5 Tips Agar Obesitas Tidak Jadi Diabetes

20 hours ago 6

TEMPO.CO, Jakarta - Kira-kira apa saja hidangan perayaan Tahun Baru Imlek Anda dan keluarga tahun ini? Konsumsi makanan manis yang melimpah, seperti kue keranjang, dodol, dan permen mungkin menjadi salah satu makanan yang terhidang untuk santapan keluarga. Meskipun kelezatan makanan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kebahagiaan perayaan, konsumsi berlebihan makanan manis dapat meningkatkan risiko kesehatan, seperti obesitas bahkan bisa terkait dengan diabetes. Dalam suasana yang penuh kegembiraan ini, penting untuk tetap waspada terhadap pola makan yang sehat, mengingat semakin tingginya angka penyandang diabetes di Indonesia.

Konsumsi makanan manis yang berlebihan, terutama dalam periode perayaan, dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes. Tubuh obesitas tidak hanya mengurangi estetika penampilan dan menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga menyebabkan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin. Awalnya, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk mengatasi hal tersebut. Namun, jika kondisi ini berlanjut, pankreas akan mengalami kelelahan dan berujung pada terjadinya diabetes. "Oleh karena itu, menjaga berat badan tetap ideal sangat penting untuk mengurangi risiko diabetes, terutama di tengah godaan makanan manis saat perayaan," kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Subspesialis Endokrinologi Metabolik dan Diabetes RS Pondok Indah – Pondok Indah Imam Subekti dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 24 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Perjalanan obesitas menjadi diabetes terjadi melalui beberapa tahap. Tahap awal, akibat resistensi insulin, gula darah mulai meningkat tetapi belum menimbulkan gejala. Tahap ini disebut pre-diabetes yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan berada di atas kisaran normal, tetapi belum sampai pada kriteria diabetes.

Tahap berikutnya disebut diabetes, yaitu kadar gula darah puasa dan atau sesudah makan sudah sampai pada angka yang sesuai dengan kriteria diabetes. Pada tahap ini, mulai ada gejala, antara lain sering buang air kecil, banyak minum, banyak makan, tetapi berat badan turun.

Bagi seseorang dengan berat tubuh berlebih, hal pertama yang perlu dilakukan agar terhindar dari diabetes adalah mencari tahu faktor penyebab kegemukan yang dialaminya. Informasi ini diperlukan untuk menentukan tata laksana penurunan berat badan.

Menurunkan berat badan bukan sekadar menghindarkan diri dari diabetes, tetapi juga dapat memperkecil berbagai risiko penyakit, seperti serangan jantung, darah tinggi, kolesterol, dan sebagainya. "Secara umum, ada lima hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan berat badan," kata Imam Subekti:

1. Mengatur pola makan

Perlu dihitung total kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas harian, sehingga dapat ditentukan asupan yang diperlukan untuk terapi diet penurunan berat badan. Penghitungan ini diharapkan dapat menurunkan kalori sebesar 500 – 1.000 kilo kalori per hari

2. Aktivitas fisik rutin

Aktivitas fisik dilakukan setidaknya tiga kali dalam satu minggu dengan durasi setidaknya 30 menit. Durasi dapat dinaikkan menjadi 45 menit sementara sesi ditingkatkan menjadi lima kali dalam seminggu. Aktivitas yang direkomendasikan adalah yang bersifat aerobik, seperti jalan atau joging, renang, bersepeda, atau senam

3. Perubahan perilaku

Obesitas bukanlah kondisi yang terjadi tiba-tiba, melainkan dalam durasi yang panjang. Karenanya, diperlukan komitmen secara terus-menerus untuk melakukan perubahan terhadap gaya hidup yang dijalani

4. Obat

Obat sering kali diperlukan jika program pengaturan makan (terapi diet) dan aktivitas fisik belum berhasil mencapai target penurunan berat badan

5. Bedah Bariantrik

Jika cara pertama hingga keempat tidak berhasil, dapat dipertimbangkan (jika memenuhi syarat) untuk menjalani tindakan bedah bariatrik, yakni operasi pemotongan usus

Diabetes kerap disebut sebagai penyakit yang 'tenang tetapi menghanyutkan'. Meski kadar gula meningkat, pada awalnya, seseorang tidak merasakan gejala tertentu. Gejala seperti sering terbangun malam hari karena ingin buang air kecil, berat badan turun, dan terus merasa lapar meski sudah makan banyak, baru akan terjadi ketika kadar gula darah tinggi dalam kurun waktu yang cukup lama. Pada kondisi ini, berarti sudah masuk dalam fase diabetes.

Hingga saat ini, belum ada pengobatan yang dapat membuat seseorang yang sudah berada pada fase diabetes menjadi sembuh. Sementara, jika diketahui pada fase pre-diabetes, dapat dikelola dan dikembalikan ke fase normal. "Deteksi pada fase pre-diabetes dapat dilakukan dengan pemeriksaan kesehatan secara rutin. Jadi, jangan tunggu sampai timbul gejala," katanya.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |