TEMPO.CO, Jakarta - Yee sang atau yusheng selalu hadir dalam setiap perayaan tahun baru Imlek. Salad sayur ini penuh dengan makna yang melambangkan harapan orang Tionghoa di tahun baru.
Yee sang terdiri dari beberapa jenis sayur dan yang mewakili tiga warna, antara lain lobak dan jeruk bali untuk warna putih, wortel dan kubis brussel mewakili mewah, dan mentimun yang berwarna hijau. Ragam sayuran itu melengkapi hidangan utama ikan mentah yang dalam bahasa Mandarin disebut "yee sang" atau "yusheng".
Tempo mencicip hidangan penuh makna ini saat perayaan Imlek di restoran Jajaghu dan Babah Koffie House of Tugu (HOTJ) Kota Tua, Rabu, 29 Januari 2025. Di restoran ini, yee sang dijual seharga Rp 130 ribu mulai tahun baru sampai dengan Cap Go Meh.
Makna Warna Yee Sang
Sesilia Ivena dari Marketing Communication Jakarta HOTJ menjelaskan bahwa setiap warna sayur dan buah pada yee sang memiliki makna harapan di tahun baru. Warna merah, misalnya, melambangkan kebahagiaan dan keberuntungan. Adapun putih berarti kesuksesan, sementara hijau melambangkan kesehatan.
"Ikan mentah pada yee sang berarti harapan agar selalu lebih dari cukup setiap tahunnya," kata dia di sela-sela perayaan Tahun Baru Imlek di Jajaghu, Rabu, 29 Januari 2025. Jajaghu merupakan restoran fine dining yang menyatu dengan HOTJ.
Makanan ini ditambahkan dengan bahan-bahan pelengkap seperti saus plum, kerupuk pangsit, kacang, air lemon, minyak wijen, dan wijen. Menurut Ivena, saus plum yang memberikan rasa asam manis melambangkan kehangatan keluarga. Kulit pangsit melambangkan koin emas yang berarti kesuksesan, dan kacang melambangkan kemakmuran. Bahan pelengkap ini dituangkan ke piring yee sang satu per satu searah arum jam, sambil mengucapkan kata-kata keberuntungan.
"Itu melambangkan bahwa hidup terus berjalan maju, dimulai dari yang kering," kata dia.
Ritual Makan Yee Sang
Yee sang biasanya dimakan bersama-sama keluarga ketika berkumpul untuk merayakan tahun baru Imlek. Setelah semua bahan dituang, semua anggota keluarga mencampur bahan secara bersama-sama menggunakan sumpit sambil mengangkatnya setinggi mungkin. Ada kepercayaan bahwa kemakmuran bertambah seiring tingginya mengangkat sumpit.
Sambil mencampur, semua orang meneriakkan satu kata, "Lohei." Dalam bahasa Kanton, kata ini berarti melempar keberuntungan.
Sejarah Yee Sang
Hidangan irisan ikan mentah sudah ada sejak lebih dari 2.000 tahun lalu di Tiongkok, menurut laman nlb.gov.sg. Dokumentasi tertulis paling awal yang diketahui tentang hidangan ini dapat ditelusuri hingga 823 SM pada masa Dinasti Zhou (1046 SM–256 SM). Hidangan ini menjadi sangat populer setelah Dinasti Han (206 SM–220 M). Namun, popularitasnya menurun setelah Dinasti Yuan (1271 M–1368 M) karena masalah kebersihan. Hidangan ini hampir menghilang di Cina menjelang akhir Dinasti Qing (1889 M–1912 M). Hanya penduduk di wilayah selatan Guangzhou dan Chaozhou yang mengonsumsinya. Irisan ikan mentah ini dicampur dengan minyak kacang atau kecap asin, bersama dengan bumbu lain seperti garam, gula putih, kacang tanah, biji wijen, bawang putih, irisan jahe, irisan bawang bombay, irisan lobak, dan air jeruk lemon.
Salad versi modernnya populer di negara-negara Asia Tenggara, seperti Singapura, Malaysia, dan Indonesia, sejak 1970-an. Restoran-restoran biasanya menyajikan makanan ini selama 15 hari tahun baru Imlek, sampai dengan perayaan Cap Go Meh. Di Malaysia, yee sang telah didaftarkan sebagai makanan warisan nasional oleh Departemen Warisan Nasional pada 2009.