TEMPO.CO, Jakarta - Israel terus menyerang Suriah sejak lengsernya Presiden Bashar Al Assad, Minggu, 8 Desember 2024. Bashar Al Assad dikabarkan melarikan diri ke Rusia.
Sejak pelarian dramatis Al Assad, Israel telah menyerang Suriah lebih dari 400 kali. Meski diprotes Perserikatan Bangsa-bangsa, Israel terus melancarkan serangan militer ke zona penyangga yang telah memisahkan kedua negara sejak 1974.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam beberapa bulan terakhir, Israel telah menyerang tetangganya, Lebanon. Israel juga melancarkan agresi dan melakukan genosida terhadap penduduk Gaza yang terkepung. Lalu mengapa Israel kini menyerang Suriah?
Klaim Israel atas Serangan ke Suriah
Dilansir dari Al Jazeera, Israel mengklaim serangannya terhadap Suriah selama bertahun-tahun adalah hal yang benar. Israel mengatakan menghancurkan target militer Iran. Namun menurut Iran, tidak ada satu pun pasukannya yang saat ini berada di Suriah .
Kini Israel mengatakan fokus menghancurkan infrastruktur militer Suriah. Israel mengklaim bahwa mereka berusaha menghentikan senjata agar tidak jatuh ke tangan para ekstremis. Definisi Israel ini mengacu pada kelompok oposisi Hayat Tahrir al-Sham (HTS), yang menggulingkan al-Assad.
Serang Zona Demilitarisasi yang Pisahkan Kedua Negara
Israel mengatakan telah menargetkan fasilitas militer, termasuk gudang senjata, depot amunisi, bandara, pangkalan angkatan laut, dan pusat penelitian.
Israel juga telah mengerahkan unit militer ke zona penyangga di sepanjang Dataran Tinggi Golan yang memisahkan kedua negara. Daerah tersebut telah ditetapkan secara resmi sebagai zona demiliterisasi sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata yang ditengahi PBB tahun 1974 .
Israel menempati sekitar dua pertiga Dataran Tinggi Golan, dengan zona penyangga yang dikelola PBB yang mencakup wilayah sempit seluas 400 kilometer persegi (154 mil persegi). Sisanya telah dikuasai oleh Suriah.
Pasukan keamanan Suriah juga melaporkan tank-tank Israel bergerak maju dari Dataran Tinggi Golan ke Qatana, 10 kilomter ke wilayah Suriah dan dekat dengan ibu kota. Sumber-sumber militer Israel membantah serangan semacam itu.
Selain lebih dari 100 serangan terhadap ibu kota, Israel melakukan serangan di Al Mayadin di timur, Tartous dan Masyaf di barat laut, di perbatasan Qusayr dengan Lebanon, dan bandara militer Khalkhalah di selatan.
Israel Mengklaim Membela Diri
Benjamin Netanyahu mengatakan kepada wartawan pada hari Senin bahwa bekas wilayah Suriah di sepanjang Dataran Tinggi Golan, yang telah digolongkan sebagai zona demiliterisasi sejak tahun 1974, akan tetap menjadi bagian dari Israel selamanya.
Menteri Luar Negeri Israel Gideon Sa'ar telah membela serangan Israel sejak hari Minggu. Ia mengatakan bahwa niat Israel hanya untuk menargetkan lokasi yang diduga memiliki senjata kimia dan lokasi roket jarak jauh.
Dalam jumpa pers untuk media asing, Sa'ar mengatakan Israel bertindak “sebagai tindakan pencegahan”. “Itulah sebabnya kami menyerang sistem senjata strategis, seperti, misalnya, senjata kimia yang tersisa, atau rudal dan roket jarak jauh, agar tidak jatuh ke tangan para ekstremis,” katanya.
Yang Diinginkan Israel dari Suriah?
Israel belum membuat pernyataan apa pun soal serangan ke Suriah. Israel hanya mengatakan bertindak demi kepentingan pertahanan mereka. Namun, beberapa tokoh terkemuka Israel mengatakan bahwa serangan tak boleh lagi dilanjukan.