadi momok di berbagai daerah.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan bahwa proses rekrutmen peserta uji klinis telah tuntas pada 16 April 2025. “Indonesia telah menyelesaikan proses rekrutmen partisipan untuk uji klinik fase ketiga kandidat vaksin tuberkulosis,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, Kamis (8/5/2025).

Aji menjelaskan bahwa uji klinis ini digelar di sejumlah institusi medis ternama, antara lain RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih, RS Universitas Indonesia (RSUI), Fakultas Kedokteran Unpad Bandung, dan Fakultas Kedokteran UI.

Plt Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes, Murti Utami, memperkirakan bahwa vaksin TBC tersebut baru akan tersedia untuk publik pada 2028 atau 2029. “Insyaallah dengan adanya vaksin TB ini, kasus-kasus bisa ditekan,” ujarnya dalam rapat bersama Komisi IX DPR RI.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan deteksi satu juta kasus TBC pada tahun ini. Ia mengungkapkan bahwa pada masa pandemi COVID-19, hanya sekitar 400 ribu kasus yang teridentifikasi, jauh dari angka sesungguhnya yang ditaksir lebih dari satu juta.

Data Global Tuberculosis Report 2024 dari WHO menyebut Indonesia sebagai negara dengan jumlah kasus TBC tertinggi kedua di dunia, setelah India. Pada tahun lalu, tercatat 1.060.000 kasus TBC di Indonesia, dengan angka kematian mencapai 134 ribu jiwa.

Direktur Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina, menekankan pentingnya percepatan program penanggulangan TBC. “Kalau kita tidak bergerak sekarang, target eliminasi TBC tahun 2030 akan sulit dicapai,” katanya.

TBC disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis dan menular melalui udara, khususnya saat pasien batuk, bersin, atau meludah. Meskipun semua orang berpotensi tertular, ada kelompok yang memiliki risiko lebih tinggi.

Sekretaris Ditjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes, Yudhi Pramono, menyebut kelompok rentan tersebut meliputi orang yang tinggal serumah dengan pasien TBC, orang dengan HIV, perokok, penderita diabetes, bayi, anak-anak, lansia, warga binaan pemasyarakatan, tunawisma, pengungsi, dan masyarakat di kawasan padat serta kumuh.

Ia mengingatkan bahwa bakteri TBC bisa bertahan di udara lembap selama beberapa jam, sehingga risiko penularan tinggi jika tidak segera ditangani. “Kalau daya tahan tubuh kuat, bakteri bisa tetap tidur. Tapi kalau imun menurun, dia bisa aktif dan memicu penyakit,” ujar Yudhi.

www.tempo.co

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |