TEMPO.CO, Jakarta - Dalam rangka memperingati lima abad Jakarta serta menyambut Tahun Baru Imlek 2025, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menggelar “Festival Bandeng Rawa Belong”. Dirayakan selama dua hari pada 27-28 Januari 2024 di Jalan Sulaiman, Kelurahan Sukabumi Utara, Kecamatan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Acara ini dilaksanakan dengan bekerja sama dengan Persatuan Masyarakat Jakarta Mohamad Husni Thamrin (Permata MHT) dan Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Barat.
Festival Bandeng Rawa Belong ini bertujuan untuk mengangkat tradisi “nganter bandeng” dan menampilkan sejarah Jakarta yang memiliki keberagaman. Serta diharapkan kegiatan ini menjadi daya tarik wisata di Rawa Belong. Acara tersebut akan diisi dengan berbagai kegiatan yang kental dengan tradisi betawi, seperti demonstrasi cabut duri ikan bandeng, tarian betawi, musik gambang kromong, palang pintu dari sanggar si Pitung Rawa Belong, dan ditampilkan palang bunga terbesar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selain pertunjukan seni, akan disajikan pula aneka kuliner khas Betawi dengan olahan berbahan dasar ikan bandeng. Arak-arakan delman juga akan dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta. Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Provinsi DKI Jakarta, Andhika Permata menilai festival tersebut baik untuk memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Jakarta Barat.
“Festival Bandeng ini bukan hanya soal kuliner, tetapi juga tentang pluralisme, melestarikan tradisi, dan mengangkat potensi lokal yang ada di Jakarta Barat. Kami (Pemprov DKI Jakarta) siap memberikan dukungan penuh apa yang dibutuhkan, kami minta juga kepada perangkat daerah terkait untuk totalitas dan menampilkan yang terbaik demi kelancaran acara ini," kata Andika dikutip dari Berita Jakarta, Sabtu 25 Januari 2025.
Tradisi nganter bandeng saat Imlek
Saat Imlek tiba, tradisi nganter bandeng memiliki makna bagi suku Betawi dan etnis Tionghoa. Seperti namanya nganter bandeng, kebiasan ini dilakukan dengan cara membagikan ikan bandeng pada keluarga dan tetangga. Tujuan dari nganter bandeng yaitu untuk merekatkan kekeluargaan dan persaudaraan. Tradisi tersebut adalah cerminan dari keberagaman yang saling menjaga.
Bagi etnis Tionghoa, ikan menyimbolkan kemakmuran dan rezeki. Dalam bahasa China, kata “ikan” dalam logat atau pelafalan Mandarin sama dengan “yu” yang artinya rezeki. Harapannya agar memperoleh kemakmuran dan rezeki melimpah di tahun yang akan datang. Kemudian, ikan bandeng sendiri memiliki banyak duri dan membutuhkan kehati-hatian saat memakannya. Hal itu memberikan makna untuk terus berhati-hati dalam hidup agar diberikan keselamatan.
Sajian ikan bandeng saat Imlek hanya ada di Indonesia. Pada abad 17, etnis Tionghoa menyerap bandeng dari kultur Betawi. Saat jamuan makan Imlek, bandeng akan dihidangkan di akhir sebagai simbol rezeki yang berlimpah. Semakin besar ukuran ikan, maka rezeki yang diperoleh di masa mendatang akan semakin banyak.
Seperti dilansir dari Telusuri, tradisi nganter bandeng ini dilakukan calon mantu dengan mengirim ikan bandeng kepada calon mertua. Ikan tersebut dimasak pindang oleh calon pengantin perempuan dan dihidangkan kepada keluarga calon mertua laki-laki. Apabila ukuran ikannya kecil, calon menantu dianggap pelit, sedangkan jika dihantarkan ukuran besar maka akan dipuji dan dibanggakan.
Namun, budaya menghantarkan bandeng kepada calon mertua sudah mulai luntur dan digantikan dengan membeli ikan bandeng untuk dimakan bersama keluarga atau dibagi-bagi ke tetangga. Hingga saat ini warga Betawi dan Tionghoa ramai menyambut Imlek dengan membuat sajian ikan bandeng untuk diantar ke kerabat dan tetangga.
NIA NUR FADILLAH