Mengenal Kanker Otak, Jenis dan Faktor Penyebabnya

7 hours ago 4

TEMPO.CO, Jakarta - Kanker otak adalah pertumbuhan sel abnormal di jaringan otak yang membentuk tumor. Tumor dapat bersifat jinak (tidak menyebar) atau ganas (kanker), dan dapat mengganggu fungsi otak, seperti gerakan, pikiran, dan emosi. Kanker ini bisa berasal dari otak itu sendiri (tumor primer) atau menyebar dari organ lain (tumor metastatik). Penyebab pastinya belum diketahui, tetapi faktor genetik, mutasi sel, dan paparan radiasi dapat meningkatkan risikonya.

Secara umum, kanker otak terbagi menjadi dua jenis. Pertama adalah tumor otak primer, yaitu jenis tumor yang berasal dari jaringan otak atau sekitarnya, seperti glioma, meningioma, atau medulloblastoma, dan bisa bersifat jinak atau ganas tergantung jenisnya. Kedua adalah tumor otak sekunder alias metastatik. Jenis ini adalah kanker yang menyebar ke otak dari organ lain, seperti paru-paru, payudara, atau kulit (melanoma), dan selalu bersifat ganas.

Kanker otak terjadi karena pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali di dalam jaringan otak, namun penyebab pasti dari kanker otak masih belum sepenuhnya dipahami. Berdasarkan penelitian medis, beberapa faktor yang diyakini berperan dalam risiko terkena kanker otak meliputi faktor genetik, mutasi DNA, paparan radiasi, serta pengaruh lingkungan tertentu. 

Dokter Spesialis Bedah Saraf Bethsaida Hospital Gading Serpong Wienorman Gunawan mengatakan penting untuk mengenali gejala awal kanker otak dan segera melakukan konsultasi medis. "Kombinasi deteksi dini dan pendekatan pengobatan yang tepat dapat meningkatkan peluang kesembuhan," katanya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 21 November 2024.

Wienorman mengatakan faktor genetik memainkan peran penting dalam risiko kanker otak. Beberapa orang memiliki mutasi genetik atau riwayat keluarga yang meningkatkan risiko tumor otak. Sebagai contoh sindrom genetik tertentu seperti neurofibromatosis tipe 1 dan 2, sindrom Li-Fraumeni, sindrom Turcot, dan sindrom Gorlin. Semua sindrom itu terkait dengan peningkatan risiko tumor otak. Individu dengan kondisi ini memiliki peluang lebih tinggi terkena kanker otak dibandingkan populasi umum. Faktor riwayat keluarga juga bisa diperhitungkan meskipun hanya berpengaruh sekitar 5-10 persen. Keberadaan riwayat keluarga dapat meningkatkan risiko terkena kanker otak.

Wienorman menambahkan bahwa ada peran lingkungan dalam risiko kanker otak. Beberapa faktor lingkungan yang dapat meningkatkan risiko kanker otak meliputi paparan radiasi, paparan bahan kimia, dan faktor lain. Pada paparan radiasi, seperti radiasi ionisasi, terbukti meningkatkan risiko tumor otak primer seperti glioma. Misalnya, individu yang menjalani radiasi terapi kepala memiliki risiko lebih tinggi terkena glioma dan meningioma.

Kedua adalah paparan bahan kimia. Meskipun penelitian belum memberikan bukti konklusif, namun beberapa bahan kimia tertentu seperti pestisida, bahan pelarut, dan bahan kimia industri diduga berperan dalam meningkatkan risiko tumor otak. Terakhir adalah faktor lain. Beberapa studi mencoba menghubungkan polusi udara dan paparan radiasi elektromagnetik dari perangkat seperti ponsel dengan risiko kanker otak, tetapi bukti masih terbatas dan tidak konklusif.

Bagaimana Cara Mendiagnosis Kanker Otak?

Wienorman mengingatkan bahwa sebagian besar tumor otak biasanya baru terdeteksi setelah gejala muncul. Sebagai langkah awal, dokter akan menanyakan secara rinci gejala yang dirasakan serta riwayat kesehatan pasien dan keluarganya. "Jika ada kecurigaan terhadap kanker otak, dokter akan merekomendasikan beberapa tes khusus untuk memastikan diagnosis dan menyingkirkan kemungkinan penyebab gejala lainnya," kata Wienorman.

Wienorman menambahkan ada beberapa cara deteksi dini kanker otak dengan melalui beberapa rangkaian tes. Pertama adalah pencitraan (MRI & CT Scan). Pemindaian jenis ini untuk mendapatkan gambaran otak yang mendetail dan mendeteksi tumor. Lalu ada pula cara deteksi dini dengan EEG, yaitu tes yang digunakan jika pasien mengalami kejang. Tes ini dilakukan untuk merekam aktivitas otak melalui elektroda di kulit kepala. 

Ketiga adalah tes angiografi serebral. Pencitraan menggunakan sinar-X dan pewarna kontras untuk memeriksa aliran darah ke tumor. Kemudian ada tes fungsi lumbal. Tes jenis ini merupakanpengambilan sampel cairan serebrospinal untuk menguji penanda tumor. "Terakhir adalah tes biopsi jarum stereotaktik. Tes ini dilakukan untuk tumor di area sensitif atau sulit dijangkau guna mengumpulkan sampel jaringan," kata Wienorman.

Wiernorman pun mengatakan ada beberapa cara penanganan kanker otak. Menurutnya penanganan kanker otak bergantung pada jenis, lokasi, ukuran tumor, serta kondisi kesehatan pasien. Pendekatan utama dapat dilakukan dengan pembedahan, yaitu mengangkat sebanyak mungkin tumor tanpa merusak jaringan otak sehat. Lalu ada pula penanganan dengan terapi radiasi. Terapi ini menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh atau memperlambat pertumbuhan sel kanker. Kemudian ada penanganan dengan kemoterapi, yaitu pemberian obat-obatan untuk membunuh sel kanker atau memperlambat pertumbuhannya. Ada pula penanganan dengan terapi target. Terapi ini menggunakan obat yang secara khusus menargetkan sel kanker dengan efek minimal pada sel normal. Kemudian ada terapi imun, yaitu terapi yang bisa merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker.

Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong, Pitono mengatakan setiap pasien akan menerima perawatan yang disesuaikan dengan kondisi spesifik mereka, dengan tujuan memperlambat perkembangan kanker, meringankan gejala, dan meningkatkan kualitas hidup. Ia berkomitmen timnya rumah sakitnya menyediakan perawatan berkualitas tinggi. "Mulai dari diagnosis hingga pengobatan, dengan pendekatan yang holistik dan didukung oleh tim ahli untuk mendukung proses penyembuhan dan memberikan kenyamanan maksimal bagi pasien kami,” kata Pitono.

Read Entire Article
Pemilu | Tempo | |